Langkah kaki Anna terhenti ketika melihat seorang pria tengah duduk amperan tokoh bersama beberapa orang, matanya menatap ke arah pria it uterus menerus.
“Kenapa kita berhenti? Apa kau telah menemukannya?” tanya seorang wanita sambil menyerahkan gelas plastic berisi kafein untuk Anna.
Wanita itu kemudian melihat ke arah pandangan Anna tertuju. “Jadi, kau tahu jika pria itu berkuasa di tempat ini?” tanyanya dijawab anggukan oleh Anna. “Kau bisa melawannya?”
Anna melirik ke arah wanita yang sejak tadi begitu berisik. “Aaaa … aku tahu. Kau tidak bisa melawannya,”
“Apa kau tidak bisa diam?” tanya Anna, begitu risih dengan wanita yang ditolongnya seminggu yang lalu, ketika wanita itu hampir saja di perkosa oleh beberapa orang.
Gadis itu mengatupkan mulut membuat suara gereskan dari giginya. Setelah beberapa saat mengamati Anna memilih mendekat ke arah sekumpulan pria yang telah berpindah ke lorong gang.
Tidak ada rasa takut menyelimutinya ketika berhadapan dengan beberapa pria itu berperawakan menakutkan.
“Apa kalian mengenal Denn Kavin?” tanya Anna membuat semua orang melihat ke arahnya.
“Kenapa kau mencarinya?”
Anna terdiam, mengamati keadaan dirinya mulai dikelilingi oleh pria bertubuh besar. Gadis itu tengah mengunakan jaket, dan juga masker untuk menutupi wajahnya, dia tidak ingin memperlihatkan wajah kepada mereka yang tidak dipercayai olehnya.
“Aku ingin mengajaknya bekerja sama,” ucapnya dengan lantang.
Mendengar hal itu, membuat semua orang tertawa ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Anna.
“Kau membayarku berapa?”
“Aku tidak akan membayarmu. Kalian akan sukarela bekerja untukku,”
Mendengar hal itu membuat sekumpulan pria itu mendekat ke arah Anna.
“Gadis, cantik. Apa kau sadar apa yang kau katakan? Membuat kami bekerja untukmu? Ahahaha … Apa kau gila atau kepalamu sedikit terbentur sebelum datang kemari,”
Anna memilih tidak menjawab, ia hanya diam dan masuk lebih dalam ke dalam gang meraih sebuah balok kayu yang tergeletak di sana.
“Jika begitu, aku akan membuat kalian bekerja untukku secara paksa,” ucap Anna membuat semua orang yang melihatnya seketika geram.
Gadis itu, seketika berlari dan melayangkan balok kayu yang dipegang olehnya pada pria yang dia lebih dulu hadapi, membuat balok kayu itu menghamtam kepala. Seorang pria dari arah depan tengah berlari ke arahnya, dan pria yang lain tengah berada di sisi kirinya.
Anna maraih leher pria sebelah kiri, kemudian menguncinya dengan lengan, kemudian menjadikan pria itu sebagai tumpuan untuk menendang pria yang akan menyerang dari depan.
Tubuh mungil itu tengah berkelahi dengan pria-pria bertubuh besar, membuatnya lincah menghajar para preman itu. Tidak mengherankan jika dirinya bisa menghajar para preman hingga terkapar dengan luka memar di wajah, saat di Indonesia dia adalah pemegang sabuk hitam karate.
Dari kejauhan dari gadis yang tengah melihatnya bertarung, hanya bisa melihat apa yang dilakukan oleh Anna.
“Wah, hebat. Aku tidak percaya, dia bisa melakukannya,” gumam gadis itu.
“A-apa yang kau inginkan dari kami? Kenapa kau ingin …”
Anna menatap dingin, membuat semua orang terdiam.
“Aku ingin bertemu dengan Benn Kevin, aku dengar dia adalah pemilik kekuasaan di wilayah ini?”
“A-aku Benn Kevin,”
Anna mengerutkan kening melihat pria yang bertarung terakhir dengannya itu.
“Seranganmu lumayan, tapi kau bisa mengalahkanku jika kau tidak mengetahui letak titik kelemahan lawanmu,” ucap Anna membuat pria itu berusaha berdiri.
