Dalam sebuah acara pernikahan terdengar suara tamu saling gaduh membicarakan calon pengantin yang belum menunjukkan kehadirannya.
"Bu Rika, ini acaranya jadi nggak sih? Kenapa pengantin lelakinya belum datang juga?" tanya seorang tamu yang ada di tempat itu."Iya loh, kita semua sudah menunggu cukup lama di sini. Bukankah akad nikah seharusnya dimulai setengah jam yang lalu! Tapi, kenapa sampai sekarang belum terlihat kedatangan calon pengantinnya?" sahut tamu lainnya yang juga tampak marah.Di pelaminan, terlihat seorang gadis cantik yang sudah siap dengan riasan dan memakai kebaya pengantin yang lengkap. Ia cukup gusar dengan apa yang terjadi.Vanesa Andara duduk sendiri di kursi pelaminan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya mulai sedih karena calon suaminya tak kunjung datang."Keynan, kenapa kamu nggak datang-datang juga. Apa yang terjadi?" tanya Vanesa dalam hati. Air mata pun mulai mengalir dari kedua sudut matanya.Ibu Vanesa pun ikut merasakan kegelisahan itu. Dia bertanya pada putrinya, "Nak, bagaimana? apakah Keynan sudah bisa kamu hubungi?""Entahlah, Bu. Nomor Keynan nggak aktif, sudah aku coba beberapa kali tetap saja nggak bisa," jawab Vanesa sangat cemas."Atau jangan-jangan Keynan nggak jadi menikahimu, Nak!" seru sang ibu."Nggak mungkin Keynan melakukan itu, Bu. Aku yakin dia pasti datang," sahut Vanesa. Dia masih mencoba untuk berpikir positif."Tapi, Nes. Penghulu sudah datang dan nggak bisa menunggu lagi. Nggak mungkin Keynan lupa , kalaupun terjadi sesuatu pasti dia sudah menghubungimu," tegas ibu Vanes.Vanesa semakin tidak tenang, dia duduk dengan melihat ke tamu undangan yang sedang berbisik membicarakannya. Tak lama kemudian datang sahabat Vanesa dengan sangat panik."Vanesa gawat, kamu harus lihat ini!" Sahabat Vanesa menunjukkan sesuatu di dalam handphonenya."Zas, siapa dia? Apa maksud berita itu? Dia nggak mungkin membohongi aku 'kan?" ucap Vanesa lirih dan mulai menangis.Lalu datanglah ibu Vanesa menanyakan apa yang terjadi, "Zaskia ada apa?""Ini Bu." Zaskia memperlihatkan foto yang ada di dalam handphonenya."Vanesa, bagaimana ini? Pada kenyataanya kamu sudah dibohongi oleh dia. Kenapa ini bisa terjadi padamu, Nak?" seru sang ibu.Vanesa tidak bisa berkata apapun. Dia menangis melihat apa yang sedang dialaminya. Semua orang tidak sabar dan mulai protes."Kalau begitu acaranya jadi atau nggak, Bu Rika? Kami semua juga ada kegiatan di rumah, " seru salah satu tamu undangan yang sudah kehilangan kesabarannya."Iya, Bu. Calon pengantinnya mana? Saya juga ada undangan pernikahan lagi setelah ini ," seru pak Penghulu.Tidak menemukan jalan keluar, akhirnya bu Rika memberanikan diri untuk menjelaskan apa yang terjadi. "Begini pak Penghulu dan ibu, bapak semua yang ada di sini. Saya mengumumkan kalau pernikahan ini dibatalkan karena ada sesuatu yang terjadi," ucap Bu Rika di depan semua tamuSemua orang terkejut mendengar ucapan bu Rika. Mereka berbisik-bisik membicarakan Vanesa. "Kalau begitu, kita bubar saja ibu-ibu. Kok ada ya gagal nikah jaman sekarang, ” cibir tamu undangan."Huuu ...! Membuang waktuku saja,"seru semua tamu