Vanesa terus berjalan menuju ke jalan raya. Dia tidak tahu harus pergi kemana lagi. Sesampainya di jalan, ada sebuah mobil yang mendekat. Vanesa menghentikan langkah untuk melihat siapa orang yang ada menuju ke arahnya.
"Hai gadis yang malang, sekarang kamu sudah menjadi gembel. Kamu tahu bagaimana perasaanku? Tentu saja sangat senang dan bahagia, entah kenapa itu terjadi aku pun nggak tahu," seru Mama Leni pada Vanesa.Vanesa diam tak menjawab hinaan itu. Air matanya terus menetes membasahi pipi.Mama Leni pun terus mengejeknya. "Kenapa diam? Apa kamu juga puas dengan semua yang terjadi? Atau kamu ingin berterima kasih padaku?" ejeknya dengan kasar."Kenapa Tante sekeji itu sama aku? Tante sudah mendapatkan semuanya, apakah masih belum puas sehingga anda terus menindas ku seperti ini?" teriak Vanesa begitu memilukan.Mama Leni menggeram kesal, dia membuka pintu mobil dengan sangat keras dan membuat Vanesa terjungkal ke atas trotoar."Awww ...." pekik Vanesa dengan terus memegangi perutnya."Itu balasan untuk orang nggak tahu diri sepertimu. Kamu itu nggak ada hak untuk berteriak dihadapan ku, gadis murahan. Menjijikkan sekali," seru Mama Leni dengan sangat keras. Dia menendang kaki Vanesa sebelum masuk ke dalam mobil."Ahhhh," rintih Vanesa. Dia merasa sangat menderita sekali. "bu aku tidak kuat lagi. Aku ingin menyusulmu Ibu, izinkan aku ikut, Bu.""Ibumu meninggal itu gara-gara kelakuanmu, jadi salahkan saja nasibmu yang buruk itu," ucap Mama Leni, setelah itu dia pergi meninggalkan Vanesa sendiri."Aduh, perutku sakit sekali. Tolong ... tolong saya!" rintih Vanesa tak berdaya. Dia mencoba untuk berdiri dan meminta bantuan pada orang lain."Tolong ... tolong saya," seru Vanesa dengan memegangi perutnya. Kakinya tidak sanggup lagi untuk berjalan. Dari betisnya terlihat darah yang mengalir.Langkah Vanesa mulai melambat. Kepalanya pusing dan pandangan mata kabur. Dia sudah tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi walau hanya sekedar minta tolong. Akhirnya tubuh Vanessa jatuh ke tengah jalan raya dengan darah yang masih mengalir dari kakinya.Dari kejauhan terlihat sebuah mobil yang berjalan lurus menuju ke tempat Vanesa pingsan. "Mami, ada yang tergeletak di tengah jalan. Seperti keadaannya sangat kritis," seru orang tersebut."Abaikan saja, lanjut jalan!" jawab wanita yang dipanggil Mami itu.Namun, lelaki itu tidak menghiraukan ucapan wanita yang ada di belakang. Dia justru mengerem mobilnya untuk menolong Vanesa. "Maaf Mami, tapi aku nggak bisa diam jika melihat kecelakaan di depan mataku," jawabnya.Laki-laki itu segera melambatkan mobilnya kemudian keluar dan menolong Vanesa. "Kamu kenapa? Kakimu berdarah," seru lelaki tersebut."To-tolong ... pe-perutku sangat sakit," ucap Vanesa dengan suara terputus-putus."Cepat bawa masuk ke mobil," teriak wanita yang ada di dalam mobil.Lelaki itu menoleh dan langsung mengangkat tubuh Vanesa untuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu dia melajukan mobil menuju ke rumah sakit. Di tempat duduk bagian belakang, Vanesa sedang bersandar dalam keadaan tidak sadar."Kaki gadis ini berdarah, apa dia sedang hamil dan keguguran? Kalau kamu ingin menyelamatkannya, kamu harus tambah kecepatan mobil ini. Kalau sampai terlambat dia bisa mati," seru wanita itu.Lelaki yang sedang menyetir itu mengangguk dan menambah kecepatan mobilnya. Sekitar 20 menit kemudian mereka sudah sampai di sebuah rumah sakit. Lelaki itu segera keluar