Aldo keluar dari kamar mami Ayu. Dia sangat menurut dengan semua perintah wanita tersebut. Aldo sebenarnya anak dari keluarga berada. Tapi sudah 3 tahun dia tidak pernah kembali ke rumah.Hidup Aldo berubah saat kenal dengan mami Ayu. Dia mendapat pekerjaan sebagai gigolo untuk melayani para wanita kaya yang kesepian. Bahkan dia juga sudah menjadi kepercayaan bagi mami Ayu.Aldo berjalan menuju ke kamarnya. Dia ingin menenangkan diri sejenak, karena setelah bertemu dengan Vanesa hatinya menjadi sedikit kacau.Keesokkan harinya.Aldo sedang bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Hari ini dia akan menjemput Vanesa yang sudah berangsur membaik. Mami Ayu sendiri sudah pergi ke kota karena ada sesuatu yang terjadi di panti pijat miliknya.Awalnya mami Ayu ingin memaksa Vanesa untuk segera keluar dari rumah sakit. Akan tetapi, Aldo meminta sedikit waktu agar Vanesa bisa bersiap. Sepertinya Aldo sudah mulai penasaran pada Vanesa.Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di rumah s
Beberapa jam kemudian, Aldo dan Vanesa sudah sampai di kota. Perjalanan yang cukup jauh telah ditempuh. Vanesa masih memejamkan matanya karena tertidur lagi selama di jalan.Aldo membangunkan Vanesa yang tertidur. "Nes, sebentar lagi kita sampai," seru Aldo pelan.Vanesa menggeliat dan mengerjapkan matanya. Dia mengatur posisi duduk dan menegakkan kursinya lagi. Aldo melihat wajah Vanesa sangat kecapekan. Jadi dia menambah kecepatan mobil agar cepat sampai."Aldo aku lapar," ucap Vanesa lirih.Aldo kaget ketika Vanesa memanggil namanya. "Oke, setelah sampai nanti kita makan. Tadi aku mau bangunin kamu, tapi nggak tega," balas Aldo.Beberapa menit kemudian, mobil Aldo sampai juga di tempat pijat mami Ayu. Tempat tersebut terlihat seperti rumah mewah pada umumnya, yang membedakan hanya fungsinya yang serba guna.Mobil berhenti di halaman rumah. Aldo turun dan membukakan pintu untuk Vanesa. "Setelah masuk ke dalam, kamu biasa saja. Nggak usah pedulikan pandangan aneh orang lain ketika m
Vanesa menoleh dan mengangguk pelan. Dia merapikan rambut kemudian turun ke bawah menemui mami Ayu. Suasana rumah mulai ramai, karena baru pertama kali jadi Vanesa masih agak canggung.Sesampainya di bawah, Vanesa langsung menghampiri mami Ayu yang sedang duduk di sofa. "Apa Mami memanggilku?" tanyanya.Mami Ayu menoleh dan menjawab, "Ini ada delivery untukmu. Aldo yang membelikanmu.""Oh, ya kamu ambil juga paper bag itu. Sepertinya anak itu sangat memanjakanmu," sindir mami Ayu dengan lirikan yang sinis.Vanesa mengambil dua paper bag itu kemudian kembali ke kamarnya. Suasana rumah yang bising membuat dirinya sedikit tidak nyaman. Vanesa masuk ke dalam kamarnya, dia meletakkan paper bag itu dan segera mengambil nasi kotak tersebut. "Aku kira Aldo akan lupa untuk membelikan aku makanan. Perutku lapar sekali," gumamnya.Sambil mengunyah makanan, Vanesa membuka paper bag yang satunya. Ternyata, Aldo membelikannya sebuah handphone. "Dia juga membelikan aku barang mahal seperti ini," uc
Vanesa menghentikan tangan Demian yang meraba tubuhnya. Tentu saja hal itu membuat Demian heran. "Kenapa? Bukankah sudah tugasmu melayani kesenangan pelanggan? Atau ini baru pertama kalinya kamu disentuh oleh seorang lelaki?" tanya Demian penasaran. Vanesa mencoba untuk tenang dan santai. Dia bersikap refleks karena mengingat kejadian buruk yang menimpanya dulu. "Maaf, aku hanya sedikit kaget saja karena ini pertama kalinya aku bekerja di tempat seperti ini, " jawabnya. Demian menaikkan satu alisnya. "Apa kamu masih perawan?" tanyanya.Vanesa mengulas sebuah senyuman. "Kalau aku masih perawan, tentu saja nggak akan berada di tempat terkutuk ini, "jawab Vanesa dengan mendekatkan wajahnya.Demian semakin mengeratkan pelukannya. Dia kembali meraba Pinggang dan punggung Vanesa. "Reaksimu ini membuatku sangat menginginkanmu. Bagaimana kalau malam ini kamu yang melayaniku?"Vanesa memundurkan tubuhnya, dia membelai wajah Demian dengan lembut. "Tapi, tujuanku di sini nggak untuk menjual tu
