Waktu terus berlalu, sudah seminggu Jessie meninggalkan keluarganya. Bahkan jasadnya pun tak dapat di ketemukan. Hal ini membuat keluarga Jessie begitu terluka, ayah Jessie membangun makam khusus untuk anak perempuannya itu. Di batu nisan tersebut jelas tertulis nama Jessie Julliant.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, semua orang telah merelakan kepergian Jessie. Ayah, ibu, baik saudara Jessie pun telah melakukan aktivitas seperti biasa. Hans juga mulai menata hidupnya kembali yang sempat runtuh karena kepergian sang istri. Namun, meninggalnya Jessie tentu menguntungkan bagi Hans, ia dapat berhubungan dengan Maria tanpa mengkhawatirkan apa pun."Rupanya, Hans sudah bisa merelakan Jessie," ucap salah seorang teman Hans yang kala itu sedang berkumpul di sebuah bar,"Live must go on bro, tidak mungkin aku tidak melanjutkan hidup ku, aku yakin Jessie juga tidak akan bahagia di sana melihat ku selalu terpuruk," jawab Hans sambil sesekali menenggak alkohol yang ada di hadapannya,"Benar bro! Aku setuju dengan mu, sudah tiga tahun setelah kepergiannya, hal yang wajar bagi seorang pria sejati mencari pasangan hidup lagi," timpal teman yang lain,Hans hanya tersenyum mendengar ucapan temannya, rupanya, Hans telah membagikan undangan pernikahan pada seluruh kenalannya, dengan total undangan mencapai 10.000 undangan. Walau ini merupakan pernikahan keduanya, tak dapat di pungkiri jika Hans memang dari kalangan yang terpandang, sehingga undangan pernikahannya pun mencapai angka yang fantastis.Di kediaman Julliant,"Hans akan menikah dengan sekretarisnya," ucap ibu Jessie yang saat ini tengah duduk bersama suami dan kakak Jessie,"Biarlah, Hans juga perlu melanjutkan hidupnya, agar Jessie juga bahagia melihatnya dari sana," jawab sang ayah dengan tenang,"Tapi, kenapa harus sekretaris nya?" Sarah kakak Jessie merasa ada hal yang janggal, semestinya Hans memilih perempuan dari kalangannya, setelah bersama Jessie Hans malah memilih seorang sekretaris, "Apa mungkin mereka sudah memiliki hubungan sebelumnya?" muncul banyak pertanyaan di benak Sarah kala itu,"Sarah, jangan berkata seperti itu, Hans adalah laki laki yang baik, lagi pula, semenjak kepergian Jessie, sekretaris nya lah yang selalu membantunya di kantor, wajar saja tumbuh rasa di antara mereka berdua," ibu Jessie tetap saja berfikir positif terhadap mantan menantunya itu,"Yah, semoga saja itu benar," pungkas Sarah yang tetap saja merasa ada hal yang tidak beres,.....Hingga pada akhirnya, pesta pernikahan yang meriah pun di gelar di rumah Hans. Di hadiri oleh banyak undangan, bahkan ibu Hans terlihat bahagia kala anaknya meminang sang sekretaris."Mempelai wanita memasuki pelaminan," ucap sang master of ceremoni sambil menunjuk ke arah mempelai wanita yang berada di depan pintu pelaminan.Semua tamu bertepuk tangan dan menyoraki sang pengantin yang terlihat sangat bahagia."Maria" begitulah para tamu menyebut nama pengantin wanita yang kala itu mengenakan gaun putih dengan renda rendahnya, tak lupa ia juga mengenakan Tiara yang indah di kepalanya."Mempelai pria memasuki pelaminan!" sang mc pun kembali memanggil sosok yang memang di tunggu tunggu oleh semua orang. Dengan tubuh yang tegap serta wajah yang tampan, Hans dengan gagahnya memasuki pelaminan dengan senyuman lebar di wajahnya. Seolah ia ingin berkata pada dunia."Aku akan menjalani hidup baru ku dengan baik," begitulah kiranya situasi yang tergambar saat itu.Setelah mengucapkan sumpah pernikahan, mereka pun akhirnya berciuman dan melempar bucket pada pada tamu.Bunga tersebut ternyata di tangkap oleh seorang pria yang merupakan sahabat baik Jessie, dan kemudian menjadi dekat dengan Hans karena pernikahan mereka dahulu."Waahhh selamat ya Evan!" ucap Hans pada sahabat Jessie tersebut. Evan tersenyum