Share

Dendam Kekasih yang Terbuang
Dendam Kekasih yang Terbuang
Author: Romansa Love

Gagal menikah

Dalam sebuah acara pernikahan terdengar suara tamu saling gaduh membicarakan calon pengantin yang belum menunjukkan kehadirannya.

"Bu Rika, ini acaranya jadi nggak sih? Kenapa pengantin lelakinya belum datang juga?" tanya seorang tamu yang ada di tempat itu.

"Iya loh, kita semua sudah menunggu cukup lama di sini. Bukankah akad nikah seharusnya dimulai setengah jam yang lalu! Tapi, kenapa sampai sekarang belum terlihat kedatangan calon pengantinnya?" sahut tamu lainnya yang juga tampak marah.

Di pelaminan, terlihat seorang gadis cantik yang sudah siap dengan riasan dan memakai kebaya pengantin yang lengkap. Ia cukup gusar dengan apa yang terjadi.

Vanesa Andara duduk sendiri di kursi pelaminan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya mulai sedih karena calon suaminya tak kunjung datang.

"Keynan, kenapa kamu nggak datang-datang juga. Apa yang terjadi?" tanya Vanesa dalam hati. Air mata pun mulai mengalir dari kedua sudut matanya.

Ibu Vanesa pun ikut merasakan kegelisahan itu. Dia bertanya pada putrinya, "Nak, bagaimana? apakah Keynan sudah bisa kamu hubungi?"

"Entahlah, Bu. Nomor Keynan nggak aktif, sudah aku coba beberapa kali tetap saja nggak bisa," jawab Vanesa sangat cemas.

"Atau jangan-jangan Keynan nggak jadi menikahimu, Nak!" seru sang ibu.

"Nggak mungkin Keynan melakukan itu, Bu. Aku yakin dia pasti datang," sahut Vanesa. Dia masih mencoba untuk berpikir positif.

"Tapi, Nes. Penghulu sudah datang dan nggak bisa menunggu lagi. Nggak mungkin Keynan lupa , kalaupun terjadi sesuatu pasti dia sudah menghubungimu," tegas ibu Vanes.

Vanesa semakin tidak tenang, dia duduk dengan melihat ke tamu undangan yang sedang berbisik membicarakannya. Tak lama kemudian datang sahabat Vanesa dengan sangat panik.

"Vanesa gawat, kamu harus lihat ini!" Sahabat Vanesa menunjukkan sesuatu di dalam handphonenya.

"Zas, siapa dia? Apa maksud berita itu? Dia nggak mungkin membohongi aku 'kan?" ucap Vanesa lirih dan mulai menangis.

Lalu datanglah ibu Vanesa menanyakan apa yang terjadi, "Zaskia ada apa?"

"Ini Bu." Zaskia memperlihatkan foto yang ada di dalam handphonenya.

"Vanesa, bagaimana ini? Pada kenyataanya kamu sudah dibohongi oleh dia. Kenapa ini bisa terjadi padamu, Nak?" seru sang ibu.

Vanesa tidak bisa berkata apapun. Dia menangis melihat apa yang sedang dialaminya. Semua orang tidak sabar dan mulai protes.

"Kalau begitu acaranya jadi atau nggak, Bu Rika? Kami semua juga ada kegiatan di rumah, " seru salah satu tamu undangan yang sudah kehilangan kesabarannya.

"Iya, Bu. Calon pengantinnya mana? Saya juga ada undangan pernikahan lagi setelah ini ," seru pak Penghulu.

Tidak menemukan jalan keluar, akhirnya bu Rika memberanikan diri untuk menjelaskan apa yang terjadi. "Begini pak Penghulu dan ibu, bapak semua yang ada di sini. Saya mengumumkan kalau pernikahan ini dibatalkan karena ada sesuatu yang terjadi," ucap Bu Rika di depan semua tamu

Semua orang terkejut mendengar ucapan bu Rika. Mereka berbisik-bisik membicarakan Vanesa. "Kalau begitu, kita bubar saja ibu-ibu. Kok ada ya gagal nikah jaman sekarang, ” cibir tamu undangan.

"Huuu ...! Membuang waktuku saja,"seru semua tamu yang hadir. Mereka menyoraki bu Rika dan putrinya

Semua orang berdiri dan satu persatu meninggalkan acara pernikahan Vanesa. Begitu juga dengan pak penghulu, dia pergi bahkan tanpa berpamitan.

"Vanesa bagaimana bisa ini terjadi, Nak? Kamu sudah mempermalukan Ibu. Kita sedang dibicarakan orang satu kampung, Nes." Bu Rika mengungkapkan kekecewaannya.

"Aku akan mencarinya, Bu. Aku ingin minta penjelasan," seru Vanesa. Dia berlari masuk ke dalam kamar untuk berganti baju.

"Kamu mau meminta penjelasan apa lagi? Semuanya sudah jelas kalau dia telah menipumu Vanesa," teriak bu Rika dengan isak tangis.

