Dalam sebuah acara pernikahan terdengar suara tamu saling gaduh membicarakan calon pengantin yang belum menunjukkan kehadirannya. "Bu Rika, ini acaranya jadi nggak sih? Kenapa pengantin lelakinya belum datang juga?" tanya seorang tamu yang ada di tempat itu."Iya loh, kita semua sudah menunggu cukup lama di sini. Bukankah akad nikah seharusnya dimulai setengah jam yang lalu! Tapi, kenapa sampai sekarang belum terlihat kedatangan calon pengantinnya?" sahut tamu lainnya yang juga tampak marah.Di pelaminan, terlihat seorang gadis cantik yang sudah siap dengan riasan dan memakai kebaya pengantin yang lengkap. Ia cukup gusar dengan apa yang terjadi. Vanesa Andara duduk sendiri di kursi pelaminan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya mulai sedih karena calon suaminya tak kunjung datang."Keynan, kenapa kamu nggak datang-datang juga. Apa yang terjadi?" tanya Vanesa dalam hati. Air mata pun mulai mengalir dari kedua sudut matanya. Ibu Vanesa pun ikut merasakan kegelisahan itu. Dia ber
Vanesa langsung menutup mulutnya. Tubuhnya gemetar melihat pisau penculik itu. "Jangan bunuh aku! Aku mohon!" ucap Vanesa ketakutan. "Maka diamlah! Jangan berisik, atau nyawamu akan melayang," sentak si penculik.Vanesa terdiam ketika penculik itu membentaknya. Dia masih memikirkan cara untuk kabur. "Bagaimana ini apa yang harus aku lakukan?" ucapnya dalam hati.Beberapa saat kemudian, Vanesa mengumpulkan kekuatannya agar bisa kabur dari penculik itu. Dia berancang-ancang dan menggigit keras tangan penculik yang sedang memeganginya. "Aahhhhh, gadis bodoh! Beraninya kamu menggigitku.""Hei, lepaskan aku! Aku ingin ke luar dari sini! Aku mohon lepaskan!" teriak Vanesa keras. Dia terus memberontak ingin melepaskan diri."Bodoh! Kamu benar-benar nggak bisa diatur. Rasakan ini!"Buugg!Salah satu penculik itu memukul leher belakang Vanesa dengan keras, sehingga gadis itu pingsan tak berdaya. "Sungguh sangat merepotkan sekali," gerutu penculik itu.Mobil pun terus melaju kencang menuju ke
Akhirnya orang itu berhasil menangkap tubuh Vanesa yang sedikit lagi akan jatuh ke bawah. "Biarkan aku mati, sudah nggak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini," teriak Vanesa memberontak. "Mbak, rumahnya di mana? Biar bapak antar Mbak ke pulang ke rumah," tanya orang itu dengan sangat panik. Belum sempat menjawab, Vanesa langsung pingsan dan membuat orang itu ketakutan. "Waduh, gawat nih. Kok jadi pingsan," seru orang itu bingung. Setelah itu ia mencari bantuan untuk membawa Vanesa ke rumah sakit.Beberapa jam kemudian. "Bu ... Bu Rika ada kabar buruk!" teriak seseorang di depan pintu.Dari dalam rumah keluarlah ibunya Vanesa dengan masih mengenakan mukena. "Ada apa Pak Andi? kabar buruk apa?" tanya Bu Rika panik."Itu, Vanesa dirawat di rumah sakit sekarang. Tadi, pihak rumah sakit menelepon Pak Rudi. Lalu saya diperintahkan untuk memberi tahu Ibu," jawab orang itu."Astaghfirullahaladzim, makasih Pak atas infonya," jawab bu Rika gugup."Sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi
Keesokan harinya.Vanesa sudah pulang ke rumah. Dia tidak ingin mengambil perhatian banyak orang. Bahkan sampai rumah pun Vanesa tidak ingin bertemu dengan siapapun. Dia selalu mengurung diri dalam kamar. Sikap tertutup itu menimbulkan opini buruk di lingkungan kontrakannya.Bu Rika semakin prihatin dengan kondisi putrinya. Rencananya hari ini dia ingin pergi ke rumah Keynan untuk meminta pertanggungjawaban. Akan tetapi, bu Rika ragu karena Vanesa tidak memperbolehkannya.Akhirnya bu Rika meminta tolong pada Zaskia teman Vanesa. "Nak, Ibu minta tolong jaga Vanesa. Hibur dia, Nak. Ibu mau memperjuangkan nasibnya pada keluarga itu," ujar bu Rika pada Zaskia."Iya, Bu. Saya akan menjaga Vanesa. Ibu hati-hati di jalan ya," jawab Zaskia.Bu Rika langsung berangkat menuju ke rumah keluarga Keynan. Dia tidak memikirkan segala sesuatunya karena, bu Rika sudah bertekad untuk memperjuangkan nasib putrinya.Seperti biasa bu Rika menuju ke rumah keluarga Keynan dengan menaiki ojek. Membutuhkan wak