dan turun dari mobil untuk memanggil suster yang berada di IGD."Suster ... Suster ada pasien terluka parah," teriak lelaki itu.Lalu, tak lama kemudian, ada beberapa suster yang keluar dengan mendorong brankar. Lelaki itu mengeluarkan Vanesa dari dalam mobil dan memindahkan ke atas brankar tersebut. Dia ingin ikut masuk ke dalam akan tetapi dicegah oleh wanita yang sedang bersamanya."Kamu mau kemana? Ingin masuk ke dalam, apa kamu lupa kalau harus mengantarkan ku ke acara penting?" seru wanita tersebut.Lelaki itu pun menghentikan langkahnya dan berbalik masuk ke dalam mobil. Setelah itu dia pergi dari rumah sakit tersebut."Kenapa kamu sangat peduli dengan gadis itu?"" Entahlah Mi, aku merasa ada yang menggerakkan hatiku untuk menolongnya. Setelah ini, aku ingin kembali ke rumah sakit untuk membantu proses biayanya, Mi," jawab lelaki tersebut.Mereka adalah seorang atasan dan bawahan. Wanita tersebut adalah seorang mucikari dan lelaki itu adalah asistennya.Mami Ayu adalah seorang mucikari di salah satu lokalisasi yang cukup terkenal di kota A. Dia juga memiliki panti pijat sekaligus bar dalam satu lokasi. Bisnisnya itu sudah menjadi langganan para bos-bos yang kaya raya. Mereka rela merogoh uang banyak hanya untuk membeli para gadis muda nan cantik.Setelah berjalan hampir setengah jam, mobil Mami Ayu sampai di sebuah hotel mewah. Dia keluar dan turun dari mobilnya. "Nanti aku akan menghubungimu jika aku sudah selesai," ucap Mami Ayu."Telepon saja Mi, nanti aku akan segera datang," jawab lelaki itu. Dia adalah Aldo Andreas, dia sudah 3 tahun menjadi asisten pribadi Mami Ayu.Mami Ayu masuk ke dalam hotel, kemudian Aldo langsung pergi dari tempat tersebut untuk kembali ke rumah sakit. Entah kenapa dia selalu kepikiran dengan kondisi Vanesa. "Ada apa denganku? kenapa aku begitu simpatik kepadanya, "gumam Aldo dalam hati.Aldo melajukan mobilnya dengan sangat kencang. Dia harus segera sampai di sana karena pihak rumah sakit tidak akan memproses lebih lanjut jika belum ada kejelasan identitas.Kurang lebih 40 menit, Aldo sampai juga di rumah sakit tadi. Setelah parkir dia langsung menuju ke IGD untuk mencari keberadaan gadis yang ditolongnya tadi."Suster bagaimana keadaan pasien yang tadi saya bawa ke sini," tanya Aldo cemas."Pasien itu masih ada di dalam ruangan sana, Pak. Dokter belum melakukan pemeriksaan karena belum ada identitas yang jelas," jelas sunter itu."Saya Sus, saya yang bertanggung jawab atas dirinya. Tolong segera lakukan penanganan," sahut Aldo."Sebaiknya anda ke bagian pendaftaran saja agar pemeriksaan segera dimulai."Setelah mendapatkan arahan suster, Aldo langsung pergi menuju ke tempat pendaftaran. Dia membayar biaya pemeriksaan dan juga rawat inap. Selesai mendaftar dan membayar, Aldo menuju ke ruang pemeriksaan untuk menunggu Vanesa. Dia merasa tidak tenang atas kondisi gadis yang tak dikenalnya itu.Satu jam menunggu, dokter pun keluar dari ruang pemeriksaan. Aldo langsung berdiri menghampiri dokter tersebut. "Bagaimana keadaan teman saya, dok? apakah nyawanya bisa selamat?" tanya Aldo pada dokter."Teman anda mengalami keguguran, untung saja tidak sampai pendarahan. Dia seperti depresi dan sangat stres sekali. Pasien masih pingsan, dan akan sadar beberapa jam lagi karena harus beristirahat. Kalau begitu saya permisi dulu!" Dokter pergi dari ruangan itu.Aldo sedikit lega karena nyawa Vanesa tertolong. Dia belum berani masuk ke dalam karena takut mengganggu