Keynan terus memanggil Aldo yang pergi dari tempat tersebut. Bahkan Aldo tidak mempedulikannya sedikit pun."Sayang, apa kamu tahu rumahnya di mana? Kita harus menemuinya, kamu harus mendapatkan Virga," seru Dinda, dia ikut cemas setelah melihat Virga."Ayo kita ikuti mereka!" Keynan berlari bersama istrinya untuk mengejar Aldo yang membawa Virga.Sesampainya di depan, mereka sudah kehilangan jejak Aldo. Keynan bingung harus ke mana lagi. "Sial, kenapa perginya sangat cepat sekali?""Ayo kita keluar, aku yakin. Mereka tidak jauh dari sini," sahut Dinda yakin.Keynan setuju dengan ucapan istrinya. Akhirnya kedua orang itu pergi dari toko tersebut untuk mencari keberadaan Aldo. Dari kejauhan, Aldo melihat mereka sudah pergi. Ternyata dia hanya sembunyi di balik tembok."Aku nggak akan biarkan kalian menyakitinya lagi. Kali ini aku harus waspada," gumam Aldo dalam hati.Virga terheran-heran karena dia tidak mengerti apa pun. "Om, apa kita bisa pulang sekarang? Sudah cukup mainannya," uca
"Saat aku mengajak Virga ke toko mainan, orang itu tiba-tiba muncul. Dia mengatakan kalau ingin memiliki Virga. Orang itu berkata kalau dia berhak atas Virga. Ingin sekali merobek mulutnya," jelas Aldo pada sang Kakak.Farhan terdiam mendengar cerita Aldo. Dia sangat penasaran dengan Keynan. "Melihat reaksi Vanesa yang sangat ketakutan membuat hatiku sakit. Memang apa saja yang dilakukan oleh orang itu? Apa kamu mau menceritakan semuanya padaku?""Ceritanya sangat panjang, Kak. Maaf, aku tidak bisa menceritakannya karena ada kisahku dalam cerita itu. Aku nggak ingin hubungan kita menjadi renggang hanya karena cerita masa lalu. Lebih baik sekarang kakak menjaganya dari orang brengsek itu," jawab Aldo pada kakaknya.Farhan menghela napas dalam. Hatinya begitu sesak menerima kenyataan yang ada. "Andai saja aku bisa lebih awal bertemu dengan Vanesa. Pasti dia nggak akan mengalami hal ini," gumamnya dalam hati."Sudah malam sebaiknya kita tidur, Kak. Aku masuk ke dalam dulu," kata Aldo, di
Vanesa terus merengek pada Keynan yang sudah terpancing emosi. Mereka terus berjalan menuruni eskalator. Keynan ingin membawa Vanesa ke suatu tempat. Sesampainya di luar, Keynan meminta Vanesa untukasuk ke dalam mobil."Cepat masuk!""Nggak. Aku nggak akan masuk!"Keynan semakin hilang kesabaran. "Cepat masuk, atau aku bersikap kasar. Aku bisa berbuat nekat padamu!""Lepaskan tanganku, aku ingin pergi dari sini. Tolong ... tolong ....""Diam ...!" seru Keynan sambil membekap mulut Vanesa. Setelah itu dia mendorongnya hingga masuk ke dalam mobil.Keynan segera menutup pintu mobil dan dia ikut masuk ke dalam. Vanesa terus berteriak sambil menggedor kaca. Keynan tak menghiraukan hal itu dan tetap menjalankan mobilnya.Vanesa dilanda ketakutan, dia panik sekali. Tiba-tiba handphonenya berdering. Vanesa langsung mengangkat panggilan itu dengan cepat. "Mama, tolong. Ma ....""Matikan handphonemu!" Keynan menghentikan mobil, dia mengambil handphone Vanesa dan membuangnya ke luar jendela."Ke
Di dalam mobil Virga terus bertanya tentang Ibunya. Aldo pun bingung harus menjawab apa. Akhirnya dia menelepon Mama Ratih agar secepatnya pulang ke rumah. "Ma, cepat pulang ya. Aku bingung harus menjelaskan apa?"Aldo mematikan panggilan itu setelah meminta ibunya untuk pulang ke rumah. Beberapa menit kemudian, mereka sampai juga. Aldo ke luar dan membuka pintu untuk Virga."Hei, kok sedih gitu. Jangan sedih dong nanti pulang dari kantor Om bawakan mainan untukmu. Bagaimana?"Virga mengusap hidungnya yang berair. Dia sedang menahan air matanya. Aldo pun menggandeng tangan keponakannya itu untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam, Virga disambut oleh bibi."Den Virga sudah pulang. Sini sama Bibi saja, kita ganti baju setelah itu makan siang ya. Bibi sudah masak makanan kesukaan, Den Virga," ucap Bibi sedikit merayu.Aldo semakin pusing saat melihat Virga sedih. Dia tidak bisa berkutik sedikitpun. Tak lama kemudian, datang lah Mama Ratih yang juga terlihat sangat buru-buru."Ma
