Selang sehari, Vanesa sudah ke luar dari rumah sakit. Dia sudah beraktivitas kembali seperti biasanya. Semua pelanggan yang menginginkan jasanya harus diseleksi ketat oleh Aldo.Dalam sebuah kamar, Vanesa sedang memijat seorang lelaki. Dia mengurut tangan dan juga kaki orang tersebut. Sentuhan lembut Vanesa mampu menaikkan hasrat lelaki itu. "Jaga tangan nakalmu baik-baik, Tuan!" seru Vanesa saat tangan lelaki itu ingin menyentuh dadanya."Kenapa cantik? Aku menyukaimu, temanilah aku malam ini maka bayaranmu akan kuberi 3x lipat," sahut lelaki tersebut.Vanesa menatap mata lelaki yang ada di depannya itu. "Kamu termasuk pelanggan lamaku, pasti kamu tahu peraturan yang kubuat."Tatapan mata Vanesa membuat orang itu semakin berani. Dia menarik kedua tangan Vanesa lalu membalikkan posisinya. "Persetan dengan peraturan, aku hanya menginginkan dirimu, Vanesa! Ayo, jadilah kekasihku! Maka hidupmu akan bergelimang harta," ucap orang itu penuh gairah."Maaf, tapi aku nggak bisa! Lepaskan, ta
Mata Keynan melotot mendengar seruan Vanesa. Dia langsung mendorong tubuh Vanesa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dalam suara telepon istri Keynan bertanya pada suara tersebut. [Sayang, suara siapa itu tadi? Kamu ada di mana? Naik, siapa yang naik?]Vanesa menahan tawanya, dia merasa puas bisa membuat Keynan ketakutan. Di dalam telepon, istri Keynan terus bertanya hingga membuat lelaki itu kebingungan."Sayang, kamu salah dengar. Sekarang aku berada di rumah. Ini aku masih lembur karena besok ada meeting dengan klien,"ucap Keynan berbohong pada istrinya.Vanesa semakin berani mengerjai mantan kekasihnya. Dia terus menggoda pertahanan Keynan dengan menggerayangi pelan punggungnya. "Vanesa, aku mohon jangan lakukan itu," bisik Keynan pelan. "Kenapa? bukankah ini yang kamu inginkan?" balas Vanesa, dia menatap Keynan dengan berapi-api. Lalu dengan satu tarikan Vanesa merebut handphone Keynan. "Maaf, tapi Keynan sedang sibuk. Jadi jangan ganggu waktu kami ya," ucap Vanesa pada ist
Biarkan aku menghajar bajingan ini, Nes!" seru Aldo penuh emosi."Sikap kalian sangat memalukan, apa yang kalian perebutkan, ha?" Vanesa meneriaki Aldo dan juga Keynan.Keynan menjawab ucapan Vanesa, "Dia yang memulainya, Nes. Aku hanya berdiri di sini menunggumu. Tapi, dengan sengaja dia datang untuk menghajarku.""Diam kamu, brengsek! Beraninya menjelekkanku di depan Vanesa," sahut ALdo tak kalah sengit.Vanesa merasa frustasi dengan sikap Aldo dan juga Keynan. "Ahhh ... terserah pada kalian saja. Kepalaku sangat pusing mendengar ocehan kalian berdua.""Vanesa berhenti! Kamu mau pergi ke mana?" teriak Aldo, dia panik melihat wajah kesal Vanesa.Sepanjang jalan Vanesa menggerutu sendiri. "Apa-apaan mereka berdua? Berkelahi seperti anak kecil. Kenapa kedatangan Keynan justru membuat masalah untukku?""Vanesa tunggu! Kamu mau ke mana?" teriak Aldo mengejar Vanesa. "behenti kataku!""Apa lagi? Kepalaku sangat pusing melihat amarahmu akhir-akhir ini, Aldo. Biarkan aku sendiri dulu, ok,"
"Keynan, apa yang ingin kamu lakukan?" desah Vanesa dalam pelukan Keynan. Keynan terus menautkan bibirnya dan tak memberi ruang bernapas untuk Vanesa. Dia membuka pintu kamar kemudian masuk ke dalam. Keynan menuju ranjang untuk merebahkan tubuh Vanesa. "Jadi kamu membawaku ke sini hanya untuk melakukan ini, "ucap Vanesa pada Keynan.Keynan menghentikan ciumannya. Deru napas yang menggebu terdengar sangat jelas dalam ruangan itu. "Aku menginginkan, Vanesa. Izinkan aku untuk ...."Vanesa tersenyum. "Apa kamu juga sama seperti lelaki lain yang hanya terobsesi pada tubuhku? Apa aku sebegitu rendahnya bagimu, Key?"Keynan tersadar mendengar ucapan Vanesa. "Maafkan aku, Nesa. Aku khilaf, Maafkan aku!""Syukurlah kalau kamu bisa sadar, hentikanlah sebelum aku benar-benar marah. Mending kamu rebahan di sampingku. Aku akan menemanimu tidur siang, aku yakin kalau kamu jarang bersantai," ujar Vanesa dengan penuh perhatian. "Bolehkah aku tidur dengan memelukmu?"Vanesa tersenyum manis, dia men
