Keadaan rumah Hans makin tidak terkontrol, Maria merasa jika suaminya kian berubah. Hans mulai sering pulang larut, biasanya Hans selalu mengajak Maria pulang bersama sekitar jam 6 sore.Hal itu sangat mengganggu Maria, ia pun akhirnya mencurahkan isi hatinya pada sang mertua.Hari itu ia dan ibu Hans tengah duduk bersantai di ruang keluarga, di temani secangkir teh dan serial televisi favorit ibu Hans."Ehem, ibu.. Ada yang ingin aku bicarakan," ucap Maria memecah konsentrasi mertuanya."Oo? Apa itu?" tanya ibu Hans tanpa menoleh pada Maria,"Emm bagaimana kalau misalkan saja Hans... Emmmmm..." Maria berbicara dengan gugup membuat ibu Hans pun akhirnya menoleh ke arahnya,"Apa yang ingin kau sampaikan? Kenapa kau gugup seperti itu?" tanya ibu Hans,"Emmm, ibu bagaimana kalau Hans tiba tiba selingkuh? Ee.. Ini hanya perkiraan ku saja, aku hanya ingin tau pendapat ibu," ucap Maria dengan wajah yang khawatir,"Apa yang kau takutkan? Bukan kah kau juga pernah menjadi selingkuhannya?" mer
Malam itu, Maria menunggu suaminya dengan perasaan yang gelisah, karena ia tak dapat menghubungi Hans. Entah apa alasannya sehingga nomor Hans tidak aktif malam itu, terlebih lagi, ia masih ingat betul reaksi sang mertua ketika Maria menceritakan kecurigaannya pada sang suami.Maria terus saja menuangkan minuman alkohol ke gelasnya, berharap rasa gelisah nya menghilang. Tak lama setelahnya, ia mendengar suara dari arah ruang utama.Maria pun berjalan menuju pintu depan dan melihat sang suami yang baru saja masuk ke dalam rumah."Kenapa baru pulang?" tanya Maria dengan nada yang curiga,"Hah, baru saja aku menginjakkan kaki ke dalam rumah, kau sudah mau mengomeli ku!" jawab Hans dengan nada kesal,"Aku hanya bertanya, kalau kau tak ingin menjawabnya ya sudah," Maria pun pergi melanjutkan minumnya,Hans mengikuti istrinya dari belakang. Ia penasaran apa yang istrinya lakukan di dapur malam malam begini. Hans sedikit terkejut melihat istrinya sedang meminum alkohol kala itu."Maria! Kau!
(Flash back Maria dan Gadi)Hari itu pada tanggal 18 Oktober 2015 terjadi kericuhan di salah satu sekolah menengah besar di pusat kota.Terjadi penikaman pada salah seorang murid di Alexander High School. Kala itu, semua murid semester akhir tengah mengadakan upacara kelulusan mereka.Tak di sangka sangka salah seorang murid laki laki menikam temannya yang tengah berpidato di atas panggung untuk menyampaikan pesan dan kesan pada teman teman dan pihak sekolah.Saat itu, Beatrix adalah siswa terpilih untuk menyampaikannya. Beatrix merupakan siswa teladan dengan nilai tinggi, sehingga ia pun di pilih oleh dewan guru.Di tengah pidatonya, Gadi, siswa yang terkenal pendiam dan introvert pun menikam tepat di leher Beatrix.Semua murid dan guru pun panik menyaksikan hal tersebut. Darah mengucur deras melalui luka tusukan Beatrix. Semua guru yang menyaksikan sempat tercengang dan tak berani mendekat karena Gadi tak hanya menusuk Beatrix satu kali, namun Gadi menghujamkan pisaunya berkali kali
Hari ini adalah hari pertama Gadi mengikuti Natalie, ia mulai mengikuti Natalie dari rumahnya hingga sampai di butik.Natalie tak merasa curiga sama sekali, ia menjalani harinya seperti biasa. Terlebih hari itu ia sangat sibuk, ada banyak pelanggan yang datang, dan beberapa dari mereka tengah mempersiapkan gaun untuk acara pernikahan.Natalie terlihat sangat menikmati pekerjaannya kala itu. Saat ini, ia dibantu oleh beberapa pekerja yang ia rekrut sendiri. Sehingga, Hans pun jarang mengajak Natalie bermesraan di butik.Gadi terlihat terus memantau gerak gerik Natalie dari dalam mobil sambil menyantap sepotong roti dan sekotak susu.…Hingga malam pun tiba, Gadi terlihat sudah menukarkan mobilnya. Ia melakukan hal itu agar Natalie tak sadar jika sedang dipantau oleh seseorang.Benar saja, Natalie masih tidak sadar jika ada seseorang yang mengikutinya. Ia melakukan semua hal seperti biasa. Beberapa menit kemudian, Hans datang dan memarkirkan mobilnya. Natalie pun menyambut kedatangan