Dalam sebuah acara pernikahan terdengar suara tamu saling gaduh membicarakan calon pengantin yang belum menunjukkan kehadirannya. "Bu Rika, ini acaranya jadi nggak sih? Kenapa pengantin lelakinya belum datang juga?" tanya seorang tamu yang ada di tempat itu."Iya loh, kita semua sudah menunggu cukup lama di sini. Bukankah akad nikah seharusnya dimulai setengah jam yang lalu! Tapi, kenapa sampai sekarang belum terlihat kedatangan calon pengantinnya?" sahut tamu lainnya yang juga tampak marah.Di pelaminan, terlihat seorang gadis cantik yang sudah siap dengan riasan dan memakai kebaya pengantin yang lengkap. Ia cukup gusar dengan apa yang terjadi. Vanesa Andara duduk sendiri di kursi pelaminan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya mulai sedih karena calon suaminya tak kunjung datang."Keynan, kenapa kamu nggak datang-datang juga. Apa yang terjadi?" tanya Vanesa dalam hati. Air mata pun mulai mengalir dari kedua sudut matanya. Ibu Vanesa pun ikut merasakan kegelisahan itu. Dia ber
Vanesa langsung menutup mulutnya. Tubuhnya gemetar melihat pisau penculik itu. "Jangan bunuh aku! Aku mohon!" ucap Vanesa ketakutan. "Maka diamlah! Jangan berisik, atau nyawamu akan melayang," sentak si penculik.Vanesa terdiam ketika penculik itu membentaknya. Dia masih memikirkan cara untuk kabur. "Bagaimana ini apa yang harus aku lakukan?" ucapnya dalam hati.Beberapa saat kemudian, Vanesa mengumpulkan kekuatannya agar bisa kabur dari penculik itu. Dia berancang-ancang dan menggigit keras tangan penculik yang sedang memeganginya. "Aahhhhh, gadis bodoh! Beraninya kamu menggigitku.""Hei, lepaskan aku! Aku ingin ke luar dari sini! Aku mohon lepaskan!" teriak Vanesa keras. Dia terus memberontak ingin melepaskan diri."Bodoh! Kamu benar-benar nggak bisa diatur. Rasakan ini!"Buugg!Salah satu penculik itu memukul leher belakang Vanesa dengan keras, sehingga gadis itu pingsan tak berdaya. "Sungguh sangat merepotkan sekali," gerutu penculik itu.Mobil pun terus melaju kencang menuju ke
Akhirnya orang itu berhasil menangkap tubuh Vanesa yang sedikit lagi akan jatuh ke bawah. "Biarkan aku mati, sudah nggak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini," teriak Vanesa memberontak. "Mbak, rumahnya di mana? Biar bapak antar Mbak ke pulang ke rumah," tanya orang itu dengan sangat panik. Belum sempat menjawab, Vanesa langsung pingsan dan membuat orang itu ketakutan. "Waduh, gawat nih. Kok jadi pingsan," seru orang itu bingung. Setelah itu ia mencari bantuan untuk membawa Vanesa ke rumah sakit.Beberapa jam kemudian. "Bu ... Bu Rika ada kabar buruk!" teriak seseorang di depan pintu.Dari dalam rumah keluarlah ibunya Vanesa dengan masih mengenakan mukena. "Ada apa Pak Andi? kabar buruk apa?" tanya Bu Rika panik."Itu, Vanesa dirawat di rumah sakit sekarang. Tadi, pihak rumah sakit menelepon Pak Rudi. Lalu saya diperintahkan untuk memberi tahu Ibu," jawab orang itu."Astaghfirullahaladzim, makasih Pak atas infonya," jawab bu Rika gugup."Sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi
Keesokan harinya.Vanesa sudah pulang ke rumah. Dia tidak ingin mengambil perhatian banyak orang. Bahkan sampai rumah pun Vanesa tidak ingin bertemu dengan siapapun. Dia selalu mengurung diri dalam kamar. Sikap tertutup itu menimbulkan opini buruk di lingkungan kontrakannya.Bu Rika semakin prihatin dengan kondisi putrinya. Rencananya hari ini dia ingin pergi ke rumah Keynan untuk meminta pertanggungjawaban. Akan tetapi, bu Rika ragu karena Vanesa tidak memperbolehkannya.Akhirnya bu Rika meminta tolong pada Zaskia teman Vanesa. "Nak, Ibu minta tolong jaga Vanesa. Hibur dia, Nak. Ibu mau memperjuangkan nasibnya pada keluarga itu," ujar bu Rika pada Zaskia."Iya, Bu. Saya akan menjaga Vanesa. Ibu hati-hati di jalan ya," jawab Zaskia.Bu Rika langsung berangkat menuju ke rumah keluarga Keynan. Dia tidak memikirkan segala sesuatunya karena, bu Rika sudah bertekad untuk memperjuangkan nasib putrinya.Seperti biasa bu Rika menuju ke rumah keluarga Keynan dengan menaiki ojek. Membutuhkan wak