“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Benn sambil meringis kesakitan, karena tendangan Anna begitu kuat padanya.
“Jadilah tangan kananku. Aku ingin mendirikan sebuah organisasi mafia. Aku membutuhkan dirimu membantuku,”
Semua orang yang berada di sana terdiam, mereka tidak pernah menyangka jika seorang gadis memiliki ambisi mendirikan organisasi yang mereka tahu tidak mudah melakukannya.
Raut wajah Benn terlihat keraguan.
“Kau ragu dengan apa yang aku katakan?”
Pria itu menganggukan kepalanya.
Tangan Anna terlihat memanggil, agar pria itu mendekat. “Kemarilah. Aku tidak akan memukulmu,” ucap Anna ketika Denn tidak ingin mendekat.
Pria itu pun mendekat. Anna membisikan sesuatu membuat pria mundur selangkah demi selangkah ke belakang, hal itu membuatnya tersandung dan terjatuh. Menatap Anna penuh dengan ketakutan, sedang gadis itu tersenyum.
“Jadi bagaimana?”
“K-kau … kau siapa?” tanya Denn yang tengah duduk di jalanan. “Ba-bagaimana kau mengetahuinya?”
Tidak ada jawaban dari Anna. “Akan kuberitahu padamu, jika kau membuatku puas dengan pekerjaanmu,”
Pria itu sejenak tidak percaya dengan apa yang baru saja dibisikan oleh Anna padanya. “Baiklah, aku akan membantumu, apa yang harus kami lakukan?”
“Aku hanya butuh dirimu, kau bisa datang ke tempat yang ku bisikan tadi, sendiri. Karena hanya dirimu yang kubutuhkan. Dan juga, aku benci menunggu,” ucap Anna kemudian pergi meninggalkan pria itu.
“Tunggu … beritahu padaku, bagaimana kau mengetahuinya,”
Anna memberikan isyarat jarinya di depan bibir, sebagai isyarat jika hal itu adalah rahasia.
“Boss, apa yang dia katakan padamu? Kenapa kau menuruti apa yang dia inginkan?”
Benn terdiam, kemudian duduk mengacak rambutnya. “Boss,” panggil seseorang.
Anna yang baru saja menghajar beberapa pria itu terus saja berjalan diikuti oleh gadis.
“Apa yang akan kau lakukan, sekarang?” tanya Febia membuat langkah kakinya terhenti.
“Mencari orang yang akan menjadi pemegang saham diperusahaan kita,” ucap Anna sambil melepaskan masker miliknya.
Tiga tahun kemudian …
Sebuah ruangan terlihat cukup luas. Anna tengah duduk sambil mengoyangkan gelas yang berisi wine. Di sisi kanannya terlihat Denn.
Dia mengerutkan keningnya, ketika dia melihat seseorang ditarik dengan paksa. Tangan terikat, kemudian dilepaskan begitu kasar membuat pria itu tersungkur ke lantai.
“Kami membawanya, Boss,”
“Jadi dia, ya,” serunya sambil beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkah.
Kaki yang tengah memakai sepatu boots digunakannya untuk menyelidiki wajah pria yang dibawakan untuknya. Wajah pria itu, penuh dengan luka memar, di sudut bibir terdapat darah. Sangat jelas jika dia habis dipukuli.
Gadis itu berhasil mendirikan organisasi mafia bernama Re’donna, di bawa bantuan Denn Kevin, dia berhasil melakukannya. Ia berhasil membuat banyak orang takut dengannya. Mereka memanggilnya dengan sebutan Rerena. Tidak ada yang tahu, tentangnya kecuali Denn Kevin dan gadis yang bersamanya Febia.
“Jadi, kau mata-mata dari mereka selama ini?” tanya Anna, namun tidak ada respon dari pria dihadapannya. “Aku tidak suka, seseorang tidak memandangiku ketika aku berbicara,” katanya memberikan beberapa penekanan di akhir kalimatnya, namun perkataannya tidak dihiraukan. “Dia membuatku kesal saja. Hei, ajari dia bagaimana seharusnya dia bersikap padaku,”
Anak buahnya yang mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Anna mengikuti perintah, menjabak rambut pria di depannya kemudian membuatnya melihat ke arah Anna.
