Vanesa terus menangis dalam pelukan Demian. Lalu, lelaki itu mencoba untuk menghiburnya. "Sudah, jangan menangis lagi. Sekarang kamu harus membuktikan kalau dirimu lebih kuat dari siapapun. Buktikan pada mereka suatu hari nanti, bahwa kamu nggak gampang untuk ditindas," ucap Demian."Tentu saja aku harus kuat. Aku ingin mencari banyak uang untuk membalas orang yang telah menghancurkan hidupku. Ya, meski harus bekerja secara kotor seperti ini," balas Vanesa.Demian menarik dagu Vanesa, lalu dia berbicara dengan lembut, "Kotor? Bagian mana yang kotor? Biar aku membersihkannya."Vanesa mendorong pelan tubuh Demian yang berusaha untuk mencumbunya. "Sudah cukup hari ini, Tuan. Aku nggak ingin memancing hasratmu lagi," ucap Vanesa, dia menolak hasrat Demian yang mulai bergejolak.Demian mengejar Vanesa yang mencoba untuk kabur. "Sayang, sekali lagi oke! Besok aku akan terbang ke luar negeri. Jadi kita nggak akan bertemu dalam waktu yang lama. Please, sekali lagi!""Nggak, Demian. Aku nggak
Tanpa sadar Aldo menindih Vanesa. Dia sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Vanesa pun memberontak untuk menghindari cumbuan Aldo."Aldo, please sadarlah! Kamu nggak seharusnya melakukan ini. Aldo, sadarlah! Aku mohon sadarlah!" Vanesa terus berteriak untuk menyadarkan Aldo.Vanesa terus menghindar hingga tangannya tak sengaja memukul wajah Aldo. Pukulan itu sedikit menyadarkannya. Dia membuka mata dan melihat wajah panik Vanesa."Vanesa ... kamu sudah pulang. Maaf aku hampir saja melakukan hal buruk," seru Aldo, dia segera bangkit dan menyingkir dari tubuh Vanesa.Aldo kembali berbaring di atas ranjang. Kepalanya sangat pusing sekali. "Aku benar-benar tidak sadar, Nes. Maafkan aku ya," ucapnya lagi.Vanesa duduk di samping Aldo yang terus memegangi kepalanya. "Aku nggak apa-apa, hanya saja aku khawatir kalau kamu hilang kendali dan tak mengenaliku," jawabnya.Aldo mendesah pelan, dia terus kepikiran dengan apa yang dilakukannya tadi. Sedankan, Vanesa masih menatap bingung lelaki
Waktu demi waktu berlalu sejak saat itu. Hubungan tanpa status terus dijalani oleh Vanesa dan juga Aldo. Mereka saling mengagumi dan membutuhkan tanpa berharap ke status yang jelas.Dua tahun berlalu, Vanesa menjadi primadona di lokalisasi milik mami Ayu. Dia semakin banyak langganan karena keahlian memijatnya yang populer di kalangan orang kaya.Vanesa menghasilkan uang tanpa harus bersetubuh seperti yang lainnya. Setiap ada yang mem-booking dirinya harus melalui seleksi khusus dari Aldo. Dia harus memastikan kalau lelaki yang memesan Vanesa adalah orang yang baik.Aldo tidak akan membiarkan orang yang berniat buruk untuk menjadi pelanggan Vanesa. Dia akan siap menghajar orang itu jika hal yang yang tak diinginkan terjadi.Tok!Tok!Tok!Vanesa beranjak dari meja riasnya untuk membuka pintu kamar. Pintu terbuka dan dia melihat Aldo sedang berdiri di depannya. "Iya, ada apa Aldo?""Mami Ayu ingin bertemu denganmu di bawah. Aku tunggu ya, nanti kita berangkat bareng. Katanya ada seseor
"Nesa, kamu kenapa bengong?" seru Demian membuyarkan lamunan Vanesa.Vanesa langsung memalingkan wajahnya. "Aku, aku tidak apa-apa!" jawabnya gugup.Demian pun memanggil temannya agar mendekat. "Keynan, kemarilah! Aku perkenalkan padamu dengan gadis yang sering aku ceritakan!" seru Demian dengan polosnya.Vanesa sedikit gemetar ketika melihat Keynan berjalan mendekat padanya. Demian juga merasa aneh dengan sikap gugup Vanesa."Sayang, apa kamu sedang tidak enak badan?" tanya Demian.Vanesa hanya menggeleng saja, dia tidak berani menatap mata Keynan yang terus memandanginya. "Keynan, duduklah! Aku akan memesan minuman malam ini. Aku jamin kesedihanmu akan hilang jika mengobrol dengan Vanesa," ujar Demian.Keynan tersenyum menyeringai."Kamu benar, malam ini aku pasti akan terhibur sekali. Bisakah, kamu meninggalkan aku berdua dengannya. Aku hanya ingin memastikan bahwa omonganmu itu benar," balas Keynan dengan pandangan lurus ke arah Vanesa."Ck, apa kamu tidak ingin memberikanku kesem
