Vanesa menghentikan tangan Demian yang meraba tubuhnya. Tentu saja hal itu membuat Demian heran. "Kenapa? Bukankah sudah tugasmu melayani kesenangan pelanggan? Atau ini baru pertama kalinya kamu disentuh oleh seorang lelaki?" tanya Demian penasaran. Vanesa mencoba untuk tenang dan santai. Dia bersikap refleks karena mengingat kejadian buruk yang menimpanya dulu. "Maaf, aku hanya sedikit kaget saja karena ini pertama kalinya aku bekerja di tempat seperti ini, " jawabnya. Demian menaikkan satu alisnya. "Apa kamu masih perawan?" tanyanya.Vanesa mengulas sebuah senyuman. "Kalau aku masih perawan, tentu saja nggak akan berada di tempat terkutuk ini, "jawab Vanesa dengan mendekatkan wajahnya.Demian semakin mengeratkan pelukannya. Dia kembali meraba Pinggang dan punggung Vanesa. "Reaksimu ini membuatku sangat menginginkanmu. Bagaimana kalau malam ini kamu yang melayaniku?"Vanesa memundurkan tubuhnya, dia membelai wajah Demian dengan lembut. "Tapi, tujuanku di sini nggak untuk menjual tu
"Emmmhh, Aldo kenapa rasanya kepalaku berputar-putar?" racau Vanesa sambil memeluk Aldo.Aldo terus menatap wajah cantik yang ada di bawahnya. Dia benar-benar sudah jatuh hati pada Vanesa. "Gadis nakal, beraninya kamu menggodaku seperti ini. Apa kamu nggak khawatir kalau aku melakukan sesuatu padamu? Hem?" ujar Aldo sambil tersenyum.Setelah itu, Aldo mengajak Vanesa untuk pulang ke rumahnya. Dia sengaja tidak membawanya pulang ke rumah mami Ayu karena ingin lebih dekat dengan Vanesa.Aldo menggendong Vanesa yang sudah tidak sadar menuju ke mobil. Kemudian, dia melajukan mobilnya menuju ke rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari bar.Hanya dalam waktu lima belas menit Aldo sampai di rumah. Dia ke luar dan segera membawa Vanesa yang sudah terlelap dalam tidurnya untuk masuk ke dalam rumah.Aldo jalan menuju ke kamarnya. Dia meletakkan tubuh Vanessa di atas ranjang. Vanesa menggeliat dan menampakkan kemolekan tubuhnya."Vanesa, kenapa kamu terus menggodaku seperti ini? Aku ini lelaki
Lelaki itu berjalan melewati Aldo dan langsung memeluk Vanesa dihadapan semua orang. Dia juga menciumnya mesra. "Sayang, aku menunggumu di kantor. Tapi, kenapa kamu nggak datang juga?"Vanesa sedikit canggung, dia melepaskan pelukan itu. "Aku baru saja sadar, efek mabuk semalam. Jadi belum sempat untuk menemuimu," jawab Vanesa, dia melirik ke arah Aldo yang sejak tadi memandanginya."Its oke, ayo kita pergi sekarang. Aku sudah mem-booking mu untuk seharian ini," seru Demian, dia sangatlah bersemangat sekali."Ke- kemana?" Vanesa bertanya-tanya sendiri.Mami Ayu langsung menjawab pertanyaan Vanesa, "Pergilah, Vanesa. Tuan Demian sudah mem-booking mu untuk hari ini. Jadi, bersenang-senanglah."Vanesa tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut, karena itu sudah menjadi pekerjaannya. "Oke, ayo kita pergi sekarang!"Demian tersenyum senang. Dia berbisik pelan pada Vanesa. "Seharusnya kamu jangan menutupi lehermu, karena terlihat sangat seksi sekali."Pipi Vanesa langsung memerah, dia sangat
Vanesa terus menangis dalam pelukan Demian. Lalu, lelaki itu mencoba untuk menghiburnya. "Sudah, jangan menangis lagi. Sekarang kamu harus membuktikan kalau dirimu lebih kuat dari siapapun. Buktikan pada mereka suatu hari nanti, bahwa kamu nggak gampang untuk ditindas," ucap Demian."Tentu saja aku harus kuat. Aku ingin mencari banyak uang untuk membalas orang yang telah menghancurkan hidupku. Ya, meski harus bekerja secara kotor seperti ini," balas Vanesa.Demian menarik dagu Vanesa, lalu dia berbicara dengan lembut, "Kotor? Bagian mana yang kotor? Biar aku membersihkannya."Vanesa mendorong pelan tubuh Demian yang berusaha untuk mencumbunya. "Sudah cukup hari ini, Tuan. Aku nggak ingin memancing hasratmu lagi," ucap Vanesa, dia menolak hasrat Demian yang mulai bergejolak.Demian mengejar Vanesa yang mencoba untuk kabur. "Sayang, sekali lagi oke! Besok aku akan terbang ke luar negeri. Jadi kita nggak akan bertemu dalam waktu yang lama. Please, sekali lagi!""Nggak, Demian. Aku nggak