“Informasi apa saja yang telah kau bocorkan padanya?” tanya Anna sambil berjongkok dihadapan pria di depannya. “Diam berarti tak ingin hidup,” ucap Anna lagi sambil mengukir senyum membuat pria yang melihatnya sedikit ketakutan.
Anna mengelus pipi pria itu. “Hanya karena aku seorang gadis, kau sedikit meremehkan kemampuanku. Benarkan?”
“K-kau hanya seorang gadis yang tidak berguna,”
Mendengar perkataan pria di depannya seketika membuatnya geram.
“Sepertinya aku harus mengingatkan satu hal, jika aku mendapatkan kepemimpinanku dengan—“ Tangannya begitu cepat bergerak, membuat tidak ada yang menyadari jika gadis itu telah mengambil pisau dan menyayat leher pria di depannya. Darah kini terciprat di wajahnya.
“Membunuh begitu banyak orang,” katanya melanjutkan kalimatnya sambil menyeka darah yang berada di wajahnya.
Seorang pria memberikan sebuah sapu tangan untuk membersihkan wajahnya.
“Bereskan dia,” titahnya sambil meneguk wine dan pergi dari ruangan itu.
Bersambung …
“Kau harus menikah denganku. Karena mengetahui rahasiaku,”Ucapan pria yang didepannya, seketika membuat mata Anna membulat. Rasa perih ditangannya karena cengkraman tangan dipergelangan tangannya tidak terasa karena keterkejutan itu.Tatapan mata yang begitu tajam terlihat dari sorot matanya, ada rasa kesal yang terlihat. Beberapa saat yang lalu, dia membuat seorang pria berteriak, meminta pengampunannya, dan saat ini dia berhadapan dengan pria aneh membuat perasaannya kesal.Pria aneh, yang membuatnya penasaran saat berjalan kembali ke rumah karena dilihatnya tengah meringis kesakitan malah memintanya langsung menikah dengannya.“Dasar pria sialan, gila,” batin Anna.Tubuhnya begitu lelah, setelah kembali dari markas rahasianya ketika membereskan beberapa mata-mata yang dikirimkan oleh musuh diorganisasinya, dan diperjalanan pulang dia malah bertemu dengan pria aneh yang memaksanya menikah.“Harusnya aku mener
“Cepat, aku ingin wanita itu,” kata Elang memberikan perintahnya.Seperti namanya—Elang—dia ingin mendapatkan apa yang dia inginkan. Tidak akan membuat mangsa kabur begitu saja, dan tidak akan melepaskan mangsa yang ada di depannya.“Aku tidak mau tahu, kau harus mendapatkan wanita itu, berani sekali dia mengunci leherku seperti itu,”“Boss, jadi kau ingin balas dendam hanya karena wanita itu memukulmu?”“Diam!” bentak Elang, membuat asistennya itu mengatup mulut. “Aku tidak terima, dia membuatku terjatuh, dan juga dia mengetahui rahasiaku, bagaimana jika dia membocorkannya?”“Boss, kau terlalu berfikir berlebihan,”“Kau pikir aku berlebihan? Jika dia mengatakan tentang rahasiaku, kita akan tamat,” kata Elang memberikan sedikit penekanan pada akhir perkataannya.“Baiklah boss, aku pertaruhkan hidupku untuk ini,” kata asistennya
Anna gelagapan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pria di sampingnya, ia mencoba untuk membula pintu mobil, saat ini yang terlintas dipikirannya adalah melompat dalam mobil. Masa bodoh, jika ia mengalami luka lecet asal bisa keluar dari mobil.Clek! Clek!Sialnya. Pintu mobil itu terkunci. Melihat Elang yang telah memegang alat perekat membuatnya membuka pintu mobil, berharap pintu itu rusak. “J-jangan menyentuhku atau kau akan menyesal,” ancam Anna tetapi pria itu bukan tipe yang akan mendengarkan perkataan orang lain.“Diam! Jangan membuatku bersikap kasar padamu,” bentak Elang.Anna masih saja melakukan pemberontakan hingga membuat bibir Elang terluka akibat disikut olehnya.“Kubilang hentikan,” suara Elang meninggi, tangannya menyergap pergelangan tangan Anna kemudian melilit Lakban dengan kasar di sana.Pemberontakan masih terus terjadi, ia tidak mungkin menjadi budak pria itu. Harga dirinya aka
