Vanesa tertidur dalam ranjang Aldo. Dia bingung sehingga tak mempunyai pendirian yang tetap. Satu jam berlalu, Aldo masih dalam posisinya menemani Vanesa. Hingga tak lama kemudian, Keynan datang dalam keadaan emosi."Vanesa ...." Keynan membuka pintu secara kasar sambil memanggil nama Vanesa.Aldo terkejut dengan kedatangan Keynan. "Mau ngapain kamu datang ke sini?" seru Aldo.Keynan tersenyum tipis. "Pertanyaan yang sama sekali nggak mendasar. Aku ke sini tentu saja ingin menjemput barang milikku.""Vanesa sedang istirahat, jadi jangan ganggu dia! Lebih baik kamu pergi dari sini." Aldo mengusir kedatangan Keynan."Kalau aku nggak mau gimana? Aku hanya ingin mengambil barang milikku saja kok. Nesa, bangun! Ayo ikut aku pulang," teriak Keynan dan membuat Vanesa bangun.Vanesa membuka matanya, dia kaget melihat Keynan yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. "Keynan, ka-kamu ngapain di sini?" "Kamu masih bertanya padaku? Aku ke sini sudah jelas untuk menjemputmu pulang. Ayo, kita pulang se
Vanesa berjalan ke luar dari rumah sakit. Setelah sampai di pinggir jalan, dia segera mencari taksi. "Pak, tolong antar saya ke toko serba ada," ucapnya.Sopir itu segera mengantar Vanesa pergi ke toko yang disebutkan. Sepanjang perjalanan, mata Vanesa menerawang jauh ke luar jendela. Dia sedang membayangkan apa yang akan dilakukannya nanti."Apa aku bisa melakukan hal sekejam itu?" tanya Vanesa dalam hati.Beberapa menit kemudian, Vanesa sampai juga di toko serba ada. "Pak, tunggu di sini ya! Saya masuk ke dalam sebentar membeli sesuatu!""Baik, Mbak!" sahut sopir tersebut.Vanesa turun dan ke luar dari taksi. Dia masuk ke dalam toko tersebut dan mencari sesuatu. Setelah dapat, Vanesa membayar di kasir kemudian kembali ke taksi yang sudah menunggunya."Sudah jalan lagi, Pak!" seru Vanesa dengan tenang.Taksi itu melaju lagi menuju ke alamat yang diberikan oleh Vanesa. Hanya dengan 20 menit Vanesa sampai di rumah mewah. Dia turun dan berjalan juga pintu gerbang rumah itu.Kebetulan pi
Para pengawal Dinda pun membawa Vanesa menjauh dari rumah. Mereka berniat membuang Vanesa ke suatu tempat yang jauh. Beberapa saat kemudian, para pengawal itu sampai di kawasan hutan. Mereka berhenti tepat di atas jembatan dan di bawahnya ada aliran sungai yang mengalir deras. "Bro, jadi kamu akan membuangnya di sungai ini?""Ya, ayo cepat turun sebelum ada yang melihat!" ucap pengawal itu.Setelah itu, mereka keluar dan langsung membawa tubuh Vanesa turun dari mobil."Ayo cepat lempar wanita ini!"Kedua pengawal itu mengayunkan tubuh Vanesa, kemudian melemparnya ke aliran sungai yang deras. "Selesai, ayo kita cepat pergi dan laporkan pada, Nona!" Setelah itu mereka pergi meninggalkan jembatan untuk menghilakanngkan jejak.Tubuh Vanesa hanyut terseret aliran sungai yang deras. Entah bagaimana nasibnya dengan dua tikaman pisau di bagian perut?Di Tempat Lain.Para pengawal itu sudah sampai di rumah Keynan. Mereka memberikan laporan pada majikannya jika sudah berhasil menjalankan tugas
Aldo berjalan tertatih dengan berpegangan tembok. Dia terus berusaha meski kesakitan. Namun, usahanya sia-sia. Ada seorang suster yang memergokinya."Mas, Mas-nya mau ke mana? Ayo saya bantu kembali ke kamar. Maaf, Anda belum boleh pergi dari rumah sakit. Kondisi Anda belum pulih," ucap suster tersebut."Maaf Sus, aku harus pergi. Ada keperluan yang harus aku selesaikan. Aku nggak bisa berdiam diri di sini," jawab Aldo dengan suara yang berat.Suster itu tetap mencegah Aldo pergi."Maaf, tapi tetap saja tidak bisa. Anda masih dalam fase perawatan," sahut suster.Akhirnya suster itu memanggil temannya untuk membawa Aldo kembali ke kamar. Mereka terpaksa menyuntikkan penenang karena Aldo terus berteriak."Suster, aku ingin pergi menyelamatkan seseorang. Sus, tolong biarkan aku pergi dari sini! Suster, jangan cegah aku ...." Aldo terus berteriak. Dia memohon pada suster, akan tetapi tetap saja tidak berhasil.Beberapa menit kemudian, Aldo lebih sedikit tenang. Dia memejamkan mata karena m
