Dalam sebuah acara pernikahan terdengar suara tamu saling gaduh membicarakan calon pengantin yang belum menunjukkan kehadirannya.
"Bu Rika, ini acaranya jadi nggak sih? Kenapa pengantin lelakinya belum datang juga?" tanya seorang tamu yang ada di tempat itu."Iya loh, kita semua sudah menunggu cukup lama di sini. Bukankah akad nikah seharusnya dimulai setengah jam yang lalu! Tapi, kenapa sampai sekarang belum terlihat kedatangan calon pengantinnya?" sahut tamu lainnya yang juga tampak marah.Di pelaminan, terlihat seorang gadis cantik yang sudah siap dengan riasan dan memakai kebaya pengantin yang lengkap. Ia cukup gusar dengan apa yang terjadi.Vanesa Andara duduk sendiri di kursi pelaminan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya mulai sedih karena calon suaminya tak kunjung datang."Keynan, kenapa kamu nggak datang-datang juga. Apa yang terjadi?" tanya Vanesa dalam hati. Air mata pun mulai mengalir dari kedua sudut matanya.Ibu Vanesa pun ikut merasakan kegelisahan itu. Dia bertanya pada putrinya, "Nak, bagaimana? apakah Keynan sudah bisa kamu hubungi?""Entahlah, Bu. Nomor Keynan nggak aktif, sudah aku coba beberapa kali tetap saja nggak bisa," jawab Vanesa sangat cemas."Atau jangan-jangan Keynan nggak jadi menikahimu, Nak!" seru sang ibu."Nggak mungkin Keynan melakukan itu, Bu. Aku yakin dia pasti datang," sahut Vanesa. Dia masih mencoba untuk berpikir positif."Tapi, Nes. Penghulu sudah datang dan nggak bisa menunggu lagi. Nggak mungkin Keynan lupa , kalaupun terjadi sesuatu pasti dia sudah menghubungimu," tegas ibu Vanes.Vanesa semakin tidak tenang, dia duduk dengan melihat ke tamu undangan yang sedang berbisik membicarakannya. Tak lama kemudian datang sahabat Vanesa dengan sangat panik."Vanesa gawat, kamu harus lihat ini!" Sahabat Vanesa menunjukkan sesuatu di dalam handphonenya."Zas, siapa dia? Apa maksud berita itu? Dia nggak mungkin membohongi aku 'kan?" ucap Vanesa lirih dan mulai menangis.Lalu datanglah ibu Vanesa menanyakan apa yang terjadi, "Zaskia ada apa?""Ini Bu." Zaskia memperlihatkan foto yang ada di dalam handphonenya."Vanesa, bagaimana ini? Pada kenyataanya kamu sudah dibohongi oleh dia. Kenapa ini bisa terjadi padamu, Nak?" seru sang ibu.Vanesa tidak bisa berkata apapun. Dia menangis melihat apa yang sedang dialaminya. Semua orang tidak sabar dan mulai protes."Kalau begitu acaranya jadi atau nggak, Bu Rika? Kami semua juga ada kegiatan di rumah, " seru salah satu tamu undangan yang sudah kehilangan kesabarannya."Iya, Bu. Calon pengantinnya mana? Saya juga ada undangan pernikahan lagi setelah ini ," seru pak Penghulu.Tidak menemukan jalan keluar, akhirnya bu Rika memberanikan diri untuk menjelaskan apa yang terjadi. "Begini pak Penghulu dan ibu, bapak semua yang ada di sini. Saya mengumumkan kalau pernikahan ini dibatalkan karena ada sesuatu yang terjadi," ucap Bu Rika di depan semua tamuSemua orang terkejut mendengar ucapan bu Rika. Mereka berbisik-bisik membicarakan Vanesa. "Kalau begitu, kita bubar saja ibu-ibu. Kok ada ya gagal nikah jaman sekarang, ” cibir tamu undangan."Huuu ...! Membuang waktuku saja,"seru semua tamu yang hadir. Mereka menyoraki bu Rika dan putrinyaSemua orang berdiri dan satu persatu meninggalkan acara pernikahan Vanesa. Begitu juga dengan pak penghulu, dia pergi bahkan tanpa berpamitan."Vanesa bagaimana bisa ini terjadi, Nak? Kamu sudah mempermalukan Ibu. Kita sedang dibicarakan orang satu kampung, Nes." Bu Rika mengungkapkan kekecewaannya."Aku akan mencarinya, Bu. Aku ingin minta penjelasan," seru Vanesa. Dia berlari masuk ke dalam kamar untuk berganti baju."Kamu mau meminta penjelasan apa lagi? Semuanya sudah jelas kalau dia telah menipumu Vanesa," teriak bu Rika dengan isak tangis.Bu Rika terduduk lemas di sudut ruangan. Hatinya sakit melihat nasib putri semata wayangnya. "Kenapa kamu bernasib seperti ini, Nak?" gumam Bu Rika dalam hati.Zaskia hanya berdiri menyaksikan nasib buruk sahabatnya. Dia mencoba untuk menenangkan hati ibu Vanesa. "Sabar Bu! Kejadian ini sungguh di luar dugaan sekali," ucap Zaskia.Tak lama kemudian, Vanesa keluar dari kamarnya. Dia telah berganti baju tanpa menghapus riasannya. Vanesa langsung menuju ke rumah calon suaminya untuk meminta penjelasan."Bu, maaf aku pergi dulu ke rumah Keynan. Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya," ucap Vanesa pada sang ibu."Jangan pergi Vanesa! Perasaan Ibu nggak enak! Vanesa berhenti Nak! Nesa ...." Bu Rika berteriak memanggil putrinya. Akan tetapi Vanesa tak mendengarkan teriakan ibunya.Vanesa berlari sekuat tenaga menuju ke jalan raya. Dia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi melihat nasib buruk yang dialaminya. Kini Vanesa tiba di jalan raya dia memberhentikan taksi dan langsung pergi ke rumah Keynan.Jarak rumah Keynan cukuplah jauh. Membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sana. Selama perjalanan hati Vanesa begitu gelisah. Dia sangat sedih dan hatinya terasa sakit sekali.Setengah jam kemudian, Vanesa sudah sampai di depan rumah Keynan. Dia langsung keluar dan berdiri tepat di depan pintu gerbang rumah kekasihnya. Vanesa berteriak keras memanggil nama Keynan."Keynan, aku mohon keluar. Kenapa kamu melakukan ini padaku? Keynan aku mohon keluarlah! Aku ingin sebuah penjelasan." Vanesa terus berteriak dengan sekuat tenaga.Beberapa saat kemudian, satpam keluar dan membuka pintu gerbang. Vanesa yang berlinang air mata langsung berlari menuju ke arahnya. "Pak, tolong panggilkan Keynan ke luar. Aku ingin bertemu dengannya. Aku mohon, Pak!" ucap Vanesa dengan memohon."Den Keynan, sedang nggak ada di rumah. Lebih baik kamu pergi dari sini. Percuma saja memohon karena Nyonya nggak mengizinkan kamu masuk apalagi berdiri di sini. Sana pergi!" jawab satpam itu dengan kasar.Sudah beberapa kali dia di usir oleh satpam tak membuat Vanesa mundur. Dia terus berteriak memanggil kekasihnya. "Keynan, keluar kamu! Kamu harus memberi sebuah penjelasan padaku. Kenapa kamu tega melakukan ini? Kenapa kamu membohongiku Keynan? Apa salahku?"Vanesa menangis tersedu-sedu, sudah hampir satu jam dia berdiri di sana. Matanya sembab karena terlalu banyak air mata yang keluar.Akhirnya