Dor …Suara tembakan terdengar, membuat tubuh Anna bergetar, sebelum dia tidak sadarkan diri. Elang berada di hadapannya saat itu yang menembaknya dengan senjata listrik.Elang terlalu kejam, bahkan seorang wanita di tembak mengunakan senjata listrik. Apa yang dilakukan oleh pria itu membuat para maid shock, tetapi tidak bisa menegur.“Itu hadiah untuk gadis pembangkang, masih baik aku tidak membunuhmy” ucap Elang sambil menyerahkan senjata itu pada anak buahnya.Ia telah memprediksikan Anna akan keluar ketika pintu terbuka, karena itu dia mengambil keputusan untuk menembak Anna.Wajah Anna terlihat cantik saat tidak sadarkan diri, ketika para pengawal akan mengangkat tubuh Anna, ia mencengah dan melakukukannya sendiri.Anna direbahkan di atas ranjang membuat rambut wanita itu berserakah menutupi wajahnya, dengan pelan Elang menyibak rambut itu dan menepikan. Dia bahkan tidak mengerti mengapa dia melakukannya.&ldqu
“Maksudmu, dia memiliki kepribadian ganda, Tir?” tanya Elang penasaran.Pria yang tengah mondar mandir tidak jelas itu melihat ke arah Elang yang tengah memberikan spekulasi tentang apa yang dia pikirkan.“Tidak … tidak … ini bukan seperti itu, dia bukan kehilangan kesadaran karena memiliki Kepribadian ganda,”“Jika bukan seperti itu, seperti apa?”“Ini semacam kehilangan ingatan jangka pendek, lebih tepatnya dia menghapus ingatan yang dianggapnya sebagai bahaya untuknya,”Elang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Tirtan.“Jadi otak merespon tiap hal yang terjadi sekitar kita, jika dia menganggap tubuh kita dalam bahaya dia akan menghapus ingatan itu, tapi tidak semua orang memilikinya,”“Termasuk dia tidak ingat apa yang didengar olehnya tentang—“Tirtan menganggukan kepalanya membenarkan apa yang ada di dalam pikiran Elang. &
Mobil Elang tengah dalam perjalanan menuju lokasi transaksi, tentu saja asistennya Ervin menemaninya dengan setia. Bukan hal besar apa yang dia lakukan saat ini, mengagalkan transaksi serta merebut barang dari musuhnya apalagi jika menyangkut klien yang memiliki pamosok lain, hal itu akan membuatnya ingin mengacaukan transaksi.Lengannya tengah berada di sandaran tangan, pikiran masih terfokus pada Anna dan dress yang dikenakan oleh wanita itu. Potret wajah begitu jelas dalam memorinya.“Tuan, kita dapat masalah,” seru Ervin membuyarkan lamunan tuannya.“Katakan, ada apa?”“Mata-mata kita ketahuan, saat ini mayatnya berada di markas. Kepala terpotong, sebelumnya dia telah mengirimkan pesan, beberapa hal yang dia ketahui setelah itu, aku kehilangan kontak denganya,”Dia semakin penasaran bagaimana bisa begitu cepat mata-mata mereka ketahuan. Perasaannya saat ini begitu begitu kesal mendengar hal itu. Anak buah yan
“Siapa yang menembakmu?” tanya Anna disela dia menjahit luka kemudian membalutnya dengan perban.Ia cekatakan membersihkan dan merapikan peralatan P3k yang dipakai olehnya. Hal itu menghadirkan pertanyaan dikepala Elang tentang tindakan yang Anna lakukan barusan, seakan wanita itu sering melakukannya.“Apa yang kau lakukan hingga terluka seperti ini? Kau harusnya pergi ke rumah sakit, dan melapor ke polisi,”Pria mata hazel itu tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Anna padanya, dirinya hanya sibuk memperhatikan wanita yang baru saja mengeluarkan peluru.“Kenapa kau tidak takut dengan luka tembakan?”Anna melirik Elang, sorot hazel mata milik pria itu berartikan sebuah kebingungan tentang dirinya. Tentu saja dia kebingungan, seorang wanita yang baru dia temui mengobati luka tembakan.“Aku pernah tertembak di kaki dan aku mengobatinya sendiri,” seru Anna. “Mau lihat?” tanya