dan mengucapkan selamat juga pada Hans."Terima kasih bro! Saat pernikahan mu dengan Jessie dulu, aku tidak bisa menangkapnya, dan kini aku mendapatkannya semoga memang sudah saatnya aku meminang gadis yang aku cintai," ucap Evan dengan senyuman manisnya,Hans menepuk pundak Evan dengan tersenyum bahagia, Hans mengira Evan memang memiliki kekasih yang akan segera ia pinang.Acara pernikahan pun selesai, semua tamu yang di undang pun pergi meninggalkan rumah Hans yang begitu luas itu. Kini, Hans dan Maria pun tengah beristirahat di balkon kamar mereka, yang dulunya adalah kamar Jessie."Apa kau pernah mengajak gadis itu kemari?" tanya Maria sambil meneguk wine yang ada di tangannya,"Tentu saja tidak, wanita itu tidak semenarik dan seasik kau, ia juga tidak pandai minum alkohol. Cih.. Lagipula, kenapa kau menanyakan wanita yang sudah lama mati?" Hans berdecih karena merasa risih dengan pertanyaan Maria,"Yahhh, aku agak risih, dahulu kau pasti bermesraan di kamar ini, dan sekarang aku yang menempatinya, aku sedikit merasa kesal," ucap Maria sinis,"Sayang, sekarang kau di sini! Kau pemiliknya, dan kau pemenangnya, kita bahkan sudah menang bertahun yang lalu. Saat ini tidak akan ada yang bisa mengganggu kita sayang, hanya kau dan aku. Kau adalah milik ku, dan aku adalah milik mu," Sean merayu Maria dengan kata kata manisnya, sambil memeluk dan menciumi leher istri barunya tersebut."Apa kau tidak lelah seharian ini?" tanya Maria tiba tiba menatap tajam ke arah Hans,"Mana mungkin aku memiliki rasa lelah ketika bersama mu sayang," jawab Sean sambil mengecup bibir Maria.Maria pun tak kalah dengan Hans, ia juga membalas kecupan bibir Hans dan bibir mereka pun akhirnya bergumul dengan hebatnya. Tak lupa tangan nakal Hans pun telah menjelajahi tubuh Maria dengan lincahnya. Mulai dada hingga sela sempit yang ada di pahanya pun telah ia jamah.Setelah bergumul sekitar dua jam lamanya, Hans Maria pun akhirnya istirahat di atas ranjang cinta mereka. Dengan keringat yang begitu mengucur deras tanda mereka telah melepaskan hawa kenikmatan yang begitu dahsyat......Keesokan paginya, Hans pun bersiap untuk berangkat ke kantor bersama Maria. Maria memang telah menjadi istri dari seorang pemilik perusahaan besar, namun, Maria tidak ingin jabatannya di sana tergantikan oleh orang lain. Selain alasan pekerjaan, ia juga tidak percaya dengan suaminya bisa menahan nafsu bila dengan orang lain.Mereka pun akhirnya sampai di kantor, banyak karyawan yang menyambut mereka dengan senyuman. Sebagian memang memuji kedua pasangan tersebut, sebagian lagi membicarakan mereka di belakang."Bisa bisanya menikahi sekretarisnya," ucap salah satu karyawan yang ada di sana,"Kau yakin mereka baru saja berkencan setelah nyonya Jessie meninggal? Aku tidak percaya dengan hal itu, pasti mereka telah berselingkuh sejak lama," seorang karyawan lain pun menimpalinya dan timbullah semacam gosip miring di kantor tersebut.Di ruangan Hans,"Banyak sekali orang orang yang menyebut ku sebagai perebut suami orang," ucap Maria pada sang suami dengan muka masamnya,"Tidak, kau tidak merebut ku, aku yang hanyut bersama mu," jawab Hans menggoda Maria."Benarkah? Apa aku semenarik itu?" tanya Maria memastikan posisinya dengan Jessie,"Tentu saja sayang, terutama di bagian ini," jawab Hans sambil meremas bokong istrinya yang memang terlihat sangat sintal.Pernikahan Hans dan Maria pun berjalan dengan bahagia selama dua tahun, hingga pada akhirnya. Hans mengadakan acara perayaan untuk merayakan keberhasilan istrinya yang kini tengah menjalankan bisnis barunya di bidang desain busana. "Selamat untuk istri ku tercinta Maria, kau memang wanita hebat yang tidak memanfaatkan jabatan suami ha ha ha, sangat mandiri sekali," ucap Hans dalam pidatonya untuk acara sang istri,Maria