istirahat Vanesa."Aku akan menunggu sampai dia sadar. Aku juga heran, kenapa sangat peduli dengannya," gumam Aldo dalam hati. Dia mondar-mandir di depan ruang rawat Vanesa.Satu jam berlalu, Aldo masih menunggu di depan ruang rawat Vanesa. Untung saja dia tidak mendapatkan tugas dari Mami Ayu, jadi Aldo tidak repot untuk bolak balik pergi. "Sampai kapan dia terus pingsan? Astaga, kenapa aku penasaran sekali? huh ...."Aldo terus berjalan mondar-mandir dengan terus menolehkan wajah ke arah jendela. Dia terus berjaga hanya untuk melihat Vanesa sadar. Akhirnya harapan Aldo terkabul, Vanesa sadar dari pingsannya."Ahh, dia sudah sadar. Aku harus segera masuk." Aldo segera masuk ke dalam ruangan itu untuk menghampiri Vanesa.Vanesa membuka mata, tubuhnya yang masih lemas dan tak bertenaga sehingga membuatnya sulit berbicara. Aldo langsung menyapa Vanesa. "Hai, apakah kamu sudah baikan? atau ada yang sakit, kamu bicaralah nanti biar aku panggilkan dokter," ucap Aldo pada Vanesa, akan tetapi dia hanya diam saja.Aldo pun melanjutkan pembicaraannya, "Ada satu berita yang harus kamu tahu. Kandunganmu tidak bisa diselamatkan."Vanesa hanya mengangguk sembari menit
Vanesa terkejut mendengar jawaban Aldo yang tak biasa. Dia tidak langsung membalas jawabnya itu. Melihat Vanesa yang bingung membuat Aldo menjelaskan apa maksudnya. "Begini, mami Ayu adalah mucikari di sebuah panti pijat dan juga bar. Dia sudah tertarik padamu, jadi mau nggak mau kamu harus mengikuti keinginannya," sambung Aldo untuk meyakinkan Vanesa.Tubuh Vanesa semakin lemas mendengar itu. Seumur hidupnya sama sekali tidak pernah memikirkan untuk menjadi seorang wanita malam."Maksudmu menjadi wanita malam, apakah dengan melayani pria hidung belang? Apa harus seperti itu? Kalau iya, alangkah baiknya kamu membiarkan aku mati saja. Apa gunanya hidup jika melakukan hal sehina itu. Aku menolak permintaanmu," jawab Vanesa dengan tegas.Aldo ikut bingung dengan jawaban Vanesa. Sebenarnya dia juga tidak tega menawarkan pekerjaan itu pada wanita yang ditolongnya itu. Aldo diam sembari memikirkan jalan keluar yang tepat."Sebelumnya aku minta maaf padamu. Waktu itu aku hanya ingin sekedar
Aldo keluar dari kamar mami Ayu. Dia sangat menurut dengan semua perintah wanita tersebut. Aldo sebenarnya anak dari keluarga berada. Tapi sudah 3 tahun dia tidak pernah kembali ke rumah.Hidup Aldo berubah saat kenal dengan mami Ayu. Dia mendapat pekerjaan sebagai gigolo untuk melayani para wanita kaya yang kesepian. Bahkan dia juga sudah menjadi kepercayaan bagi mami Ayu.Aldo berjalan menuju ke kamarnya. Dia ingin menenangkan diri sejenak, karena setelah bertemu dengan Vanesa hatinya menjadi sedikit kacau.Keesokkan harinya.Aldo sedang bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Hari ini dia akan menjemput Vanesa yang sudah berangsur membaik. Mami Ayu sendiri sudah pergi ke kota karena ada sesuatu yang terjadi di panti pijat miliknya.Awalnya mami Ayu ingin memaksa Vanesa untuk segera keluar dari rumah sakit. Akan tetapi, Aldo meminta sedikit waktu agar Vanesa bisa bersiap. Sepertinya Aldo sudah mulai penasaran pada Vanesa.Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di rumah s