Tidak ada sahutan dari dalam, membuat wanita itu segera membuka pintu kamar. Namun, pintunya tidak terbuka, ia bisa merasakan sendiri ada sesuatu dari dalam kamar yang mengganjal pintu. Sejenak ia celigak-celiguk mencari pengawal yang berjaga tetapi tidak ada satupun yang dilihatnya.Tidak ingin mengambil resiko, ia memilih untuk mendobrak sendiri pintu itu, cukup lama hingga akhirnya pintu terbuka membuat matanya membulat ketika mendapati ketidakberadaan Anna di dalam ruangan itu.“Oh tidak, tuan Elang bisa marah,” gumamnya sambil memegang kepalanya. “A-aku harus menghubungi tuan memberitahukan hal ini padanya,” kata wanita itu sambil melangkah keluar, namun matanya tertuju pada secarik kertas di atas meja membuatnya penasaran.“Astaga, gadis ini sungguh gila. Bisa-bisanya dia meninggalkan pesan seperti ini untuk Tuan,”Bagi Anna menumbangkan beberapa pengawal tidak sulit untuknya apalagi untuk dirinya seorang bos mafi
“Kenapa dengan wajahmu?” tanya Elang Aderra, bukan jawaban yang diberikan oleh Febia membuat Elang Aderra segera bergegas masuk ke dalam mobil. “Hai …” Sebuah senyuman terbit disertai sapaan pada Elang Aderra. Pria itu perlahan-lahan keluar dari membuat Sharon mengerutkan keningnya. “Kenapa kau seperti melihat hantu? Kau tidak akn masuk?” tanya Sharon membuat Elang Aderra perlahan-lahan memundurkan tubuhnya dan mengunci pintu mobil. “Sejak kapan, wanita itu—“ Perkataan Elang Aderra mengantung. “Saat Anna masuk ke dalam mobil,” ucap Febia seakan tahu kalimat terakhir yang ingin ditanyakan oleh Elang Aderra padanya. Ervin yang sejak tadi sudah di dalam mobil, mengerutkan keningnya melihat Elang Aderra yang belum masuk ke dalam mobil, ia pun ke luar. “Ada apa? Apa terjadi masalah?” tanya Ervin. Sreett! Kaca mobil terlihat terbuka, memperlihatkan seorang wanita yang saat ini tengah duduk. “Apa yang kalian lakukan di sana? Febia, apa kita tidak akan pulang?” tanya Sharon membuat Erv
“Oh. Aku tahu, apa dia salah satu pria yang tidur denganmu?” tanya Deff dengan suara lantang. Plak! Satu tamparan mengenai wajah Deff, Anna menatap pria itu penuh emosi. Bisa-bisanya pria itu melontarkan kalimat yang membuatnya sakit hati. Deff hanya bisa menyeka ujung bibirnya menggunakan lidah karena rasa sakit. “Jangan bicaramu. Kau tidak berhak mengatakan seperti itu padaku,” ucap Anna dengan tatapan penuh emosi. Bahkan, terlihat air mata tertahan di pelupuk matanya. Rasa sakit yang berasal dari dalam hati kini menjalar disekujur tubuhnya. Entah kenapa, rasa sakit itu, begitu tidak bisa membuatnya menahan diri. Anna mengepal tangannya dengan sangat erat. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya pria itu mengatakan hal menyakitkan padanya. “Terus bagaimana kau menjelaskan padaku tentang hubunganmu dengan Elang Aderra? Bukankah kau menggodanya?” “Aku tidak pernah melakukan hal yang seperti kau tuduhkan padaku, tapi percuma juga aku menjelaskan padamu, pria yang hatinya sudah dinodai