Braakkk!Sopir truk itu membanting stir ke arah kanan. Tubuh Dinda terpelanting jauh hingga menghantam trotoar kemudian pingsan.Tak lama kemudian, banyak orang berkerumun untuk menyelamatkan nyawa Dinda yang sudah terancam.Di Tempat Lain.Keynan sedang mengobati luka di pipi dan juga di tangan Vanesa. "Apakah sakit? Mungkin ini akan membekas untuk beberapa hari ke depan," ucap Keynan sambil membersihkan luka Vanesa."Ck, aku nggak menyangka kalau istrimu akan segila itu. Menakutkan sekali, "sahutnya Vanesa dengan percaya diri. Dia bersikap manja di hadapan Keynan."Sudah nggak usah bahas dia, yang ada nanti kamu akan kesal," balas Keynan mengalihkan pembicaraan.Vanesa memeluk Keynan dengan penuh kasih sayang. "Makasih ya, Keynan. Kamu sudah membelaku, aku sempat berpikir kalau kamu nggak akan berada di pihakku," kata Vanesa melas.Keynan mencium dahi Vanesa. "Aku akan selalu berada di pihakmu. Aku nggak akan biarkan orang lain untuk menyakitimu," ujar Keynan.Tiba-tiba saja handpho
Vanesa memegangi pipinya yang ditampar keras oleh seseorang. Dia segera menoleh ke arah orang tersebut."Apa kabar, Tante. Lama sekali nggak pernah ketemu," sapa Vanesa pada orang itu yang tak lain adalah ibunya Keynan."Dasar wanita nggak tahu diri. Hanya bisa menggoda dan merusak rumah tangga orang! Pergi kamu dari sini! Jauhi Keynan!" hardik mama Leni. Dia terlihat sangat emosi.Vanesa tertawa keras. "Apa Tante bilang, pergi? Seharusnya yang pergi itu Tante, bukan aku. Pemilik rumah ini adalah aku. Jadi, Tante nggak bisa seenaknya ngomong pergi.""Mana Keynan! Suruh dia ke luar, istrinya sedang sekarat malah enak-enakan bersama pelacur sepertimu," teriak mama Leni dengan sangat keras."Tante nggak salah mencari Keynan di sini?"Mama Leni semakin naik darah. Dia terus mengumpat kasar Vanesa. "Apa maksudmu? Aku yakin Keynan pasti ada di sini. Kalau kamu nggak mau memanggilnya, biarkan aku ke dalam untuk mencarinya. Minggir wanita rendahan!"Vanesa memicingkan mata, dia mencegah ibunya
"Ma, sudah jangan sakiti Vanesa lagi." Keynan berteriak menghentikan ibunya."Keynan, kamu lebih membela pe*lacur ini daripada Mama kamu sendiri?" sentak mama Leni emosi.Keynan menarik tangan Vanesa ke dalam pelukannya. "Mulai sekarang aku akan melindungi Vanesa, Ma. Aku ingin kembali bersamanya," ucap Keynan.Mama Leni semakin naik darah. "Keynan, istrimu sedang sekarat di rumah sakit. Tapi kamu malah di sini bersama wanita rendahan ini. Sekarang ikut kembali bersama Mama. Ayo ...."Mama Leni menarik tangan Keynan agar ikut bersamanya. Namun, Keynan lebih memilih diam tak menuruti keinginan ibunya."Nggak Ma. Aku nggak akan ikut Mama, aku akan di sini bersama Vanesa. Aku aka terus bersamanya." Keynan terus keras kepala terhadap ibunya sendiri."Keynan, lebih baik kamu pergi ke rumah sakit. Istrimu sekarat, aku kembali ke rumah mami Ayu saja." Vanesa berpura-pura mengalah.Keynan mengeratkan pelukannya. "Nggak, Nesa. Aku akan berada di sini sama kamu," jawab Keynan."Dasar, wanita pe
"Nggak akan aku biarkan hal itu terjadi! Siapa pun nggak ada yang bisa mencelakai Vanesa," seru Keynan, dia menyangkal ucapan ibunya.Meskipun demikian, Keynan tetap saja pergi dari rumah sakit itu untuk mencari Vanesa. Dia sudah tidak mempedulikan lagi larangan ibunya."Keynan, berhenti! Mama bilang berhenti!" seru mama Leni pada anaknya."Anak itu benar-benar kurang ajar! Aku nggak bisa menunggu lagi. Kalau terus seperti ini maka rumah tangga mereka akan terancam," gerutu mama Leni, dia tampak kebingungan sekali.Sesampainya di luar, Keynan segera masuk ke dalam mobil dan melajukannya menuju ke rumah. Dia tidak tahu kalau Vanesa sudah kembali ke rumah mami Ayu.Jam menunjukkan pukul delapan malam. Keynan sudah sangat merindukan mantan kekasihnya. "Aku benar-benar nggak bisa jauh dari Vanesa. Aku sungguh nggak bisa," gumamnya pelan.Kurang lebih dua puluh menit, Keynan sampai juga di rumah. Dia turun dan ke luar dari mobil. Setelah itu masuk ke dalam rumah. Keynan membuka pintu dan b