Vanesa memegangi pipinya yang ditampar keras oleh seseorang. Dia segera menoleh ke arah orang tersebut."Apa kabar, Tante. Lama sekali nggak pernah ketemu," sapa Vanesa pada orang itu yang tak lain adalah ibunya Keynan."Dasar wanita nggak tahu diri. Hanya bisa menggoda dan merusak rumah tangga orang! Pergi kamu dari sini! Jauhi Keynan!" hardik mama Leni. Dia terlihat sangat emosi.Vanesa tertawa keras. "Apa Tante bilang, pergi? Seharusnya yang pergi itu Tante, bukan aku. Pemilik rumah ini adalah aku. Jadi, Tante nggak bisa seenaknya ngomong pergi.""Mana Keynan! Suruh dia ke luar, istrinya sedang sekarat malah enak-enakan bersama pelacur sepertimu," teriak mama Leni dengan sangat keras."Tante nggak salah mencari Keynan di sini?"Mama Leni semakin naik darah. Dia terus mengumpat kasar Vanesa. "Apa maksudmu? Aku yakin Keynan pasti ada di sini. Kalau kamu nggak mau memanggilnya, biarkan aku ke dalam untuk mencarinya. Minggir wanita rendahan!"Vanesa memicingkan mata, dia mencegah ibunya
"Ma, sudah jangan sakiti Vanesa lagi." Keynan berteriak menghentikan ibunya."Keynan, kamu lebih membela pe*lacur ini daripada Mama kamu sendiri?" sentak mama Leni emosi.Keynan menarik tangan Vanesa ke dalam pelukannya. "Mulai sekarang aku akan melindungi Vanesa, Ma. Aku ingin kembali bersamanya," ucap Keynan.Mama Leni semakin naik darah. "Keynan, istrimu sedang sekarat di rumah sakit. Tapi kamu malah di sini bersama wanita rendahan ini. Sekarang ikut kembali bersama Mama. Ayo ...."Mama Leni menarik tangan Keynan agar ikut bersamanya. Namun, Keynan lebih memilih diam tak menuruti keinginan ibunya."Nggak Ma. Aku nggak akan ikut Mama, aku akan di sini bersama Vanesa. Aku aka terus bersamanya." Keynan terus keras kepala terhadap ibunya sendiri."Keynan, lebih baik kamu pergi ke rumah sakit. Istrimu sekarat, aku kembali ke rumah mami Ayu saja." Vanesa berpura-pura mengalah.Keynan mengeratkan pelukannya. "Nggak, Nesa. Aku akan berada di sini sama kamu," jawab Keynan."Dasar, wanita pe
"Nggak akan aku biarkan hal itu terjadi! Siapa pun nggak ada yang bisa mencelakai Vanesa," seru Keynan, dia menyangkal ucapan ibunya.Meskipun demikian, Keynan tetap saja pergi dari rumah sakit itu untuk mencari Vanesa. Dia sudah tidak mempedulikan lagi larangan ibunya."Keynan, berhenti! Mama bilang berhenti!" seru mama Leni pada anaknya."Anak itu benar-benar kurang ajar! Aku nggak bisa menunggu lagi. Kalau terus seperti ini maka rumah tangga mereka akan terancam," gerutu mama Leni, dia tampak kebingungan sekali.Sesampainya di luar, Keynan segera masuk ke dalam mobil dan melajukannya menuju ke rumah. Dia tidak tahu kalau Vanesa sudah kembali ke rumah mami Ayu.Jam menunjukkan pukul delapan malam. Keynan sudah sangat merindukan mantan kekasihnya. "Aku benar-benar nggak bisa jauh dari Vanesa. Aku sungguh nggak bisa," gumamnya pelan.Kurang lebih dua puluh menit, Keynan sampai juga di rumah. Dia turun dan ke luar dari mobil. Setelah itu masuk ke dalam rumah. Keynan membuka pintu dan b
Keynan pun tidak tinggal diam. "Kalian jangan sentuh Vanesa. Kalau sampai dia terluka maka aku juga akan bertindak kejam pada Dinda. Ingat, Dinda masih menginginkan aku. Melihat wataknya, tentu saja dia nggak akan menyerah pada pernikahan ini," ucap Keynan mengancam ayah mertuanya.Pramono langsung berhenti, dia meminta anak buahnya untuk mundur. "Ingat, Keynan! Aku nggak pernah main-main dalam hal ini. Jika terjadi sesuatu pada putriku, maka kamulah yang akan menanggung semuanya. Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik jika ingin wanita itu selamat."Keynan memeluk Vanesa dengan penuh perlindungan. Dia sedikit khawatir dengan gertakan mertuanya. "Kamu nggak apa-apa 'kan, Nes? Sudah ya, kamu nggak usah takut dan khawatir. Aku akan melindungimu," ucap Keynan. "Aku sedikit takut dengan mertuamu. Dia terlihat sangat membenciku," sahut Vanesa. Dia tidak berpura-pura saat ini. "Aku akan selalu menjagamu! Ayo kita sarapan, aku sudah membuatkanmu roti bakar tadi," ucap Keynan menenangkan kegelis