Tanpa sadar Aldo menindih Vanesa. Dia sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Vanesa pun memberontak untuk menghindari cumbuan Aldo."Aldo, please sadarlah! Kamu nggak seharusnya melakukan ini. Aldo, sadarlah! Aku mohon sadarlah!" Vanesa terus berteriak untuk menyadarkan Aldo.Vanesa terus menghindar hingga tangannya tak sengaja memukul wajah Aldo. Pukulan itu sedikit menyadarkannya. Dia membuka mata dan melihat wajah panik Vanesa."Vanesa ... kamu sudah pulang. Maaf aku hampir saja melakukan hal buruk," seru Aldo, dia segera bangkit dan menyingkir dari tubuh Vanesa.Aldo kembali berbaring di atas ranjang. Kepalanya sangat pusing sekali. "Aku benar-benar tidak sadar, Nes. Maafkan aku ya," ucapnya lagi.Vanesa duduk di samping Aldo yang terus memegangi kepalanya. "Aku nggak apa-apa, hanya saja aku khawatir kalau kamu hilang kendali dan tak mengenaliku," jawabnya.Aldo mendesah pelan, dia terus kepikiran dengan apa yang dilakukannya tadi. Sedankan, Vanesa masih menatap bingung lelaki
Waktu demi waktu berlalu sejak saat itu. Hubungan tanpa status terus dijalani oleh Vanesa dan juga Aldo. Mereka saling mengagumi dan membutuhkan tanpa berharap ke status yang jelas.Dua tahun berlalu, Vanesa menjadi primadona di lokalisasi milik mami Ayu. Dia semakin banyak langganan karena keahlian memijatnya yang populer di kalangan orang kaya.Vanesa menghasilkan uang tanpa harus bersetubuh seperti yang lainnya. Setiap ada yang mem-booking dirinya harus melalui seleksi khusus dari Aldo. Dia harus memastikan kalau lelaki yang memesan Vanesa adalah orang yang baik.Aldo tidak akan membiarkan orang yang berniat buruk untuk menjadi pelanggan Vanesa. Dia akan siap menghajar orang itu jika hal yang yang tak diinginkan terjadi.Tok!Tok!Tok!Vanesa beranjak dari meja riasnya untuk membuka pintu kamar. Pintu terbuka dan dia melihat Aldo sedang berdiri di depannya. "Iya, ada apa Aldo?""Mami Ayu ingin bertemu denganmu di bawah. Aku tunggu ya, nanti kita berangkat bareng. Katanya ada seseor
"Nesa, kamu kenapa bengong?" seru Demian membuyarkan lamunan Vanesa.Vanesa langsung memalingkan wajahnya. "Aku, aku tidak apa-apa!" jawabnya gugup.Demian pun memanggil temannya agar mendekat. "Keynan, kemarilah! Aku perkenalkan padamu dengan gadis yang sering aku ceritakan!" seru Demian dengan polosnya.Vanesa sedikit gemetar ketika melihat Keynan berjalan mendekat padanya. Demian juga merasa aneh dengan sikap gugup Vanesa."Sayang, apa kamu sedang tidak enak badan?" tanya Demian.Vanesa hanya menggeleng saja, dia tidak berani menatap mata Keynan yang terus memandanginya. "Keynan, duduklah! Aku akan memesan minuman malam ini. Aku jamin kesedihanmu akan hilang jika mengobrol dengan Vanesa," ujar Demian.Keynan tersenyum menyeringai."Kamu benar, malam ini aku pasti akan terhibur sekali. Bisakah, kamu meninggalkan aku berdua dengannya. Aku hanya ingin memastikan bahwa omonganmu itu benar," balas Keynan dengan pandangan lurus ke arah Vanesa."Ck, apa kamu tidak ingin memberikanku kesem
"Percayalah Key, aku nggak pernah melakukannya dengan siapa pun. Aku mohon hentikan!" Vanesa terus berteriak pada Keynan yang hampir memaksanya.Keynan berhenti, dia memandang wajah Vanesa lebih dekat. "Apa benar yang kamu ucapkan? Aku nggak bisa terima jika kamu menjual diri pada orang lain, Nesa.""Aku nggak bohong, sejak kejadian itu aku nggak pernah lagi berhubungan dengan orang lain," jawab Vanesa.Keynan mulai melepaskan kedua tangan Vanesa. Setelah itu dia menegakkan sandaran kursinya. "Apa kamu bisa jelaskan video yang aku lihat dulu, Nes? Aku masih meragukan cerita dari video tersebut," tanya Keynan penasaran.Vanesa kembali duduk dan merapikan lagi dress-nya yang terkoyak. "Percuma saja kamu mencari tahu kebenarannya, Key. Kalau aku ceritakan sekalipun, kamu nggak akan memercayainya," ucap Vanesa."Aku hanya ingin tahu kebenarannya, Nes. Apa pun penjelasanmu akan aku dengarkan," seru Keynan.Vanesa tersenyum sinis, dia tak habis pikir karena Keynan lah yang meminta penjelasa