yang hadir. Mereka menyoraki bu Rika dan putrinyaSemua orang berdiri dan satu persatu meninggalkan acara pernikahan Vanesa. Begitu juga dengan pak penghulu, dia pergi bahkan tanpa berpamitan."Vanesa bagaimana bisa ini terjadi, Nak? Kamu sudah mempermalukan Ibu. Kita sedang dibicarakan orang satu kampung, Nes." Bu Rika mengungkapkan kekecewaannya."Aku akan mencarinya, Bu. Aku ingin minta penjelasan," seru Vanesa. Dia berlari masuk ke dalam kamar untuk berganti baju."Kamu mau meminta penjelasan apa lagi? Semuanya sudah jelas kalau dia telah menipumu Vanesa," teriak bu Rika dengan isak tangis.Bu Rika terduduk lemas di sudut ruangan. Hatinya sakit melihat nasib putri semata wayangnya. "Kenapa kamu bernasib seperti ini, Nak?" gumam Bu Rika dalam hati.Zaskia hanya berdiri menyaksikan nasib buruk sahabatnya. Dia mencoba untuk menenangkan hati ibu Vanesa. "Sabar Bu! Kejadian ini sungguh di luar dugaan sekali," ucap Zaskia.Tak lama kemudian, Vanesa keluar dari kamarnya. Dia telah berganti baju tanpa menghapus riasannya. Vanesa langsung menuju ke rumah calon suaminya untuk meminta penjelasan."Bu, maaf aku pergi dulu ke rumah Keynan. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya," ucap Vanesa pada sang ibu."Jangan pergi Vanesa! Perasaan Ibu nggak enak! Vanesa berhenti Nak! Nesa ...." Bu Rika berteriak memanggil putrinya. Akan tetapi Vanesa tak mendengarkan teriakan ibunya.Vanesa berlari sekuat tenaga menuju ke jalan raya. Dia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi melihat nasib buruk yang dialaminya. Kini Vanesa tiba di jalan raya dia memberhentikan taksi dan langsung pergi ke rumah Keynan.Jarak rumah Keynan cukuplah jauh. Membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sana. Selama perjalanan hati Vanesa begitu gelisah. Dia sangat sedih dan hatinya terasa sakit sekali.Setengah jam kemudian, Vanesa sudah sampai di depan rumah Keynan. Dia langsung keluar dan berdiri tepat di depan pintu gerbang rumah kekasihnya. Vanesa berteriak keras memanggil nama Keynan."Keynan, aku mohon keluar. Kenapa kamu melakukan ini padaku? Keynan aku mohon keluarlah! Aku ingin sebuah penjelasan." Vanesa terus berteriak dengan sekuat tenaga.Beberapa saat kemudian, satpam keluar dan membuka pintu gerbang. Vanesa yang berlinang air mata langsung berlari menuju ke arahnya. "Pak, tolong panggilkan Keynan ke luar. Aku ingin bertemu dengannya. Aku mohon, Pak!" ucap Vanesa dengan memohon."Den Keynan, sedang nggak ada di rumah. Lebih baik kamu pergi dari sini. Percuma saja memohon karena Nyonya nggak mengizinkan kamu masuk apalagi berdiri di sini. Sana pergi!" jawab satpam itu dengan kasar.Sudah beberapa kali dia di usir oleh satpam tak membuat Vanesa mundur. Dia terus berteriak memanggil kekasihnya. "Keynan, keluar kamu! Kamu harus memberi sebuah penjelasan padaku. Kenapa kamu tega melakukan ini? Kenapa kamu membohongiku Keynan? Apa salahku?"Vanesa menangis tersedu-sedu, sudah hampir satu jam dia berdiri di sana. Matanya sembab karena terlalu banyak air mata yang keluar.Akhirnya Vanesa terduduk di aspal, dia terus menangis dan tak tahu harus berbuat apa. "Keynan, kamu