Vanesa terduduk di aspal, dia terus menangis dan tak tahu harus berbuat apa. "Keynan, kamu di mana? Kenapa kamu tega sama aku? Apa salahku? Keynan ...." Vanesa terus bergumam dengan nada lesu.Di pinggir jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil jeep yang berhenti tepat di belakang Vanesa. Setelah itu ada empat orang berbadan kekar yang keluar dan turun dari mobil tersebut lalu mengerubunginya.Vanesa terkejut dan berteriak ketakutan,"Siapa kalian? Apa yang ingin kalian lakukan?"Salah satu orang itu menjawab dengan sangat kasar, "Diam, lebih baik kamu ikut kami sekarang."Vanesa menggeleng dan mulai memberontak. Dia berdiri dari tempatnya dan mencoba untuk lari. Akan tetapi, keempat orang itu dengan mudah mencegahnya."Kamu nggak akan bisa lari kemana-mana. Ayo masuk ke dalam mobil." Salah satu orang itu menyeret Vanesa untuk masuk ke dalam mobil tersebut."Nggak, aku nggak mau! Lepaskan aku ... aku nggak mau ikut kalian. Tolong ... siapapun tolong aku ....!" teriak Vanesa sangat keras. Namun, teriakan itu tak berarti apapun.Hingga akhirnya, Vanesa masuk ke dalam mobil dan para penculik itu membawanya pergi. Di dalam mobil itu Vanesa masih mencoba untuk melawan. Dia terus berteriak meminta pertolongan."Tolong ... tolong aku ...!"Plakkk!Sebuah tamparan keras mendarat ke pipi kiri Vanesa. "Diam, atau aku berbuat kasar padamu!" seru penculik itu dengan menodongkan sebuah pisau ke leher Vanesa.Vanesa langsung menutup mulutnya. Tubuhnya gemetar melihat pisau penculik itu. "Jangan bunuh aku! Aku mohon!" ucap Vanesa ketakutan. "Maka diamlah! Jangan berisik, atau nyawamu akan melayang," sentak si penculik.Vanesa terdiam ketika penculik itu membentaknya. Dia masih memikirkan cara untuk kabur. "Bagaimana ini apa yang harus aku lakukan?" ucapnya dalam hati.Beberapa saat kemudian, Vanesa mengumpulkan kekuatannya agar bisa kabur dari penculik itu. Dia berancang-ancang dan menggigit keras tangan penculik yang sedang memeganginya. "Aahhhhh, gadis bodoh! Beraninya kamu menggigitku.""Hei, lepaskan aku! Aku ingin ke luar dari sini! Aku mohon lepaskan!" teriak Vanesa keras. Dia terus memberontak ingin melepaskan diri."Bodoh! Kamu benar-benar nggak bisa diatur. Rasakan ini!"Buugg!Salah satu penculik itu memukul leher belakang Vanesa dengan keras, sehingga gadis itu pingsan tak berdaya. "Sungguh sangat merepotkan sekali," gerutu penculik itu.Mobil pun terus melaju kencang menuju ke
Akhirnya orang itu berhasil menangkap tubuh Vanesa yang sedikit lagi akan jatuh ke bawah. "Biarkan aku mati, sudah nggak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini," teriak Vanesa memberontak. "Mbak, rumahnya di mana? Biar bapak antar Mbak ke pulang ke rumah," tanya orang itu dengan sangat panik. Belum sempat menjawab, Vanesa langsung pingsan dan membuat orang itu ketakutan. "Waduh, gawat nih. Kok jadi pingsan," seru orang itu bingung. Setelah itu ia mencari bantuan untuk membawa Vanesa ke rumah sakit.Beberapa jam kemudian. "Bu ... Bu Rika ada kabar buruk!" teriak seseorang di depan pintu.Dari dalam rumah keluarlah ibunya Vanesa dengan masih mengenakan mukena. "Ada apa Pak Andi? kabar buruk apa?" tanya Bu Rika panik."Itu, Vanesa dirawat di rumah sakit sekarang. Tadi, pihak rumah sakit menelepon Pak Rudi. Lalu saya diperintahkan untuk memberi tahu Ibu," jawab orang itu."Astaghfirullahaladzim, makasih Pak atas infonya," jawab bu Rika gugup."Sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi
Keesokan harinya.Vanesa sudah pulang ke rumah. Dia tidak ingin mengambil perhatian banyak orang. Bahkan sampai rumah pun Vanesa tidak ingin bertemu dengan siapapun. Dia selalu mengurung diri dalam kamar. Sikap tertutup itu menimbulkan opini buruk di lingkungan kontrakannya.Bu Rika semakin prihatin dengan kondisi putrinya. Rencananya hari ini dia ingin pergi ke rumah Keynan untuk meminta pertanggungjawaban. Akan tetapi, bu Rika ragu karena Vanesa tidak memperbolehkannya.Akhirnya bu Rika meminta tolong pada Zaskia teman Vanesa. "Nak, Ibu minta tolong jaga Vanesa. Hibur dia, Nak. Ibu mau memperjuangkan nasibnya pada keluarga itu," ujar bu Rika pada Zaskia."Iya, Bu. Saya akan menjaga Vanesa. Ibu hati-hati di jalan ya," jawab Zaskia.Bu Rika langsung berangkat menuju ke rumah keluarga Keynan. Dia tidak memikirkan segala sesuatunya karena, bu Rika sudah bertekad untuk memperjuangkan nasib putrinya.Seperti biasa bu Rika menuju ke rumah keluarga Keynan dengan menaiki ojek. Membutuhkan wak
Bagaikan tergambar petir Vanesa diam tak menjawab. Air matanya mulai mengalir untuk ke sekian kali. "Ibu ... kenapa ibu meninggalkan aku sendirian di sini. Apa artinya hidupku tanpa kehadiran ibu. Zas ... antar aku menemui Ibu! Zas ... aku mohon!" ucap Vanesa lirih."Vanesa tenanglah, pihak rumah sakit sudah memproses kepulangan jenazah ibumu. Kita harus tetap di sini," sahut Zaskia.Vanesa terus menangis hingga membuat kakinya lemas dan tak mampu berdiri lagi. Vanesa pingsan dalam pelukan sahabatnya. "Vanesa ... Vanesa ... bangun, Nes!" teriak Zaskia yang juga tak berdaya.Beberapa jam kemudian.Dalam kontrakan Vanesa terdapat banyak orang yang melayat. Sebagian ada yang mencibir dan juga ada yang bersimpati. Jenazah bu Rika telah dimandikan lalu proses pengafanan. Zaskia masih menunggu Vanesa yang pingsan di dalam kamar.Sesaat kemudian, Vanesa sadar dan langsung berteriak histeris, "Ibu ... ibu jangan tinggalin aku, Bu!""Vanesa tenanglah, kamu yang sabar ya! Kamu yang tegar, aku ak
Akhirnya kesalahpahaman itu pun semakin berlanjut tanpa ada kejelasan apapun. Bahkan Keynan tidak tahu kejadian yang menimpa Vanesa setelah gagalnya hari pernikahan itu.Di dalam hati, Keynan menyimpan rasa salah yang besar. Begitu pula dengan Vanesa, dia juga menyimpan kebencian yang teramat dalam dengan Keynan dan juga keluarga besarnya.Satu bulan berlalu, kondisi mental Vanesa semakin memburuk. Dia tidak mau berbicara bahkan napsu makannya pun menghilang. Kini tubuhnya sangat kurus sekali, yang dia lakukan hanya merenung dan melamun dalam kamarnya. Kalau saja tidak ada Zaskia yang selalu membantu, entah bagaimana nasib Vanesa sekarang."Nes, aku nggak tahu harus bagaimana lagi menghadapimu? Aku sudah berusaha untuk membantu tapi kamu seperti nggak ada semangat lagi. Nes, aku bingung harus bagaimana? Jawab aku, Nes," seru Zaskia di balik pintu.Di dalam kamar, Vanesa tengah duduk di atas ranjang dengan memeluk kedua kakinya. Air matanya mengalir mendengar ucapan Zaskia. Memang, satu