Para suster langsung sibuk menyiapkan alat pacu jantung seperti yang di arahkan dokter. Setelah semua terpasang, dokter mulai menempelkan alat pacu jantung tersebut di dada Vanesa.Tubuh Vanesa melambung saat alat pacu jantung itu ditempelkan. Satu kali percobaan masih belum cukup. Dua kali percobaan pun masih sama. Akhirnya, tiga kali percobaan detak jantung Vanesa mulai stabil."Syukurlah, pasien melewati masa kritis. Ayo segera selesaikan operasi tulangnya!" ucap sang dokter.Dokter dan suster kembali melanjutkan operasi kaki dan tangan Vanesa. Di luar, Umi Kalsum sedang duduk sambil berdoa untuk keselamatan Vanesa. Umi wiridan sambil memegang tasbih di tangannya. Dia tak henti-hentinya mendoakan Vanesa dengan sepenuh hati.Lalu, beberapa jam kemudian dokter ke luar dari ruang operasi. Umi Kalsum segera menghampiri dokter. "Bagaimana dengan keadaan pasien, Dok?" tanya Umi.Dokter menghela napas dalam. "Pasien berhasil melewati masa kritis. Akan tetapi, dia mengalami koma. Entah kap
"Nyonya ... Den Farhan lihat ... Nyonya ... Den Farhan ...." Wanita itu berlari masuk ke dalam rumah untuk memanggil anggota keluarganya."Bi, ada apa teriak-teriak seperti itu," seru seorang wanita paruh baya dari dalam rumah."Itu, Nyonya, anu! Itu, di depan ada Den Aldo. Dia pingsan di depan gerbang, Nyonya!"Wanita itu terkejut hingga menjatuhkan gelas yang ada di tangannya. "Aldo, putraku! Apa benar itu Aldo, Bi?" "I-iya Nyonya! Itu Den Aldo, dia pulang!"Wanita itu adalah Ratih ibunya Aldo. Sudah lama dia mencari keberadaan putranya yang kabur dan menghilang. Mama Ratih langsung berlari ke luar untuk menemui putranya."Aldo, di mana kamu, Nak!" seru mama Ratih dari dalam. Sesampainya di luar gerbang, dia terkejut sekali melihat kondisi Aldo yang terluka parah."Astaghfirullah, Nak! Aldo putraku, kamu kenapa Sayang? Farhan ... cepat ke luar! Bantu adikmu masuk ke dalam! Bi Imah, panggil Farhan agar ke luar! Cepat, Bi!" perintah mama Ratih."Iya, Nyonya! Iya ...." Bi Imah pun seg
Beberapa jam berlalu, kondisi do sudah sedikit tenang. Dia sudah bisa mengendalikan dirinya. Mama Ratih senantiasa menemani putra kesayangannya itu."Aldo, bagaimana perasaanmu sekarang? Bagian mana yang masih sakit?" tanya mama Ratih pada Aldo.Aldo menarik napas dalam-dalam. Dia menatap ibunya yang sedang khawatir itu. "Ma, aku rindu sekali! Maafin aku ya, Ma! Aku sudah banyak salah, aku sudah menjadi anak yang nggak berbakti."Mama Ratih semakin trenyuh dengan sikap Aldo yang sudah banyak berubah. Dia memeluk putranya itu dengan penuh kasih sayang."Mama, sudah maafin kamu Sayang. Bahkan, Mama nggak lagi mempersoalkan kejadian masa lalu. Sekarang yang paling penting kamu sudah mau kembali ke rumah. Mama kangen sekali sama kamu, Nak! Aldo, anak Mama!"Aldo merasa tenang karena sang ibu masih peduli terhadapnya. "Makasih, Ma!" sahut Aldo tanpa semangat."Nak, banyak sekali yang Mama ingin tanyakan sama kamu. Tapi, Mama bingung harus memulainya dari mana. Melihatmu dalam keadaan seper
Umi Kalsum datang bersama dokter ke dalam ruang ICU. Dokter pun langsung mengecek kondisi Vanesa. Akan tetapi hasilnya di luar harapan."Maaf , Bu. Pasien masih belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan. Gerakan yang Ibu rasakan tadi hanya gerakan sensorik di mana otak merespon adanya rangsangan dari lingkungan sekitar," jawab dokter."Begitu ya, Dok! Tadi saya hanya membaca Al- Qur'an di sampingnya. Apa mungkin dia mendengar saya, Dok?""Bisa jadi, Bu. Alangkah baiknya Ibu selalu berkomunikasi dengan pasien agar dia bisa merespon kejadian di sekitarnya. Kemajuan pasien ada di dirinya sendiri dan Sang Pencipta," jelas Dokter."Terima kasih atas penjelasannya, Dok. Saya mengerti.""Kalau begitu saya permisi dulu, Bu." Dokter itu pun pergi dari ruang ICU.Umi Kalsum menghela napas dalam karena harapannya tidak sesuai. "Umi akan bersabar sampai kamu sadar, Nak. Semoga Allah memberikan keajaiban untukmu."Vanesa di rawat karena mengalami koma setelah berhasil melewati masa kritis. Sekarang h