"Halo Tante, kita ketemu lagi!" sapa Vanesa dengan sangat berani. Dia berjalan menghampiri Keynan.Vanesa terus menampilkan senyuman yang ramah. "Hai Kakak, bagaimana keadaanmu? Apa sudah membaik? Maaf aku menjenguk tanpa membawa buah tangan," ucap Vanesa dengan sengaja. Dia memeluk lengan Keynan dengan mesra."Dasar wanita nggak tahu diri, beraninya kamu muncul dihadapanku ya! Pergi kamu, hadirmu nggak diterima di sini," sentak mama Leni dengan kasar.Vanesa bersembunyi di belakang punggung Keynan. "Sayang, lihatlah! Mama kamu selalu marah-marah sama aku. Aku ke sini 'kan bukan mau cari keributan," seru Vanesa dengan polosnya.Dinda hanya bisa diam melihat suaminya bersama dengan wanita lain. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. "Keynan, apa maksudmu membawanya ke sini? Kamu keterlaluan ya, apa kamu sudah nggak menganggap Mama dan Dinda? Ha?" tanya mama Leni, dia tidak mengerti dengan apa yang Keynan lakukan."Aku hanya nggak ingin menutupinya lagi, Ma. Jadi aku sengaja melakukan ini,"
Di dalam hotel, Aldo sedang memakai pakaiannya. Dia selesai melayani seorang pelanggan yang sudah menyewa jasanya."Terima kasih atas pelayanannya, Sayang. Kamu selalu bisa memuaskanku. Lain kali aku akan memanggilmu lagi," ucap seorang wanita paruh baya itu."Panggil saja saat kamu membutuhkanku, Tante Rika. Aku akan selalu siap saat kapanpun," jawab Aldo.Tante Rika memeluk Aldo dengan mesra. Dia mencium pipi Aldo dengan penuh kelembutan. "Bagus, kamu memang yang terbaik. Hubungi aku jika kamu membutuhkan sesuatu," ucapnya dengan penuh senyum."Baik, Tante. Kalau begitu, aku pergi dulu!" jawab Aldo membalas ciuman itu.Setelah saling berpelukan, Aldo keluar duluan dari dalam hotel tersebut. Dia langsung mengaktifkan handphonenya kemudian satu pesan masuk ke WA-nya."Vanesa, tumben dia mengirim pesan," gumam Aldo dalam hati.Aldo membuka pesan dari Vanesa. Dia sedikit terkejut saat melihat isi pesan tersebut yang tak lain adalah sebuah share lokasi."Apa dia ingin aku menjemputnya? D
Vanesa terus memberontak untuk melepaskan diri, dia terus berteriak meminta tolong."Tolong ... tolong!" teriak Vanesa. Plaakk!"Diam! Kenapa kamu begitu keras kepala? Patuhlah, aku akan meberikan bayaran mahal untukmu," sahut pria itu dengan senyuman licik."Aku nggak mau berhubungan dengan lelaki bajingan sepertimu. Menjijikan sekali," balas Vanesa tak mau kalah.Lelaki itu semakin terpancing emosi, dia langsung mencekik leher Vanesa agar tidak memberontak. "Rasakan ini, aku sudah bilang agar patuh. Tetapi kamu selalu mengabaikanku," serunya puas.Vanesa memegang kedua tangan orang itu. Dia ingin melepaskan cekikan yang membuatnya sulit bernapas."Uhuk ... uhuk ... uhuk." Vanesa terbatuk-batuk karena cekikan lelaki tersebut.Lelaki yang bersiap untuk menggagahi Vanesa itu tertawa dengan puas. Dia sudah menyiapkan pusakanya untuk dimasukkan ke dalam ruang surga Vanesa."Bersiaplah untuk kenikmatan, Sayang!"Braakk!"Brengsek, beraninya kamu menyentuhnya!" teriak Aldo yang tiba-tiba
Mobil Aldo terbalik hingga membentur pembatas jalan. Kondisi Aldo dalam mobil itu juga terluka parah. "Bagus, sepertinya dia sudah meninggal! Ayo kita pergi dari sini," ucap salah satu penjahat itu.Setelah memastikan kondisi Aldo, mereka semua pergi dari lokasi tersebut. Kebetulan juga jalanan itu sangat sepi, jadi belum ada satu mobil pun yang menolong Aldo."Ssssshh ...." Aldo bergerak dalam mobilnya. Dia berusaha melepaskan sabuk pengaman yang masih terpasang."Aku harus ke luar dari sini! Aku nggak boleh mati, Vanesa sedang dalam bahaya," gumam Aldo dalam hati. Dia berusaha ke luar dengan merangkak pelan.Setelah berusaha, akhirnya Aldo bisa ke luar dari mobilnya yang sudah ringsek itu. Dia segera berjalan menjauh untuk menghindari mobil yang bisa meledak sewaktu-waktu.Aldo berjalan dengan terseok-seok, menuju ke trotoar. Lalu, tak lama kemudian mobil itu pun meledak dan terbakar. Aldo terkejut mendengar ledakan tersebut hingga membuatnya terjatuh di aspal."Syukurlah, aku masi