Beberapa jam kemudian, Aldo dan Vanesa sudah sampai di kota. Perjalanan yang cukup jauh telah ditempuh. Vanesa masih memejamkan matanya karena tertidur lagi selama di jalan.Aldo membangunkan Vanesa yang tertidur. "Nes, sebentar lagi kita sampai," seru Aldo pelan.Vanesa menggeliat dan mengerjapkan matanya. Dia mengatur posisi duduk dan menegakkan kursinya lagi. Aldo melihat wajah Vanesa sangat kecapekan. Jadi dia menambah kecepatan mobil agar cepat sampai."Aldo aku lapar," ucap Vanesa lirih.Aldo kaget ketika Vanesa memanggil namanya. "Oke, setelah sampai nanti kita makan. Tadi aku mau bangunin kamu, tapi nggak tega," balas Aldo.Beberapa menit kemudian, mobil Aldo sampai juga di tempat pijat mami Ayu. Tempat tersebut terlihat seperti rumah mewah pada umumnya, yang membedakan hanya fungsinya yang serba guna.Mobil berhenti di halaman rumah. Aldo turun dan membukakan pintu untuk Vanesa. "Setelah masuk ke dalam, kamu biasa saja. Nggak usah pedulikan pandangan aneh orang lain ketika m
Vanesa menoleh dan mengangguk pelan. Dia merapikan rambut kemudian turun ke bawah menemui mami Ayu. Suasana rumah mulai ramai, karena baru pertama kali jadi Vanesa masih agak canggung.Sesampainya di bawah, Vanesa langsung menghampiri mami Ayu yang sedang duduk di sofa. "Apa Mami memanggilku?" tanyanya.Mami Ayu menoleh dan menjawab, "Ini ada delivery untukmu. Aldo yang membelikanmu.""Oh, ya kamu ambil juga paper bag itu. Sepertinya anak itu sangat memanjakanmu," sindir mami Ayu dengan lirikan yang sinis.Vanesa mengambil dua paper bag itu kemudian kembali ke kamarnya. Suasana rumah yang bising membuat dirinya sedikit tidak nyaman. Vanesa masuk ke dalam kamarnya, dia meletakkan paper bag itu dan segera mengambil nasi kotak tersebut. "Aku kira Aldo akan lupa untuk membelikan aku makanan. Perutku lapar sekali," gumamnya.Sambil mengunyah makanan, Vanesa membuka paper bag yang satunya. Ternyata, Aldo membelikannya sebuah handphone. "Dia juga membelikan aku barang mahal seperti ini," uc
Vanesa menghentikan tangan Demian yang meraba tubuhnya. Tentu saja hal itu membuat Demian heran. "Kenapa? Bukankah sudah tugasmu melayani kesenangan pelanggan? Atau ini baru pertama kalinya kamu disentuh oleh seorang lelaki?" tanya Demian penasaran. Vanesa mencoba untuk tenang dan santai. Dia bersikap refleks karena mengingat kejadian buruk yang menimpanya dulu. "Maaf, aku hanya sedikit kaget saja karena ini pertama kalinya aku bekerja di tempat seperti ini, " jawabnya. Demian menaikkan satu alisnya. "Apa kamu masih perawan?" tanyanya.Vanesa mengulas sebuah senyuman. "Kalau aku masih perawan, tentu saja nggak akan berada di tempat terkutuk ini, "jawab Vanesa dengan mendekatkan wajahnya.Demian semakin mengeratkan pelukannya. Dia kembali meraba Pinggang dan punggung Vanesa. "Reaksimu ini membuatku sangat menginginkanmu. Bagaimana kalau malam ini kamu yang melayaniku?"Vanesa memundurkan tubuhnya, dia membelai wajah Demian dengan lembut. "Tapi, tujuanku di sini nggak untuk menjual tu
"Emmmhh, Aldo kenapa rasanya kepalaku berputar-putar?" racau Vanesa sambil memeluk Aldo.Aldo terus menatap wajah cantik yang ada di bawahnya. Dia benar-benar sudah jatuh hati pada Vanesa. "Gadis nakal, beraninya kamu menggodaku seperti ini. Apa kamu nggak khawatir kalau aku melakukan sesuatu padamu? Hem?" ujar Aldo sambil tersenyum.Setelah itu, Aldo mengajak Vanesa untuk pulang ke rumahnya. Dia sengaja tidak membawanya pulang ke rumah mami Ayu karena ingin lebih dekat dengan Vanesa.Aldo menggendong Vanesa yang sudah tidak sadar menuju ke mobil. Kemudian, dia melajukan mobilnya menuju ke rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari bar.Hanya dalam waktu lima belas menit Aldo sampai di rumah. Dia ke luar dan segera membawa Vanesa yang sudah terlelap dalam tidurnya untuk masuk ke dalam rumah.Aldo jalan menuju ke kamarnya. Dia meletakkan tubuh Vanessa di atas ranjang. Vanesa menggeliat dan menampakkan kemolekan tubuhnya."Vanesa, kenapa kamu terus menggodaku seperti ini? Aku ini lelaki