Vanesa terus berjalan menuju ke jalan raya. Dia tidak tahu harus pergi kemana lagi. Sesampainya di jalan, ada sebuah mobil yang mendekat. Vanesa menghentikan langkah untuk melihat siapa orang yang ada menuju ke arahnya."Hai gadis yang malang, sekarang kamu sudah menjadi gembel. Kamu tahu bagaimana perasaanku? Tentu saja sangat senang dan bahagia, entah kenapa itu terjadi aku pun nggak tahu," seru Mama Leni pada Vanesa.Vanesa diam tak menjawab hinaan itu. Air matanya terus menetes membasahi pipi.Mama Leni pun terus mengejeknya. "Kenapa diam? Apa kamu juga puas dengan semua yang terjadi? Atau kamu ingin berterima kasih padaku?" ejeknya dengan kasar."Kenapa Tante sekeji itu sama aku? Tante sudah mendapatkan semuanya, apakah masih belum puas sehingga anda terus menindas ku seperti ini?" teriak Vanesa begitu memilukan.Mama Leni menggeram kesal, dia membuka pintu mobil dengan sangat keras dan membuat Vanesa terjungkal ke atas trotoar."Awww ...." pekik Vanesa dengan terus memegangi per
Satu jam berlalu, Aldo masih menunggu di depan ruang rawat Vanesa. Untung saja dia tidak mendapatkan tugas dari Mami Ayu, jadi Aldo tidak repot untuk bolak balik pergi. "Sampai kapan dia terus pingsan? Astaga, kenapa aku penasaran sekali? huh ...."Aldo terus berjalan mondar-mandir dengan terus menolehkan wajah ke arah jendela. Dia terus berjaga hanya untuk melihat Vanesa sadar. Akhirnya harapan Aldo terkabul, Vanesa sadar dari pingsannya."Ahh, dia sudah sadar. Aku harus segera masuk." Aldo segera masuk ke dalam ruangan itu untuk menghampiri Vanesa.Vanesa membuka mata, tubuhnya yang masih lemas dan tak bertenaga sehingga membuatnya sulit berbicara. Aldo langsung menyapa Vanesa. "Hai, apakah kamu sudah baikan? atau ada yang sakit, kamu bicaralah nanti biar aku panggilkan dokter," ucap Aldo pada Vanesa, akan tetapi dia hanya diam saja.Aldo pun melanjutkan pembicaraannya, "Ada satu berita yang harus kamu tahu. Kandunganmu tidak bisa diselamatkan."Vanesa hanya mengangguk sembari menit
Vanesa terkejut mendengar jawaban Aldo yang tak biasa. Dia tidak langsung membalas jawabnya itu. Melihat Vanesa yang bingung membuat Aldo menjelaskan apa maksudnya. "Begini, mami Ayu adalah mucikari di sebuah panti pijat dan juga bar. Dia sudah tertarik padamu, jadi mau nggak mau kamu harus mengikuti keinginannya," sambung Aldo untuk meyakinkan Vanesa.Tubuh Vanesa semakin lemas mendengar itu. Seumur hidupnya sama sekali tidak pernah memikirkan untuk menjadi seorang wanita malam."Maksudmu menjadi wanita malam, apakah dengan melayani pria hidung belang? Apa harus seperti itu? Kalau iya, alangkah baiknya kamu membiarkan aku mati saja. Apa gunanya hidup jika melakukan hal sehina itu. Aku menolak permintaanmu," jawab Vanesa dengan tegas.Aldo ikut bingung dengan jawaban Vanesa. Sebenarnya dia juga tidak tega menawarkan pekerjaan itu pada wanita yang ditolongnya itu. Aldo diam sembari memikirkan jalan keluar yang tepat."Sebelumnya aku minta maaf padamu. Waktu itu aku hanya ingin sekedar