Bu Rika terduduk lemas di sudut ruangan. Hatinya sakit melihat nasib putri semata wayangnya. "Kenapa kamu bernasib seperti ini, Nak?" gumam Bu Rika dalam hati.

Zaskia hanya berdiri menyaksikan nasib buruk sahabatnya. Dia mencoba untuk menenangkan hati ibu Vanesa. "Sabar Bu! Kejadian ini sungguh di luar dugaan sekali," ucap Zaskia.

Tak lama kemudian, Vanesa keluar dari kamarnya. Dia telah berganti baju tanpa menghapus riasannya. Vanesa langsung menuju ke rumah calon suaminya untuk meminta penjelasan.

"Bu, maaf aku pergi dulu ke rumah Keynan. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya," ucap Vanesa pada sang ibu.

"Jangan pergi Vanesa! Perasaan Ibu nggak enak! Vanesa berhenti Nak! Nesa ...." Bu Rika berteriak memanggil putrinya. Akan tetapi Vanesa tak mendengarkan teriakan ibunya.

Vanesa berlari sekuat tenaga menuju ke jalan raya. Dia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi melihat nasib buruk yang dialaminya. Kini Vanesa tiba di jalan raya dia memberhentikan taksi dan langsung pergi ke rumah Keynan.

Jarak rumah Keynan cukuplah jauh. Membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sana. Selama perjalanan hati Vanesa begitu gelisah. Dia sangat sedih dan hatinya terasa sakit sekali.

Setengah jam kemudian, Vanesa sudah sampai di depan rumah Keynan. Dia langsung keluar dan berdiri tepat di depan pintu gerbang rumah kekasihnya. Vanesa berteriak keras memanggil nama Keynan.

"Keynan, aku mohon keluar. Kenapa kamu melakukan ini padaku? Keynan aku mohon keluarlah! Aku ingin sebuah penjelasan." Vanesa terus berteriak dengan sekuat tenaga.

Beberapa saat kemudian, satpam keluar dan membuka pintu gerbang. Vanesa yang berlinang air mata langsung berlari menuju ke arahnya. "Pak, tolong panggilkan Keynan ke luar. Aku ingin bertemu dengannya. Aku mohon, Pak!" ucap Vanesa dengan memohon.

"Den Keynan, sedang nggak ada di rumah. Lebih baik kamu pergi dari sini. Percuma saja memohon karena Nyonya nggak mengizinkan kamu masuk apalagi berdiri di sini. Sana pergi!" jawab satpam itu dengan kasar.

Sudah beberapa kali dia di usir oleh satpam tak membuat Vanesa mundur. Dia terus berteriak memanggil kekasihnya. "Keynan, keluar kamu! Kamu harus memberi sebuah penjelasan padaku. Kenapa kamu tega melakukan ini? Kenapa kamu membohongiku Keynan? Apa salahku?"

Vanesa menangis tersedu-sedu, sudah hampir satu jam dia berdiri di sana. Matanya sembab karena terlalu banyak air mata yang keluar.

Akhirnya Vanesa terduduk di aspal, dia terus menangis dan tak tahu harus berbuat apa. "Keynan, kamu di mana? Kenapa kamu tega sama aku? Apa salahku? Keynan ...." Vanesa terus bergumam dengan nada lesu.

Di pinggir jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil jeep yang berhenti tepat di belakang Vanesa. Setelah itu ada empat orang berbadan kekar yang keluar dan turun dari mobil tersebut lalu mengerubunginya.

Vanesa terkejut dan berteriak ketakutan,"Siapa kalian? Apa yang ingin kalian lakukan?"

Salah satu orang itu menjawab dengan sangat kasar, "Diam, lebih baik kamu ikut kami sekarang."

Vanesa menggeleng dan mulai memberontak. Dia berdiri dari tempatnya dan mencoba untuk lari. Akan tetapi, keempat orang itu dengan mudah mencegahnya.

"Kamu nggak akan bisa lari kemana-mana. Ayo masuk ke dalam mobil." Salah satu orang itu menyeret Vanesa untuk masuk ke dalam mobil tersebut.

"Nggak, aku nggak mau! Lepaskan aku ... aku nggak mau ikut kalian. Tolong ... siapapun tolong aku ....!" teriak Vanesa sangat keras. Namun, teriakan itu tak berarti apapun.

Hingga akhirnya, Vanesa masuk ke dalam mobil dan para penculik itu membawanya pergi. Di dalam mobil itu Vanesa masih mencoba untuk melawan. Dia terus berteriak meminta pertolongan.

"Tolong ... tolong aku ...!"

Plakkk!

Sebuah tamparan keras mendarat ke pipi kiri Vanesa. "Diam, atau aku berbuat kasar padamu!" seru penculik itu dengan menodongkan sebuah pisau ke leher Vanesa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status