Pamer Kemesraan 2 Ma-maaf, tuan Elang Aderra. Apa yang sedang—“ “Aku hanya tidak ingin kekasihku capek karena berdiri. Jadi, aku memberinya tempatku.” Mata Clara begitu membulat sempurna mendengar pernyataan yang baru saja dikatakan oleh Elang Aderra. Kekasih? Reuel Anna kekasihnya? Tidak hanya Clara, bahkan Anna sendiri bahkan begitu terkejut. Bisa-bisanya, pria itu mengatakan jika dia adalah kekasihnya, bahkan dengan santainya mengusap rambutnya. Anna terdiam sejenak. "Sharon. Aku harap kau bisa membantu, keluar dan pukul wajah pria ini," ucap Anna membatin. "Kenapa aku harus melakukannya? Bukankah kau sangat tidak ingin jika aku mengantikan posisimu? Kau bahkan membuatku tidur." Sharon menjawab dengan begitu menusuk membuat Anna menyesal meminta bantuan pada kepribadiannya itu. "Sebaiknya kau selesaikan masalahmu saja sendiri." Anna menghela napas kasar, saat mendengar perkataan Sharon. "Aku tidak bisa melakukannya." "Kenapa? Karena saat ini kau berpura-pura menjadi seo
Elang Aderra melangkah turun dari mobil bertepatan dengan mobil milik Anna yang tiba di perusahaan milik Deff. Keduanya saling bertatapan satu sama lain, sampai akhirnya Febia memilih masuk lebih dulu, dan Anna mengikutinya dari belakang. Pria itu terkejut melihat Anna yang berada di sana, lebih anehnya lagi bukan dia yang diikuti tetapi mengikuti. “Apa aku tidak salah lihat. Ervin?” tanya Elang Aderra melepas kacamatanya, dia pikir mungkin karena dia memakai kacamata dia jadi salah lihat.Dia masih menatap ke arah wanita yang baru saja masuk itu. Tatapannya dipenuhi rasa ingin tahu, dengan apa yang dilihatnya. “Tidak. Kau tidak salah lihat. Dia mengawal Febia,” ucap Ervin menatap dua wanita yang baru saja masuk ke perusahaan itu. “Apa kau bisa jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Elang Aderra membuat Ervin menggelengkan kepalanya. Bagaimana dia tahu apa yang terjadi, sedangkan dia baru saja melihat hal itu. Keduanya terdiam, membuat beberapa orang yang melihat El
Biar kami menyelesaikan masalah kami “Wanita bodoh ini. Bisa-bisanya dia memberontak,” umpat Sharon. “Hai … kita bertemu lagi, sepertinya kalian kau bercerita banyak hal dengan Anna.” Elang Aderra yang berada di samping menatapnya dengan raut wajah berubah. Apalagi saat tahu jika Anna tidak sadarkan diri, maka Sharon yang akan mengambil alih tubuh wanita itu. “Kenapa dengan wajahmu? Apa kau tidak suka melihatku?” tanya Sharon yang melihat wajah Elang Aderra yang tertekan saat melihatnya. “Ya.” Sharon melirik ke arah Elang Aderra, kemudian memutar bola matanya karena tidak menyukai jawaban Elang Aderra. “Sial. Sepertinya tidak ada yang menyukai kehadiranku,” keluh Sharon sambil menyandarkan tubuhnya. Wanita itu malas untuk membuka suara. Bahkan sampai rumah, ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kesal. Febia yang melihat Sharon, hanya bisa menghela napasnya. Ia sangat tahu jika wanita itu tengah marah. “Apa kau bisa jelaskan apa yang sedang terjadi?” tanya E
“Tidak. Aku tidak akan membiarkan kau berbicara dengannya,” tegas Sharon kemudian melangkah pergi dari sana. Sharon tidak akan membiarkan Anna berbicara dengan pria itu, itu menandakan dia benar-benar gagal membuat Elang Aderra menjauh dari Anna. Beberapa saat kemudian, langkah terhenti dan wanita itu pingsan tepat di depan pintu. “Anna …” Elang Aderra segera beranjak dari tempat duduknya saat melihat wanita itu pingsan. “A-Sharon.” Elang Aderra bingung harus memanggil wanita itu dengan panggilan apa, apakah Anna atau Sharon. Elang Aderra segera mengendongnya dan membaringnya di sofa, ia pun meminta agar Ervin mengambil air untuk diminum. “Kau tidak apa-apa?” Elang Aderra bertanya, ia tidak tahu harus memanggilnya dengan sebutan apa. Saat membuka mata, hal yang pertama kali dilihatnya adalah Elang Aderra dan Ervin. “Kenapa aku ada di sini?” tanya wanita itu dengan kebingungan. Elang Aderra yang melihat raut wajah kebingungan itu, membuatnya mengerutkan kening. “K-kau siapa?