"Emmmhh, Aldo kenapa rasanya kepalaku berputar-putar?" racau Vanesa sambil memeluk Aldo.Aldo terus menatap wajah cantik yang ada di bawahnya. Dia benar-benar sudah jatuh hati pada Vanesa. "Gadis nakal, beraninya kamu menggodaku seperti ini. Apa kamu nggak khawatir kalau aku melakukan sesuatu padamu? Hem?" ujar Aldo sambil tersenyum.Setelah itu, Aldo mengajak Vanesa untuk pulang ke rumahnya. Dia sengaja tidak membawanya pulang ke rumah mami Ayu karena ingin lebih dekat dengan Vanesa.Aldo menggendong Vanesa yang sudah tidak sadar menuju ke mobil. Kemudian, dia melajukan mobilnya menuju ke rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari bar.Hanya dalam waktu lima belas menit Aldo sampai di rumah. Dia ke luar dan segera membawa Vanesa yang sudah terlelap dalam tidurnya untuk masuk ke dalam rumah.Aldo jalan menuju ke kamarnya. Dia meletakkan tubuh Vanessa di atas ranjang. Vanesa menggeliat dan menampakkan kemolekan tubuhnya."Vanesa, kenapa kamu terus menggodaku seperti ini? Aku ini lelaki
Lelaki itu berjalan melewati Aldo dan langsung memeluk Vanesa dihadapan semua orang. Dia juga menciumnya mesra. "Sayang, aku menunggumu di kantor. Tapi, kenapa kamu nggak datang juga?"Vanesa sedikit canggung, dia melepaskan pelukan itu. "Aku baru saja sadar, efek mabuk semalam. Jadi belum sempat untuk menemuimu," jawab Vanesa, dia melirik ke arah Aldo yang sejak tadi memandanginya."Its oke, ayo kita pergi sekarang. Aku sudah mem-booking mu untuk seharian ini," seru Demian, dia sangatlah bersemangat sekali."Ke- kemana?" Vanesa bertanya-tanya sendiri.Mami Ayu langsung menjawab pertanyaan Vanesa, "Pergilah, Vanesa. Tuan Demian sudah mem-booking mu untuk hari ini. Jadi, bersenang-senanglah."Vanesa tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut, karena itu sudah menjadi pekerjaannya. "Oke, ayo kita pergi sekarang!"Demian tersenyum senang. Dia berbisik pelan pada Vanesa. "Seharusnya kamu jangan menutupi lehermu, karena terlihat sangat seksi sekali."Pipi Vanesa langsung memerah, dia sangat
Vanesa terus menangis dalam pelukan Demian. Lalu, lelaki itu mencoba untuk menghiburnya. "Sudah, jangan menangis lagi. Sekarang kamu harus membuktikan kalau dirimu lebih kuat dari siapapun. Buktikan pada mereka suatu hari nanti, bahwa kamu nggak gampang untuk ditindas," ucap Demian."Tentu saja aku harus kuat. Aku ingin mencari banyak uang untuk membalas orang yang telah menghancurkan hidupku. Ya, meski harus bekerja secara kotor seperti ini," balas Vanesa.Demian menarik dagu Vanesa, lalu dia berbicara dengan lembut, "Kotor? Bagian mana yang kotor? Biar aku membersihkannya."Vanesa mendorong pelan tubuh Demian yang berusaha untuk mencumbunya. "Sudah cukup hari ini, Tuan. Aku nggak ingin memancing hasratmu lagi," ucap Vanesa, dia menolak hasrat Demian yang mulai bergejolak.Demian mengejar Vanesa yang mencoba untuk kabur. "Sayang, sekali lagi oke! Besok aku akan terbang ke luar negeri. Jadi kita nggak akan bertemu dalam waktu yang lama. Please, sekali lagi!""Nggak, Demian. Aku nggak
Tanpa sadar Aldo menindih Vanesa. Dia sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Vanesa pun memberontak untuk menghindari cumbuan Aldo."Aldo, please sadarlah! Kamu nggak seharusnya melakukan ini. Aldo, sadarlah! Aku mohon sadarlah!" Vanesa terus berteriak untuk menyadarkan Aldo.Vanesa terus menghindar hingga tangannya tak sengaja memukul wajah Aldo. Pukulan itu sedikit menyadarkannya. Dia membuka mata dan melihat wajah panik Vanesa."Vanesa ... kamu sudah pulang. Maaf aku hampir saja melakukan hal buruk," seru Aldo, dia segera bangkit dan menyingkir dari tubuh Vanesa.Aldo kembali berbaring di atas ranjang. Kepalanya sangat pusing sekali. "Aku benar-benar tidak sadar, Nes. Maafkan aku ya," ucapnya lagi.Vanesa duduk di samping Aldo yang terus memegangi kepalanya. "Aku nggak apa-apa, hanya saja aku khawatir kalau kamu hilang kendali dan tak mengenaliku," jawabnya.Aldo mendesah pelan, dia terus kepikiran dengan apa yang dilakukannya tadi. Sedankan, Vanesa masih menatap bingung lelaki