di mana? Kenapa kamu tega sama aku? Apa salahku? Keynan ...." Vanesa terus bergumam dengan nada lesu.Di pinggir jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil jeep yang berhenti tepat di belakang Vanesa. Setelah itu ada empat orang berbadan kekar yang keluar dan turun dari mobil tersebut lalu mengerubunginya.Vanesa terkejut dan berteriak ketakutan,"Siapa kalian? Apa yang ingin kalian lakukan?"Salah satu orang itu menjawab dengan sangat kasar, "Diam, lebih baik kamu ikut kami sekarang."Vanesa menggeleng dan mulai memberontak. Dia berdiri dari tempatnya dan mencoba untuk lari. Akan tetapi, keempat orang itu dengan mudah mencegahnya."Kamu nggak akan bisa lari kemana-mana. Ayo masuk ke dalam mobil." Salah satu orang itu menyeret Vanesa untuk masuk ke dalam mobil tersebut."Nggak, aku nggak mau! Lepaskan aku ... aku nggak mau ikut kalian. Tolong ... siapapun tolong aku ....!" teriak Vanesa sangat keras. Namun, teriakan itu tak berarti apapun.Hingga akhirnya, Vanesa masuk ke dalam mobil dan para penculik itu membawanya pergi. Di dalam mobil itu Vanesa masih mencoba untuk melawan. Dia terus berteriak meminta pertolongan."Tolong ... tolong aku ...!"Plakkk!Sebuah tamparan keras mendarat ke pipi kiri Vanesa. "Diam, atau aku berbuat kasar padamu!" seru penculik itu dengan menodongkan sebuah pisau ke leher Vanesa.Vanesa langsung menutup mulutnya. Tubuhnya gemetar melihat pisau penculik itu. "Jangan bunuh aku! Aku mohon!" ucap Vanesa ketakutan. "Maka diamlah! Jangan berisik, atau nyawamu akan melayang," sentak si penculik.Vanesa terdiam ketika penculik itu membentaknya. Dia masih memikirkan cara untuk kabur. "Bagaimana ini apa yang harus aku lakukan?" ucapnya dalam hati.Beberapa saat kemudian, Vanesa mengumpulkan kekuatannya agar bisa kabur dari penculik itu. Dia berancang-ancang dan menggigit keras tangan penculik yang sedang memeganginya. "Aahhhhh, gadis bodoh! Beraninya kamu menggigitku.""Hei, lepaskan aku! Aku ingin ke luar dari sini! Aku mohon lepaskan!" teriak Vanesa keras. Dia terus memberontak ingin melepaskan diri."Bodoh! Kamu benar-benar nggak bisa diatur. Rasakan ini!"Buugg!Salah satu penculik itu memukul leher belakang Vanesa dengan keras, sehingga gadis itu pingsan tak berdaya. "Sungguh sangat merepotkan sekali," gerutu penculik itu.Mobil pun terus melaju kencang menuju ke
Akhirnya orang itu berhasil menangkap tubuh Vanesa yang sedikit lagi akan jatuh ke bawah. "Biarkan aku mati, sudah nggak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini," teriak Vanesa memberontak. "Mbak, rumahnya di mana? Biar bapak antar Mbak ke pulang ke rumah," tanya orang itu dengan sangat panik. Belum sempat menjawab, Vanesa langsung pingsan dan membuat orang itu ketakutan. "Waduh, gawat nih. Kok jadi pingsan," seru orang itu bingung. Setelah itu ia mencari bantuan untuk membawa Vanesa ke rumah sakit.Beberapa jam kemudian. "Bu ... Bu Rika ada kabar buruk!" teriak seseorang di depan pintu.Dari dalam rumah keluarlah ibunya Vanesa dengan masih mengenakan mukena. "Ada apa Pak Andi? kabar buruk apa?" tanya Bu Rika panik."Itu, Vanesa dirawat di rumah sakit sekarang. Tadi, pihak rumah sakit menelepon Pak Rudi. Lalu saya diperintahkan untuk memberi tahu Ibu," jawab orang itu."Astaghfirullahaladzim, makasih Pak atas infonya," jawab bu Rika gugup."Sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi
Keesokan harinya.Vanesa sudah pulang ke rumah. Dia tidak ingin mengambil perhatian banyak orang. Bahkan sampai rumah pun Vanesa tidak ingin bertemu dengan siapapun. Dia selalu mengurung diri dalam kamar. Sikap tertutup itu menimbulkan opini buruk di lingkungan kontrakannya.Bu Rika semakin prihatin dengan kondisi putrinya. Rencananya hari ini dia ingin pergi ke rumah Keynan untuk meminta pertanggungjawaban. Akan tetapi, bu Rika ragu karena Vanesa tidak memperbolehkannya.Akhirnya bu Rika meminta tolong pada Zaskia teman Vanesa. "Nak, Ibu minta tolong jaga Vanesa. Hibur dia, Nak. Ibu mau memperjuangkan nasibnya pada keluarga itu," ujar bu Rika pada Zaskia."Iya, Bu. Saya akan menjaga Vanesa. Ibu hati-hati di jalan ya," jawab Zaskia.Bu Rika langsung berangkat menuju ke rumah keluarga Keynan. Dia tidak memikirkan segala sesuatunya karena, bu Rika sudah bertekad untuk memperjuangkan nasib putrinya.Seperti biasa bu Rika menuju ke rumah keluarga Keynan dengan menaiki ojek. Membutuhkan wak
Bagaikan tergambar petir Vanesa diam tak menjawab. Air matanya mulai mengalir untuk ke sekian kali. "Ibu ... kenapa ibu meninggalkan aku sendirian di sini. Apa artinya hidupku tanpa kehadiran ibu. Zas ... antar aku menemui Ibu! Zas ... aku mohon!" ucap Vanesa lirih."Vanesa tenanglah, pihak rumah sakit sudah memproses kepulangan jenazah ibumu. Kita harus tetap di sini," sahut Zaskia.Vanesa terus menangis hingga membuat kakinya lemas dan tak mampu berdiri lagi. Vanesa pingsan dalam pelukan sahabatnya. "Vanesa ... Vanesa ... bangun, Nes!" teriak Zaskia yang juga tak berdaya.Beberapa jam kemudian.Dalam kontrakan Vanesa terdapat banyak orang yang melayat. Sebagian ada yang mencibir dan juga ada yang bersimpati. Jenazah bu Rika telah dimandikan lalu proses pengafanan. Zaskia masih menunggu Vanesa yang pingsan di dalam kamar.Sesaat kemudian, Vanesa sadar dan langsung berteriak histeris, "Ibu ... ibu jangan tinggalin aku, Bu!""Vanesa tenanglah, kamu yang sabar ya! Kamu yang tegar, aku ak
Akhirnya kesalahpahaman itu pun semakin berlanjut tanpa ada kejelasan apapun. Bahkan Keynan tidak tahu kejadian yang menimpa Vanesa setelah gagalnya hari pernikahan itu.Di dalam hati, Keynan menyimpan rasa salah yang besar. Begitu pula dengan Vanesa, dia juga menyimpan kebencian yang teramat dalam dengan Keynan dan juga keluarga besarnya.Satu bulan berlalu, kondisi mental Vanesa semakin memburuk. Dia tidak mau berbicara bahkan napsu makannya pun menghilang. Kini tubuhnya sangat kurus sekali, yang dia lakukan hanya merenung dan melamun dalam kamarnya. Kalau saja tidak ada Zaskia yang selalu membantu, entah bagaimana nasib Vanesa sekarang."Nes, aku nggak tahu harus bagaimana lagi menghadapimu? Aku sudah berusaha untuk membantu tapi kamu seperti nggak ada semangat lagi. Nes, aku bingung harus bagaimana? Jawab aku, Nes," seru Zaskia di balik pintu.Di dalam kamar, Vanesa tengah duduk di atas ranjang dengan memeluk kedua kakinya. Air matanya mengalir mendengar ucapan Zaskia. Memang, satu