“Apa maksudmu dengan wanita bodoh?” tanya Seon terbata-bata, agak ragu karena ia melihat jika wanita di hadapannya jauh berbeda dari yang dikenalnya. “Iya. Wanita bodoh ini. Reuel Anna. Siapa lagi, dia sangat bodoh,” tegas Sharon sambil menunjuk ke diri sendiri. “Tapi itu ‘kan, kau—“ “No. I’am Not Reuel Anna. I’am Sharon, S-H-A-R-O-N,” ucap Sharon mengeja namanya. Elang Aderra masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Jelas-jelas di hadapannya saat ini adalah Reuel Anna, tetapi kenapa wanita itu mengatakan jika dia bukan Anna tetapi Sharon. “Sharon? T-tapi—wajahmu—“ Perkataan Elang Aderra terhenti. Melihat wajah Elang Aderra yang masih belum paham, Sharon mematikan telepon. “Aku bukan Reuel Anna, aku Sharon.” Sharon kembali menegaskan. Ia tidak ingin disamakan oleh Reuel Anna. “Kau melihatku seperti dia, karena kami berada pada satu tubuh,” tegas Sharon mencoba menjelaskan. Namun, apa yang dikatakannya percuma saja karena dua orang pria yang tengah bersamanya sama se
"Baiklah. Mari kita lihat, apa kau akan menyukainya lagi saat tahu jika dia memiliki kepribadian ganda?" tanya Sharon kemudian melangkah memarkirkan mobilnya. Bibirnya terus saja menerbitkan senyum, ia benar-benar penasaran apa yang akan terjadi jika Elang Aderra mengetahui fakta yang akan diungkapkannya. Apakah pria itu akan tetap mendekati Reuel Anna atau meninggalkannya. Seberapa terkejutnya pria itu mengetahui fakta yang sangat besar. Kaki Sharon begitu cepat masuk ke dalam perusahaan. Dress selutut, serta menggunakan mantel tidak lupa kacamata hitam, riasan tipis, lipstik tipis dipakai membuatnya terlihat anggun. Orang-orang tidak akan meremehkan dirinya yang seperti itu, berbeda dengan pakaian yang dipakai oleh Anna. Ia berhenti dan melihat sekitar kemudian menuju resepsionis tetapi tempat itu kosong. "Ke mana mereka? Apa tidak kerja? Bukankah seseorang harus menjaga di sini?” tanyanya sambil mengedarkan pandangan. “Apa pergi ke toilet?” tanyanya. Seorang Security datang m
Tring! Ponsel milik Ambar berbunyi. Ia segera membuka pesan yang dikirimkan padanya. Mataya membulat sempurna saat melihat foto yang dikirimkan padanya. “Anna Keola?” Ambar mengepal tangannya dengan erat saat melihat foto yang baru saja dikirim oleh wanita di seberang telepon. Wajahnya berubah, kemarin dia baru bertemu dengan Anna dan wanita itu tidak menunjukan jika dia kaya, tetapi wanita di foto itu berbelanja begitu banyak barang brended membuat Ambar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat itu juga. “TIdak mungkin dia. Aku bertemu dengan Anna kemarin, ia menjadi asisten dari orang yang menjadi investor di perusahaanku. Asisten wanita misterius itu, mungkin dia hanya diminta untuk berbelanja oleh wanita itu,” sanggah Ambar. Telepon terputus saat itu juga. Ambar membanting ponsel membuat ponsel itu retak. Ia melihat sekilas ponslenya kemudian merebahkan tubuhnya di sofa. Ia cukup lelah dengan apa yang tengah terjadi padanya. Hal yang membuatnya begitu frustrasi karena