Mata Jessie perlahan terbuka, ia merasakan sakit disekujur tubuhnya. Dengan sekuat tenaga Jessie keluar dari mobil yang telah terbalik dan ringsek. Ia merangkak dengan menahan sakit ditubuhnya.Hingga akhirnya, Jessie berhasil keluar dari dalam mobilnya. Ia pun bergegas mengambil ponselnya yang masih berfungsi.Jessie menghubungi Evan yang kala itu tengah bersiap untuk datang ke acara ulang tahun Hans."Halo, Evan," suara lemah Jessie terdengar sangat jelas, Evan yang langsung khawatir akan keadaan Jessie pun dengan sigap menyuruh Jessie untuk mengirimkan alamatnya sekarang.Jessie pun berhasil selamat dari maut, dan segera dibawa ke rumah sakit. Awalnya Jessie enggan untuk pergi ke rumah sakit,bahkan ia enggan saat Evan ingin menghubungi Hans, namun Evan terus saja memaksanya hingga mereka pun sampai di rumah sakit milik keluarga Evan.Setelah dirawat dan mengganti bajunya, Evan pun mendatangi Jessie di kamarnya."Jessie, aku akan menghubungi Hans," ucap Evan sambil mengeluarkan pons
Pagi itu, terlihat seorang wanita cantik dan anggun sedang menyiapkan makanan untuk keluarganya.Dari dalam salah satu kamar yang berada di dekat meja makan pun, keluar seorang laki laki yang baru saja bersiap untuk berangkat ke kantor."Sayang, sepagi ini kau sudah memasak makanan lengkap untuk kami?" ucap laki laki tersebut."Hem, tidak apa apa sesekali aku ingin memasak makanan yang lengkap, apa lagi sekarang sudah ada ibu mu, aku tidak ingin beliau makan makanan seperti kita," jawab seorang wanita cantik yang biasa di panggil Jessie tersebut."Kau memang yang terbaik," ucap suami Jessie yang biasa di panggil Hans.Jessie dan Hans merupakan pasangan suami istri yang terlihat sangat harmonis.Jessie merupakan anak dari pemilik perusahaan terbesar di kotanya. sedangkan Hans merupakan anak terakhir dari keluarga yang cukup terpandang. Jessie dan Hans menikah karena hubungan bisnis. keluarga Hans sangat beruntung dapat menikahkan anaknya dengan Jessie anak kedua dari keluarga Julliant
Malam itu berlalu dengan semestinya, Hans tidak mengetahui bahwa perselingkuhannya dengan sang sekretaris telah terbongkar oleh Jessie. Sebaliknya, Jessie yang saat ini memendam amarahnya pun mencoba terus bersabar dan menunggu waktu yang tepat untuk membuat Hans mengakui perbuatannya.Keesokan paginya, Hans berangkat bekerja seperti biasa, begitu pula Jessie yang berperan sebagai ibu rumah tangga pun menyiapkan segala kebutuhan sang suami."Sayang, hari ini aku akan pulang larut, makan malam lah bersama ibu ya? Tidak perlu menunggu ku!" ucap Hans sambil berjalan menuju mobilnya dan di antar oleh sang istri, "Tenang saja, jangan khawatirkan aku! Yang terpenting semua urusan kantor mu sudah teratasi," jawab Jessie sambil tersenyum ke arah laki laki yang ia benci,"Kau memang yang terbaik," Hans mencium kening Jessie dan terlihat penuh dengan cinta. Namun bagi Jessie, ingin rasanya ia menampar laki laki penghianat itu. Setiap kali ia melihat wajah Hans, teringat jelas di benak Jessie s
Waktu terus berlalu, sudah seminggu Jessie meninggalkan keluarganya. Bahkan jasadnya pun tak dapat di ketemukan. Hal ini membuat keluarga Jessie begitu terluka, ayah Jessie membangun makam khusus untuk anak perempuannya itu. Di batu nisan tersebut jelas tertulis nama Jessie Julliant.Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, semua orang telah merelakan kepergian Jessie. Ayah, ibu, baik saudara Jessie pun telah melakukan aktivitas seperti biasa. Hans juga mulai menata hidupnya kembali yang sempat runtuh karena kepergian sang istri. Namun, meninggalnya Jessie tentu menguntungkan bagi Hans, ia dapat berhubungan dengan Maria tanpa mengkhawatirkan apa pun."Rupanya, Hans sudah bisa merelakan Jessie," ucap salah seorang teman Hans yang kala itu sedang berkumpul di sebuah bar,"Live must go on bro, tidak mungkin aku tidak melanjutkan hidup ku, aku yakin Jessie juga tidak akan bahagia di sana melihat ku selalu terpuruk," jawab Hans sambil sesekali menenggak alkohol yang ada di hadapannya,"Be