"Percayalah Key, aku nggak pernah melakukannya dengan siapa pun. Aku mohon hentikan!" Vanesa terus berteriak pada Keynan yang hampir memaksanya.Keynan berhenti, dia memandang wajah Vanesa lebih dekat. "Apa benar yang kamu ucapkan? Aku nggak bisa terima jika kamu menjual diri pada orang lain, Nesa.""Aku nggak bohong, sejak kejadian itu aku nggak pernah lagi berhubungan dengan orang lain," jawab Vanesa.Keynan mulai melepaskan kedua tangan Vanesa. Setelah itu dia menegakkan sandaran kursinya. "Apa kamu bisa jelaskan video yang aku lihat dulu, Nes? Aku masih meragukan cerita dari video tersebut," tanya Keynan penasaran.Vanesa kembali duduk dan merapikan lagi dress-nya yang terkoyak. "Percuma saja kamu mencari tahu kebenarannya, Key. Kalau aku ceritakan sekalipun, kamu nggak akan memercayainya," ucap Vanesa."Aku hanya ingin tahu kebenarannya, Nes. Apa pun penjelasanmu akan aku dengarkan," seru Keynan.Vanesa tersenyum sinis, dia tak habis pikir karena Keynan lah yang meminta penjelasa
Nama Keynan membuat Aldo sangat penasaran bahkan sampai tidak bisa tidur semalaman. Dia terus duduk dan bermain ponsel sampai pagi tiba. Terasa pegal, Aldo berdiri dari tempatnya kemudian menuju ke toilet untuk mencuci muka.Lima menit kemudian, Vanesa bangun dari tidurnya. Pelan-pelan dia mengerjapkan matanya melihat sekeliling ruangan. Lalu, muncullah Aldo dari toilet dengan menyapanya."Kamu sudah sadar, aku sangat khawatir sekali,"ucap Aldo, dia berjalan menghampiri Vanesa.Vanesa memalingkan wajahnya yang terlihat cemberut. Aldo tersenyum gemas. Dia mendekat dan mencium dahi Vanesa. "Beginikah caramu berterima kasih padaku? Hem?""Nggak ada cium-ciuman! Kamu sangat menyebalkan!" seru Vanesa dengan mendorong pelan wajah Aldo.Sikap itu membuat Aldo semakin gemas."Maaf, handphoneku mati karena kehabisan baterai. Kamu ada masalah apa, tumben banget minum alkohol? Nggak ingat dengan asam lambung," ucapnya penuh perhatian."Biarin, aku hanya sedang suntuk dan bosan saja kok!""Bosan?
Aldo jatuh tersungkur, hal itu membuat Vanesa panik. Dia reflek turun dari ranjang tanpa memperhatikan infus yang tertanam di tangan. "Keynan, stop hentikan! Jangan kamu pukul, Aldo," teriaknya keras. Darah segar mengalir dari pergelangan tangannya.Vanesa panik dengan mendorong mundur Keynan. "Apa kamu sudah gila sehingga membuat keributan di sini?""Jadi kamu lebih membelanya daripada aku?" sahut Keynan keras.Vanesa membantu Aldo berdiri. "Bukankah sudah terlihat sangat jelas. Kalau aku nggak membelanya, maka harus membela siapa lagi? Apakah aku harus membelamu? Setelah hal buruk yang kamu lakukan padaku. Kamu harus ingat kesalahanmu, Keynan. Karena, sampai kapanpun aku nggak akan pernah lupa.""Tapi aku masih sayang padamu, Vanesa. Aku ingin kita kembali, aku ingin minta maaf dan menebus semua kesalahanku. Aku mohon, Nes. Maafkan aku!" ucap Keynan terus memohon.Aldo merasa muak dengan semua ucapan Keynan. Emosinya semakin terpancing."Apakah telingamu tuli sehingga nggak mendengar
Selang sehari, Vanesa sudah ke luar dari rumah sakit. Dia sudah beraktivitas kembali seperti biasanya. Semua pelanggan yang menginginkan jasanya harus diseleksi ketat oleh Aldo.Dalam sebuah kamar, Vanesa sedang memijat seorang lelaki. Dia mengurut tangan dan juga kaki orang tersebut. Sentuhan lembut Vanesa mampu menaikkan hasrat lelaki itu. "Jaga tangan nakalmu baik-baik, Tuan!" seru Vanesa saat tangan lelaki itu ingin menyentuh dadanya."Kenapa cantik? Aku menyukaimu, temanilah aku malam ini maka bayaranmu akan kuberi 3x lipat," sahut lelaki tersebut.Vanesa menatap mata lelaki yang ada di depannya itu. "Kamu termasuk pelanggan lamaku, pasti kamu tahu peraturan yang kubuat."Tatapan mata Vanesa membuat orang itu semakin berani. Dia menarik kedua tangan Vanesa lalu membalikkan posisinya. "Persetan dengan peraturan, aku hanya menginginkan dirimu, Vanesa! Ayo, jadilah kekasihku! Maka hidupmu akan bergelimang harta," ucap orang itu penuh gairah."Maaf, tapi aku nggak bisa! Lepaskan, ta