Lelaki itu berjalan melewati Aldo dan langsung memeluk Vanesa dihadapan semua orang. Dia juga menciumnya mesra. "Sayang, aku menunggumu di kantor. Tapi, kenapa kamu nggak datang juga?"Vanesa sedikit canggung, dia melepaskan pelukan itu. "Aku baru saja sadar, efek mabuk semalam. Jadi belum sempat untuk menemuimu," jawab Vanesa, dia melirik ke arah Aldo yang sejak tadi memandanginya."Its oke, ayo kita pergi sekarang. Aku sudah mem-booking mu untuk seharian ini," seru Demian, dia sangatlah bersemangat sekali."Ke- kemana?" Vanesa bertanya-tanya sendiri.Mami Ayu langsung menjawab pertanyaan Vanesa, "Pergilah, Vanesa. Tuan Demian sudah mem-booking mu untuk hari ini. Jadi, bersenang-senanglah."Vanesa tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut, karena itu sudah menjadi pekerjaannya. "Oke, ayo kita pergi sekarang!"Demian tersenyum senang. Dia berbisik pelan pada Vanesa. "Seharusnya kamu jangan menutupi lehermu, karena terlihat sangat seksi sekali."Pipi Vanesa langsung memerah, dia sangat
Di dalam mobil Virga terus bertanya tentang Ibunya. Aldo pun bingung harus menjawab apa. Akhirnya dia menelepon Mama Ratih agar secepatnya pulang ke rumah. "Ma, cepat pulang ya. Aku bingung harus menjelaskan apa?"Aldo mematikan panggilan itu setelah meminta ibunya untuk pulang ke rumah. Beberapa menit kemudian, mereka sampai juga. Aldo ke luar dan membuka pintu untuk Virga."Hei, kok sedih gitu. Jangan sedih dong nanti pulang dari kantor Om bawakan mainan untukmu. Bagaimana?"Virga mengusap hidungnya yang berair. Dia sedang menahan air matanya. Aldo pun menggandeng tangan keponakannya itu untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam, Virga disambut oleh bibi."Den Virga sudah pulang. Sini sama Bibi saja, kita ganti baju setelah itu makan siang ya. Bibi sudah masak makanan kesukaan, Den Virga," ucap Bibi sedikit merayu.Aldo semakin pusing saat melihat Virga sedih. Dia tidak bisa berkutik sedikitpun. Tak lama kemudian, datang lah Mama Ratih yang juga terlihat sangat buru-buru."Ma
Vanesa terus merengek pada Keynan yang sudah terpancing emosi. Mereka terus berjalan menuruni eskalator. Keynan ingin membawa Vanesa ke suatu tempat. Sesampainya di luar, Keynan meminta Vanesa untukasuk ke dalam mobil."Cepat masuk!""Nggak. Aku nggak akan masuk!"Keynan semakin hilang kesabaran. "Cepat masuk, atau aku bersikap kasar. Aku bisa berbuat nekat padamu!""Lepaskan tanganku, aku ingin pergi dari sini. Tolong ... tolong ....""Diam ...!" seru Keynan sambil membekap mulut Vanesa. Setelah itu dia mendorongnya hingga masuk ke dalam mobil.Keynan segera menutup pintu mobil dan dia ikut masuk ke dalam. Vanesa terus berteriak sambil menggedor kaca. Keynan tak menghiraukan hal itu dan tetap menjalankan mobilnya.Vanesa dilanda ketakutan, dia panik sekali. Tiba-tiba handphonenya berdering. Vanesa langsung mengangkat panggilan itu dengan cepat. "Mama, tolong. Ma ....""Matikan handphonemu!" Keynan menghentikan mobil, dia mengambil handphone Vanesa dan membuangnya ke luar jendela."Ke