Bagaikan tergambar petir Vanesa diam tak menjawab. Air matanya mulai mengalir untuk ke sekian kali. "Ibu ... kenapa ibu meninggalkan aku sendirian di sini. Apa artinya hidupku tanpa kehadiran ibu. Zas ... antar aku menemui Ibu! Zas ... aku mohon!" ucap Vanesa lirih."Vanesa tenanglah, pihak rumah sakit sudah memproses kepulangan jenazah ibumu. Kita harus tetap di sini," sahut Zaskia.Vanesa terus menangis hingga membuat kakinya lemas dan tak mampu berdiri lagi. Vanesa pingsan dalam pelukan sahabatnya. "Vanesa ... Vanesa ... bangun, Nes!" teriak Zaskia yang juga tak berdaya.Beberapa jam kemudian.Dalam kontrakan Vanesa terdapat banyak orang yang melayat. Sebagian ada yang mencibir dan juga ada yang bersimpati. Jenazah bu Rika telah dimandikan lalu proses pengafanan. Zaskia masih menunggu Vanesa yang pingsan di dalam kamar.Sesaat kemudian, Vanesa sadar dan langsung berteriak histeris, "Ibu ... ibu jangan tinggalin aku, Bu!""Vanesa tenanglah, kamu yang sabar ya! Kamu yang tegar, aku ak
Akhirnya kesalahpahaman itu pun semakin berlanjut tanpa ada kejelasan apapun. Bahkan Keynan tidak tahu kejadian yang menimpa Vanesa setelah gagalnya hari pernikahan itu.Di dalam hati, Keynan menyimpan rasa salah yang besar. Begitu pula dengan Vanesa, dia juga menyimpan kebencian yang teramat dalam dengan Keynan dan juga keluarga besarnya.Satu bulan berlalu, kondisi mental Vanesa semakin memburuk. Dia tidak mau berbicara bahkan napsu makannya pun menghilang. Kini tubuhnya sangat kurus sekali, yang dia lakukan hanya merenung dan melamun dalam kamarnya. Kalau saja tidak ada Zaskia yang selalu membantu, entah bagaimana nasib Vanesa sekarang."Nes, aku nggak tahu harus bagaimana lagi menghadapimu? Aku sudah berusaha untuk membantu tapi kamu seperti nggak ada semangat lagi. Nes, aku bingung harus bagaimana? Jawab aku, Nes," seru Zaskia di balik pintu.Di dalam kamar, Vanesa tengah duduk di atas ranjang dengan memeluk kedua kakinya. Air matanya mengalir mendengar ucapan Zaskia. Memang, satu
Vanesa terus berjalan menuju ke jalan raya. Dia tidak tahu harus pergi kemana lagi. Sesampainya di jalan, ada sebuah mobil yang mendekat. Vanesa menghentikan langkah untuk melihat siapa orang yang ada menuju ke arahnya."Hai gadis yang malang, sekarang kamu sudah menjadi gembel. Kamu tahu bagaimana perasaanku? Tentu saja sangat senang dan bahagia, entah kenapa itu terjadi aku pun nggak tahu," seru Mama Leni pada Vanesa.Vanesa diam tak menjawab hinaan itu. Air matanya terus menetes membasahi pipi.Mama Leni pun terus mengejeknya. "Kenapa diam? Apa kamu juga puas dengan semua yang terjadi? Atau kamu ingin berterima kasih padaku?" ejeknya dengan kasar."Kenapa Tante sekeji itu sama aku? Tante sudah mendapatkan semuanya, apakah masih belum puas sehingga anda terus menindas ku seperti ini?" teriak Vanesa begitu memilukan.Mama Leni menggeram kesal, dia membuka pintu mobil dengan sangat keras dan membuat Vanesa terjungkal ke atas trotoar."Awww ...." pekik Vanesa dengan terus memegangi per
Satu jam berlalu, Aldo masih menunggu di depan ruang rawat Vanesa. Untung saja dia tidak mendapatkan tugas dari Mami Ayu, jadi Aldo tidak repot untuk bolak balik pergi. "Sampai kapan dia terus pingsan? Astaga, kenapa aku penasaran sekali? huh ...."Aldo terus berjalan mondar-mandir dengan terus menolehkan wajah ke arah jendela. Dia terus berjaga hanya untuk melihat Vanesa sadar. Akhirnya harapan Aldo terkabul, Vanesa sadar dari pingsannya."Ahh, dia sudah sadar. Aku harus segera masuk." Aldo segera masuk ke dalam ruangan itu untuk menghampiri Vanesa.Vanesa membuka mata, tubuhnya yang masih lemas dan tak bertenaga sehingga membuatnya sulit berbicara. Aldo langsung menyapa Vanesa. "Hai, apakah kamu sudah baikan? atau ada yang sakit, kamu bicaralah nanti biar aku panggilkan dokter," ucap Aldo pada Vanesa, akan tetapi dia hanya diam saja.Aldo pun melanjutkan pembicaraannya, "Ada satu berita yang harus kamu tahu. Kandunganmu tidak bisa diselamatkan."Vanesa hanya mengangguk sembari menit