Di dalam mobil Virga terus bertanya tentang Ibunya. Aldo pun bingung harus menjawab apa. Akhirnya dia menelepon Mama Ratih agar secepatnya pulang ke rumah. "Ma, cepat pulang ya. Aku bingung harus menjelaskan apa?"Aldo mematikan panggilan itu setelah meminta ibunya untuk pulang ke rumah. Beberapa menit kemudian, mereka sampai juga. Aldo ke luar dan membuka pintu untuk Virga."Hei, kok sedih gitu. Jangan sedih dong nanti pulang dari kantor Om bawakan mainan untukmu. Bagaimana?"Virga mengusap hidungnya yang berair. Dia sedang menahan air matanya. Aldo pun menggandeng tangan keponakannya itu untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam, Virga disambut oleh bibi."Den Virga sudah pulang. Sini sama Bibi saja, kita ganti baju setelah itu makan siang ya. Bibi sudah masak makanan kesukaan, Den Virga," ucap Bibi sedikit merayu.Aldo semakin pusing saat melihat Virga sedih. Dia tidak bisa berkutik sedikitpun. Tak lama kemudian, datang lah Mama Ratih yang juga terlihat sangat buru-buru."Ma
Vanesa terus merengek pada Keynan yang sudah terpancing emosi. Mereka terus berjalan menuruni eskalator. Keynan ingin membawa Vanesa ke suatu tempat. Sesampainya di luar, Keynan meminta Vanesa untukasuk ke dalam mobil."Cepat masuk!""Nggak. Aku nggak akan masuk!"Keynan semakin hilang kesabaran. "Cepat masuk, atau aku bersikap kasar. Aku bisa berbuat nekat padamu!""Lepaskan tanganku, aku ingin pergi dari sini. Tolong ... tolong ....""Diam ...!" seru Keynan sambil membekap mulut Vanesa. Setelah itu dia mendorongnya hingga masuk ke dalam mobil.Keynan segera menutup pintu mobil dan dia ikut masuk ke dalam. Vanesa terus berteriak sambil menggedor kaca. Keynan tak menghiraukan hal itu dan tetap menjalankan mobilnya.Vanesa dilanda ketakutan, dia panik sekali. Tiba-tiba handphonenya berdering. Vanesa langsung mengangkat panggilan itu dengan cepat. "Mama, tolong. Ma ....""Matikan handphonemu!" Keynan menghentikan mobil, dia mengambil handphone Vanesa dan membuangnya ke luar jendela."Ke
"Saat aku mengajak Virga ke toko mainan, orang itu tiba-tiba muncul. Dia mengatakan kalau ingin memiliki Virga. Orang itu berkata kalau dia berhak atas Virga. Ingin sekali merobek mulutnya," jelas Aldo pada sang Kakak.Farhan terdiam mendengar cerita Aldo. Dia sangat penasaran dengan Keynan. "Melihat reaksi Vanesa yang sangat ketakutan membuat hatiku sakit. Memang apa saja yang dilakukan oleh orang itu? Apa kamu mau menceritakan semuanya padaku?""Ceritanya sangat panjang, Kak. Maaf, aku tidak bisa menceritakannya karena ada kisahku dalam cerita itu. Aku nggak ingin hubungan kita menjadi renggang hanya karena cerita masa lalu. Lebih baik sekarang kakak menjaganya dari orang brengsek itu," jawab Aldo pada kakaknya.Farhan menghela napas dalam. Hatinya begitu sesak menerima kenyataan yang ada. "Andai saja aku bisa lebih awal bertemu dengan Vanesa. Pasti dia nggak akan mengalami hal ini," gumamnya dalam hati."Sudah malam sebaiknya kita tidur, Kak. Aku masuk ke dalam dulu," kata Aldo, di