"Saat aku mengajak Virga ke toko mainan, orang itu tiba-tiba muncul. Dia mengatakan kalau ingin memiliki Virga. Orang itu berkata kalau dia berhak atas Virga. Ingin sekali merobek mulutnya," jelas Aldo pada sang Kakak.Farhan terdiam mendengar cerita Aldo. Dia sangat penasaran dengan Keynan. "Melihat reaksi Vanesa yang sangat ketakutan membuat hatiku sakit. Memang apa saja yang dilakukan oleh orang itu? Apa kamu mau menceritakan semuanya padaku?""Ceritanya sangat panjang, Kak. Maaf, aku tidak bisa menceritakannya karena ada kisahku dalam cerita itu. Aku nggak ingin hubungan kita menjadi renggang hanya karena cerita masa lalu. Lebih baik sekarang kakak menjaganya dari orang brengsek itu," jawab Aldo pada kakaknya.Farhan menghela napas dalam. Hatinya begitu sesak menerima kenyataan yang ada. "Andai saja aku bisa lebih awal bertemu dengan Vanesa. Pasti dia nggak akan mengalami hal ini," gumamnya dalam hati."Sudah malam sebaiknya kita tidur, Kak. Aku masuk ke dalam dulu," kata Aldo, di
Keynan terus memanggil Aldo yang pergi dari tempat tersebut. Bahkan Aldo tidak mempedulikannya sedikit pun."Sayang, apa kamu tahu rumahnya di mana? Kita harus menemuinya, kamu harus mendapatkan Virga," seru Dinda, dia ikut cemas setelah melihat Virga."Ayo kita ikuti mereka!" Keynan berlari bersama istrinya untuk mengejar Aldo yang membawa Virga.Sesampainya di depan, mereka sudah kehilangan jejak Aldo. Keynan bingung harus ke mana lagi. "Sial, kenapa perginya sangat cepat sekali?""Ayo kita keluar, aku yakin. Mereka tidak jauh dari sini," sahut Dinda yakin.Keynan setuju dengan ucapan istrinya. Akhirnya kedua orang itu pergi dari toko tersebut untuk mencari keberadaan Aldo. Dari kejauhan, Aldo melihat mereka sudah pergi. Ternyata dia hanya sembunyi di balik tembok."Aku nggak akan biarkan kalian menyakitinya lagi. Kali ini aku harus waspada," gumam Aldo dalam hati.Virga terheran-heran karena dia tidak mengerti apa pun. "Om, apa kita bisa pulang sekarang? Sudah cukup mainannya," uca
Makan siang selesai, Vanesa kembali ke kamarnya bersama Farhan. Virga mengajak Aldo untuk bermain di taman. Saat berada dalam kamar, Vanesa membuka cadarnya. Dia duduk di pinggiran ranjang sambil memijit pundaknya yang terasa pegal.Farhan langsung mendekati istrinya, dia membantu Vanesa memijit pundaknya. "Sini biar, Mas bantu pijit!""Apa kamu merasa tidak nyaman dengan sikap, Aldo?" tanya Farhan pada istrinya."Aku biasa saja, Mas. Aku sudah tahu watak Aldo, jadi tidak ada masalah.""Kalau bukan karena Mama, mungkin aku akan mengajakmu pindah dari sini! Aku cemburu melihat tatapan Aldo padamu."Farhan mengungkapkan kegelisahannya.Vanesa melihat suaminya. "Mas, Aldo memang begitu. Dia nggak akan melewati batas kok, aku yakin itu. Jadi kamu nggak usah khawatir berlebihan. Aku takut kalau kamu berselisih dengannya."Farhan memegang dan mencium tangan istrinya. "Baiklah, aku menuruti apa yang kamu katakan. Besok kita daftarkan Virga ke sekolah ya. Aku ingin dia beradaptasi lebih cepat
Vanesa melakukan bersih-bersih di kamar mandi. Sedangkan, Farhan masih merenung memikirkan bagaimana sikap Aldo jika bertemu dengan istrinya. "Apa yang harus aku lakukan? Apakah nanti Aldo bisa mengendalikan diri? Sulit baginya untuk menerima kenyataan ini."Setelah itu Farhan keluar untuk menemui Ibunya. Dia ingin membahas persoalan yang sedang membuatnya bingung. Sesampainya di bawah Farhan langsung menghampiri mama Ratih."Ma, ada yang ingin aku bicarakan. Ini sangat penting sekali," ucap Farhan terlihat sangat khawatir."Ada apa Farhan? Mana istrimu, kok belum turun? Sebentar lagi Aldo akan pulang, dia tadi menelepon Mama menanyakan kedatangan kalian," kata Mama Ratih, membuat Farhan semakin bimbang.Mama Ratih duduk di meja makan. Dia duduk di samping Farhan yang sedang serius. "Ada apa? Panik sekali!""Gini, Ma. Aku hanya ingin solusi dari Mama. Soal Aldo dengan Vanesa. Aku tahu hubungan mereka sangat dekat sekali. Sekarang mereka berada dalam satu rumah. Pada kenyataannya, Aldo