tersipu malu dan memukul gemas pada Hans saat itu. Setelah acara penyambutan, pidato dan potong kue, mereka pun masuk ke acara berdansa. Semua pasangan berdansa bersama, tak terkecuali Hans dan Maria.Di tengah tengah ia berdansa, Hans melihat seseorang yang begitu familiar memasuki ruangan pesta. Wanita itu terlihat mencari seseorang dengan gesture nya yang menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.Hans pun terkejut dengan apa yang ada di hadapannya. Ia yakin perempuan tersebut adalah Jessie. Bukannya terharu dan bahagia, Hans malah terlihat ketakutan dan marah sa
Waktu terus berjalan, Hans menjalani aktivitas nya seperti biasa, karena kantor Maria berada di tempat yang agak jauh, mereka pun lebih sering mengobrol lewat pesan singkat.Hari itu berjalan seperti biasanya, Hans dan Maria pulang bersama. Dari kejauhan terlihat seseorang mengamati keduanya tanpa mereka sadari.Orang tersebut terlihat mengirim foto pada temannya, dengan pesan yang bertuliskan,"Mereka sudah menaiki mobil,"Tidak ada yang aneh selama perjalanan Hans dan Maria, hingga akhirnya mereka berhenti di lampu merah."Brakk!"Tiba tiba, sesuatu menabrak bemper belakang mobil Hans. Ia dan Maria pun sedikit terantuk lada bagian depan mobil. Hans yang terlihat emosi pun turun dari mobilnya berniat untuk menegur orang yang menabrak mobilnya."Nona! Hei! Turun lah!" teriak Hans dengan marah, sambil mengetuk kaca mobil orang itu,Perlahan kaca mobil pun turun, dan terlihat Natalie yang menyetir mobil tersebut."Ma-maafkan saya," ucap Natalie tergagap karena takut,"Oh? Natalie?" sapa
Setelah pertemuan dengan Natalie hari itu, Hans terus saja mengajak Natalie untuk bertemu kembali."Hah, apa karena wajahnya yang sangat mirip dengan Jessie ya? Atau karena memang tubuhnya aaarrgghhhh... Dia sexy sekali saat mengenakan dress mininya. Yahh.. Beda jauh dengan Jessie yang selalu mengenakan dress tertutup." Hans terus saja memikirkan Natalie, seolah ia lupa jika saat ini dia sudah memiliki istri.Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunan Hans. "Tok tok," "Ehemm.. Silahkan masuk!" Hans yang tadinya sedang melamun pun berubah mencari kesibukan seolah ia tengah membaca beberapa berkas yang ada di mejanya.Di balik pintu masuklah Natalie dengan dress merahnya dan tas kecil di tangannya."Maaf tuan Hans, aku sudah lancang qkemari tanpa memberi kabar pada mu," ucap Natalie malu,"Oh! Natalie, tidak apa apa, duduklah!" suruh Hans dengan wajah sumringah nya,"Emmm tuan Hans, bisakah kau temani aku ke satu acara? Disini aku memiliki sedikit kenalan, dan juga teman teman ku men
Pagi hari di kediaman tuan Mac. Terlihat Natalie tengah sarapan bersama sang ayah."Natalie, daripada tidak melakukan apa apa di kota ini, bagaimana kalau kau buka butik saja? Yaaahhh sekedar mencari kesibukan, kau tau kan sayang? Uang ayah tidak akan pernah habis walau sudah ku buang kesana kemari ha ha ha," ucap tuan Mac yang kala itu mengkhawatirkan putrinya yang terlihat tak memiliki kesibukan,"Ayah ada ada saja," jawab Natalie dengan senyuman manisnya, "tapi ide ayah juga tidak buruk, emmm bagaimana jika bekerja sama dengan perusahaan tekstil yang ayah bantu tahun lalu?" lanjut Natalie sambil tetap menikmati sarapannya,"Emmm, akan ayah pikirkan lagi, oh ya malam nanti akan di adakan pesta di kediaman keluarga Jandee, jangan lupa kau harus menemani ayah ya," ajak tuan Mac pada Putri semata wayangnya,"Tenang saja ayah, kemana pun ayah pergi aku akan menemani ayah," jawab Natalie,"Ha ha ha, nikmatilah sarapan mu nak," suruh tuan Mac dengan raut wajah bahagianya.Natalie pun hany