Keynan terus memanggil Aldo yang pergi dari tempat tersebut. Bahkan Aldo tidak mempedulikannya sedikit pun."Sayang, apa kamu tahu rumahnya di mana? Kita harus menemuinya, kamu harus mendapatkan Virga," seru Dinda, dia ikut cemas setelah melihat Virga."Ayo kita ikuti mereka!" Keynan berlari bersama istrinya untuk mengejar Aldo yang membawa Virga.Sesampainya di depan, mereka sudah kehilangan jejak Aldo. Keynan bingung harus ke mana lagi. "Sial, kenapa perginya sangat cepat sekali?""Ayo kita keluar, aku yakin. Mereka tidak jauh dari sini," sahut Dinda yakin.Keynan setuju dengan ucapan istrinya. Akhirnya kedua orang itu pergi dari toko tersebut untuk mencari keberadaan Aldo. Dari kejauhan, Aldo melihat mereka sudah pergi. Ternyata dia hanya sembunyi di balik tembok."Aku nggak akan biarkan kalian menyakitinya lagi. Kali ini aku harus waspada," gumam Aldo dalam hati.Virga terheran-heran karena dia tidak mengerti apa pun. "Om, apa kita bisa pulang sekarang? Sudah cukup mainannya," uca
Makan siang selesai, Vanesa kembali ke kamarnya bersama Farhan. Virga mengajak Aldo untuk bermain di taman. Saat berada dalam kamar, Vanesa membuka cadarnya. Dia duduk di pinggiran ranjang sambil memijit pundaknya yang terasa pegal.Farhan langsung mendekati istrinya, dia membantu Vanesa memijit pundaknya. "Sini biar, Mas bantu pijit!""Apa kamu merasa tidak nyaman dengan sikap, Aldo?" tanya Farhan pada istrinya."Aku biasa saja, Mas. Aku sudah tahu watak Aldo, jadi tidak ada masalah.""Kalau bukan karena Mama, mungkin aku akan mengajakmu pindah dari sini! Aku cemburu melihat tatapan Aldo padamu."Farhan mengungkapkan kegelisahannya.Vanesa melihat suaminya. "Mas, Aldo memang begitu. Dia nggak akan melewati batas kok, aku yakin itu. Jadi kamu nggak usah khawatir berlebihan. Aku takut kalau kamu berselisih dengannya."Farhan memegang dan mencium tangan istrinya. "Baiklah, aku menuruti apa yang kamu katakan. Besok kita daftarkan Virga ke sekolah ya. Aku ingin dia beradaptasi lebih cepat
Vanesa melakukan bersih-bersih di kamar mandi. Sedangkan, Farhan masih merenung memikirkan bagaimana sikap Aldo jika bertemu dengan istrinya. "Apa yang harus aku lakukan? Apakah nanti Aldo bisa mengendalikan diri? Sulit baginya untuk menerima kenyataan ini."Setelah itu Farhan keluar untuk menemui Ibunya. Dia ingin membahas persoalan yang sedang membuatnya bingung. Sesampainya di bawah Farhan langsung menghampiri mama Ratih."Ma, ada yang ingin aku bicarakan. Ini sangat penting sekali," ucap Farhan terlihat sangat khawatir."Ada apa Farhan? Mana istrimu, kok belum turun? Sebentar lagi Aldo akan pulang, dia tadi menelepon Mama menanyakan kedatangan kalian," kata Mama Ratih, membuat Farhan semakin bimbang.Mama Ratih duduk di meja makan. Dia duduk di samping Farhan yang sedang serius. "Ada apa? Panik sekali!""Gini, Ma. Aku hanya ingin solusi dari Mama. Soal Aldo dengan Vanesa. Aku tahu hubungan mereka sangat dekat sekali. Sekarang mereka berada dalam satu rumah. Pada kenyataannya, Aldo