Vanesa terus berjalan menuju ke jalan raya. Dia tidak tahu harus pergi kemana lagi. Sesampainya di jalan, ada sebuah mobil yang mendekat. Vanesa menghentikan langkah untuk melihat siapa orang yang ada menuju ke arahnya."Hai gadis yang malang, sekarang kamu sudah menjadi gembel. Kamu tahu bagaimana perasaanku? Tentu saja sangat senang dan bahagia, entah kenapa itu terjadi aku pun nggak tahu," seru Mama Leni pada Vanesa.Vanesa diam tak menjawab hinaan itu. Air matanya terus menetes membasahi pipi.Mama Leni pun terus mengejeknya. "Kenapa diam? Apa kamu juga puas dengan semua yang terjadi? Atau kamu ingin berterima kasih padaku?" ejeknya dengan kasar."Kenapa Tante sekeji itu sama aku? Tante sudah mendapatkan semuanya, apakah masih belum puas sehingga anda terus menindas ku seperti ini?" teriak Vanesa begitu memilukan.Mama Leni menggeram kesal, dia membuka pintu mobil dengan sangat keras dan membuat Vanesa terjungkal ke atas trotoar."Awww ...." pekik Vanesa dengan terus memegangi per
Satu jam berlalu, Aldo masih menunggu di depan ruang rawat Vanesa. Untung saja dia tidak mendapatkan tugas dari Mami Ayu, jadi Aldo tidak repot untuk bolak balik pergi. "Sampai kapan dia terus pingsan? Astaga, kenapa aku penasaran sekali? huh ...."Aldo terus berjalan mondar-mandir dengan terus menolehkan wajah ke arah jendela. Dia terus berjaga hanya untuk melihat Vanesa sadar. Akhirnya harapan Aldo terkabul, Vanesa sadar dari pingsannya."Ahh, dia sudah sadar. Aku harus segera masuk." Aldo segera masuk ke dalam ruangan itu untuk menghampiri Vanesa.Vanesa membuka mata, tubuhnya yang masih lemas dan tak bertenaga sehingga membuatnya sulit berbicara. Aldo langsung menyapa Vanesa. "Hai, apakah kamu sudah baikan? atau ada yang sakit, kamu bicaralah nanti biar aku panggilkan dokter," ucap Aldo pada Vanesa, akan tetapi dia hanya diam saja.Aldo pun melanjutkan pembicaraannya, "Ada satu berita yang harus kamu tahu. Kandunganmu tidak bisa diselamatkan."Vanesa hanya mengangguk sembari menit
Vanesa terkejut mendengar jawaban Aldo yang tak biasa. Dia tidak langsung membalas jawabnya itu. Melihat Vanesa yang bingung membuat Aldo menjelaskan apa maksudnya. "Begini, mami Ayu adalah mucikari di sebuah panti pijat dan juga bar. Dia sudah tertarik padamu, jadi mau nggak mau kamu harus mengikuti keinginannya," sambung Aldo untuk meyakinkan Vanesa.Tubuh Vanesa semakin lemas mendengar itu. Seumur hidupnya sama sekali tidak pernah memikirkan untuk menjadi seorang wanita malam."Maksudmu menjadi wanita malam, apakah dengan melayani pria hidung belang? Apa harus seperti itu? Kalau iya, alangkah baiknya kamu membiarkan aku mati saja. Apa gunanya hidup jika melakukan hal sehina itu. Aku menolak permintaanmu," jawab Vanesa dengan tegas.Aldo ikut bingung dengan jawaban Vanesa. Sebenarnya dia juga tidak tega menawarkan pekerjaan itu pada wanita yang ditolongnya itu. Aldo diam sembari memikirkan jalan keluar yang tepat."Sebelumnya aku minta maaf padamu. Waktu itu aku hanya ingin sekedar