"Nggak ada apa-apa, Mas! Hanya kaget saja!""Bunda, itu seperti mobil Om baik sama Tante baik. Apa mereka mau lihat aku lagi ya, Bunda? Soalnya mereka pernah bilang mau datang lagi,"seru Virga pada Vanesa."Mungkin kamu salah lihat, Sayang. Mobil seperti itu 'kan banyak," jawab Vanesa.Farhan semakin tidak mengerti dengan kekhawatiran Vanesa. Dia tidak mau memaksa istrinya untuk berbicara. "Ya sudah kalau kamu nggak mau bicara. Tapi, kamu harus ingat kalau ada masalah kamu harus cerita sama aku. Jangan menyimpannya sendiri ya.""Iya Mas, kamu nggak usah khawatir aku tahu kok." Setelah itu Farhan memfokuskan pandangannya ke depan. Dia harus cepat sampai karena biasanya jalanan sangat macet.Di Tempat Lain.Mobil yang bersimpangan dengan mobil Farhan tadi berhenti di panti asuhan. Mereka adalah Keynan dan istrinya, maksud kedatangannya adalah untuk menyelidiki siapa Virga sebenarnya.Keynan dan Dinda keluar dari mobilnya, kemudian mereka masuk ke dalam hati."Assalamualaikum, permisi!"
Farhan telah terkulai lemas di samping istrinya. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Vanesa. Saat berhubungan badan tadi, Vanesa sempat takut bahkan terlihat sangat pucat sekali."Sayang kamu nggak apa-apa 'kan? Maaf, jika aku menyakitimu!" kata Farhan sambil memeluk istrinya dari belakang.Tubuh Vanesa masih gemetar, dia belum bisa melupakan pelecehan yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Bahkan, air matanya masih mengalir."Nesa, jawab aku! Kamu nggak apa-apa 'kan?"Vanesa menggeleng, dia tidak ingin membuat Farhan kecewa. "Maaf, Mas. Aku nggak apa-apa. Hanya saja, sedikit mengingat masa lalu!""Mulai saat ini, aku harap kamu selalu terbuka apa pun yang terjadi. Kamu harus bercerita padaku. Terima kasih sudah memberikan malam indah untukku, Nesa. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu!"Vanesa memeluk tangan Farhan yang melingkar di pinggangnya. Dia mencium tangan tersebut sebagai balasan atas ungkapan rasa Farhan."Sekarang tidurlah, besok pagi kita langsung ke sekolah Virga. La
Mata Vanesa membulat mendengar ucapan Farhan. Dia langsung menunduk lagi karena malu. Hal itu membuat Farhan semakin gemas. "Aku bercanda, aku akan menunggu sampai kamu siap. Ayo kita cari Virga sekarang! Jangan sampai dia berpikir kalau Bundanya mulai mengabaikan," ucap Farhan membuat Vanesa tersenyum."Kalau begitu ayo kita mencarinya," balas Vanesa pada suaminya. Vanesa memakai kembali cadarnya. Setelah itu keluar bersama Farhan untuk menemui Virga.Di Tempat Lain.Aldo menyetir mobil dengan sangat fokus sekali. Dari panti hingga masuk ke kota, sekalipun dia tidak berbicara. Mama Ratih hanya bisa menghela napas panjang melihat nasib putra bungsunya itu."Aldo, kamu baik-baik saja 'kan, Nak?""Aku baik-baik saja, Ma. Mama nggak usah khawatir, aku baik-baik saja," jawab Aldo datar dan tanpa ekspresi."Mama selalu khawatir padamu. Sikapmu yang seperti ini membuat Mama takut."Aldo tersenyum tipis. "Ma, aku sudah terbiasa dalam hal ini. Aku sudah menjalaninya selama lima tahun. Jadi,