"Nggak ada apa-apa, Mas! Hanya kaget saja!""Bunda, itu seperti mobil Om baik sama Tante baik. Apa mereka mau lihat aku lagi ya, Bunda? Soalnya mereka pernah bilang mau datang lagi,"seru Virga pada Vanesa."Mungkin kamu salah lihat, Sayang. Mobil seperti itu 'kan banyak," jawab Vanesa.Farhan semakin tidak mengerti dengan kekhawatiran Vanesa. Dia tidak mau memaksa istrinya untuk berbicara. "Ya sudah kalau kamu nggak mau bicara. Tapi, kamu harus ingat kalau ada masalah kamu harus cerita sama aku. Jangan menyimpannya sendiri ya.""Iya Mas, kamu nggak usah khawatir aku tahu kok." Setelah itu Farhan memfokuskan pandangannya ke depan. Dia harus cepat sampai karena biasanya jalanan sangat macet.Di Tempat Lain.Mobil yang bersimpangan dengan mobil Farhan tadi berhenti di panti asuhan. Mereka adalah Keynan dan istrinya, maksud kedatangannya adalah untuk menyelidiki siapa Virga sebenarnya.Keynan dan Dinda keluar dari mobilnya, kemudian mereka masuk ke dalam hati."Assalamualaikum, permisi!"
Farhan telah terkulai lemas di samping istrinya. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Vanesa. Saat berhubungan badan tadi, Vanesa sempat takut bahkan terlihat sangat pucat sekali."Sayang kamu nggak apa-apa 'kan? Maaf, jika aku menyakitimu!" kata Farhan sambil memeluk istrinya dari belakang.Tubuh Vanesa masih gemetar, dia belum bisa melupakan pelecehan yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Bahkan, air matanya masih mengalir."Nesa, jawab aku! Kamu nggak apa-apa 'kan?"Vanesa menggeleng, dia tidak ingin membuat Farhan kecewa. "Maaf, Mas. Aku nggak apa-apa. Hanya saja, sedikit mengingat masa lalu!""Mulai saat ini, aku harap kamu selalu terbuka apa pun yang terjadi. Kamu harus bercerita padaku. Terima kasih sudah memberikan malam indah untukku, Nesa. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu!"Vanesa memeluk tangan Farhan yang melingkar di pinggangnya. Dia mencium tangan tersebut sebagai balasan atas ungkapan rasa Farhan."Sekarang tidurlah, besok pagi kita langsung ke sekolah Virga. La
Mata Vanesa membulat mendengar ucapan Farhan. Dia langsung menunduk lagi karena malu. Hal itu membuat Farhan semakin gemas. "Aku bercanda, aku akan menunggu sampai kamu siap. Ayo kita cari Virga sekarang! Jangan sampai dia berpikir kalau Bundanya mulai mengabaikan," ucap Farhan membuat Vanesa tersenyum."Kalau begitu ayo kita mencarinya," balas Vanesa pada suaminya. Vanesa memakai kembali cadarnya. Setelah itu keluar bersama Farhan untuk menemui Virga.Di Tempat Lain.Aldo menyetir mobil dengan sangat fokus sekali. Dari panti hingga masuk ke kota, sekalipun dia tidak berbicara. Mama Ratih hanya bisa menghela napas panjang melihat nasib putra bungsunya itu."Aldo, kamu baik-baik saja 'kan, Nak?""Aku baik-baik saja, Ma. Mama nggak usah khawatir, aku baik-baik saja," jawab Aldo datar dan tanpa ekspresi."Mama selalu khawatir padamu. Sikapmu yang seperti ini membuat Mama takut."Aldo tersenyum tipis. "Ma, aku sudah terbiasa dalam hal ini. Aku sudah menjalaninya selama lima tahun. Jadi,