Hans pun memacu mobil Natalie dan mengantarnya ke mall terdekat untuk membeli stelan.Di tempat lain, terlihat Maria yang datang ke kantor Hans siang itu. Maria segera berjalan menuju ruangan suaminya, namun, ruangan itu pun kosong tanpa ada seorang pun di sana.Maria yang merasa bingung pun berjalan menuju ruang sekretaris suaminya, terlihat di sana sang sekretaris pun tak ada di tempatnya, sehingga Maria pun mengira jika suaminya tengah menghadiri pertemuan di ruang meeting.Maria yang makin penasaran akan keberadaan suaminya pun berjalan menuju ruang meeting dengan perasaan yang sedikit gelisah. Dan benar saja, kegelisahan Maria semakin bertambah ketika melihat ruang meeting yang kosong. Ketika hendak meninggalkan ruang meeting, Maria berpapasan dengan seorang karyawan yang dulunya adalah teman kantor Maria."Hei! Santha! Buru buru sekali? Mau kemana?" tanya Maria pada Santha,"Oh hai Maria, uppss apa aku harus memanggil mu nyonya juga? Ha ha ha," ejek Santha,"Ahh tidak perlu sep
Setelah kejadian di gedung kosong tersebut, Hans semakin hari selalu memikirkan Natalie, bahkan ia semakin sering mengirim pesan romantis dan perhatian pada Natalie.Sedangkan sikapnya terhadap Maria pun semakin berubah. Hans menjadi pribadi yang dingin bahkan terkadang ia lupa pada Maria.Hal ini tentu membuat Maria sangat kesal, jika Maria meminta penjelasan pada Hans atas sikapnya, Hans menjadi mudah naik pitam dan menyebut Maria sebagai wanita yang menjengkelkan.Maria tak tinggal diam, ia mengutus seseorang untuk menata matai Hans di kantor. Sehinga Maria pun dapat mengetahui gerak gerik Hans."Makan sianglah dengan ku," Maria mengirim pesan singkat pada Hans,Di tempat lain, Hans mengabaikan pesan dari Maria, karena ia sudah berada di restoran untuk makan siang bersama Natalie.Hans tersenyum bahagia melihat Natalie berjalan menuju ke arahnya. Kala itu, Natalie mengenakan dress mini warna hitam di lengkapi dengan tas kecil di tangannya. Style nya sangat simple namun terlihat coc
Keesokan harinya, Maria pun bersiap menuju butik milik Natalie. Maria mencoba lebih tenang kali ini, ia tidak ingin terlihat bodoh dihadapan Natalie karena emosinya.Maria pun sampai dan memarkirkan mobilnya, ia berjalan dengan kepalanya yang tegak dan menatap butik milik Natalie.Dari dalam butik, Natalie sudah mengetahui kedatangan Maria, karena kaca depan yang langsung mengarah keluar.Natalie menarik napas panjang dan berjalan mempersilahkan Maria untuk masuk,"Wahh, kita kedatangan tamu, nyonya silahkan masuk!" Natalie mempersilahkan Maria masuk dengan nada yang lembut,Tanpa menjawab apa pun, Maria langsung masuk dan duduk di kursi sofa yang sudah di sediakan di ruangan tersebut."Bagaimana nyonya bisa tahu kalau saya membuka butik disini?" tanya Natalie sambil menaruh segelas teh di hadapan Maria,Maria tetap tak menjawab Natalie, ia asyik memutar matanya dan melihat ke sekeliling."Selera mu bagus juga," ucap Maria memuji Natalie."Terima kasih nyonya, mungkin nyonya ingin men
Setelah kejadian tersebut, Natalie dan Hans pun resmi memiliki hubungan gelap, mereka merahasiakannya dari semua orang.Hans lebih sering datang ke butik Natalie, karena hal itu lebih aman dari pada Natalie yang datang menghampirinya.Hal itu tak di ketahui Maria, Hans sangat pandai menutupi perbuatannya. Bahkan, Hans pun mulai membeli ponsel baru yang ia pakai khusus untuk menghubungi Natalie.Hari demi hari pun berganti, Hans dan Natalie makin sering bertemu. Saat itu mereka sedang berada di ruangan milik Natalie. Ruangan tertutup dan tanpa ada orang yang bisa masuk.Hans mulai merayu Natalie,"Hari ini kau nampak begitu cantik," ucap Hans sambil membelai rambut hitam Natalie,"Ahh, tuan bisa saja," Natalie tersipu mendengar perkataan Hans,Saat itu mereka sedang duduk di sofa yang tersedia di ruangan Natalie, Hans mulai memandangi rok mini milik Natalie, terlihat belahan paha yang begitu bersih dan lembut.Hans mulai menelan ludahnya seakan ia tak sabar untuk mencicipi Natalie. Han