Malam itu berlalu dengan semestinya, Hans tidak mengetahui bahwa perselingkuhannya dengan sang sekretaris telah terbongkar oleh Jessie. Sebaliknya, Jessie yang saat ini memendam amarahnya pun mencoba terus bersabar dan menunggu waktu yang tepat untuk membuat Hans mengakui perbuatannya.
Keesokan paginya, Hans berangkat bekerja seperti biasa, begitu pula Jessie yang berperan sebagai ibu rumah tangga pun menyiapkan segala kebutuhan sang suami."Sayang, hari ini aku akan pulang larut, makan malam lah bersama ibu ya? Tidak perlu menunggu ku!" ucap Hans sambil berjalan menuju mobilnya dan di antar oleh sang istri,"Tenang saja, jangan khawatirkan aku! Yang terpenting semua urusan kantor mu sudah teratasi," jawab Jessie sambil tersenyum ke arah laki laki yang ia benci,"Kau memang yang terbaik," Hans mencium kening Jessie dan terlihat penuh dengan cinta. Namun bagi Jessie, ingin rasanya ia menampar laki laki penghianat itu. Setiap kali ia melihat wajah Hans, teringat jelas di benak Jessie saat Hans mencumbu sektretaris nya.Kepergian Hans yang di nantikan oleh Jessie pun tiba, ia akhirnya dapat melancarkan rencananya untuk memindahkan aset kekayaan Hans.Jessie menemui pengacaranya, dan juga keluarganya. Tak ada yang curiga dengan perilaku Jessie, karena semua orang mengenal Jessie dan Hans dengan baik. Mereka di cap sebagai pasangan yang tak memiliki sedikit pun celah untuk di komentari. Sehingga hari itu, tuntaslah pekerjaan Jessie, ia sudah memberikan berkas berkas penting yang di butuhkan oleh pengacaranya, untuk di bawa ke notaris.Rencana Jessie berjalan dengan baik, ia pun mengantongi 60% harta Hans, Jessie pikir semua itu sudah cukup untuk membuat Hans terpuruk, karena Hans juga masih berada di bawah pimpinan ayah Jessie.Malam hari, Jessie pun menghubungi Hans yang ternyata tengah asik bermesraan dengan selingkuhannya."Halo? Sayang?" sapa Jessie melalui ponselnya,"Ahh iya sayang ada apa?" jawab Hans terengah-engah seolah ia baru saja berolah raga."Kenapa suara mu seperti itu?" tanya Jessie yang sebenarnya sudah tahu bahwa sang suami sedang asik berhubungan badan dengan wanita lain."Ohh, aaahh ini aku tengah meregangkan otot bersama para karyawan ku, ha ha memang kami akrab sekali sehingga sesantai ini," jawab Hans sambil terus menggerayangi tubuh sekretarisnya."Ohh. Begitu kah? Emm aku hanya ingin menyampaikan pada mu sayang, aku ingin merayakan ulang tahun mu Minggu depan dengan pesta yang meriah, aku ingin kau menyiapkan nama nama kolega mu agar segera di hubungi," ucap Jessie dengan lemah lembut seperti biasa, seolah tak pernah terjadi apa apa padanya."Emm, baik lah sayang, nanti sepulang dari kantor akan ku berikan pada mu ya," jawab Hans dengan suara seseorang yang tengah terangsang oleh sesuatu,Jessie hanya terdiam dan segera mematikan teleponnya. Perasaannya yang sedang sedih dan marah di saat yang bersamaan, membuat Jessie menangis sejadi-jadinya di dalam kamar, Jessie terus saja mengutuk suaminya. Jessie tahu betul jika saat itu Hans tengah bersetubuh dengan wanita jalang yang ia lihat kemarin.Setelah sejam menangis, Jessie pun mencuci mukanya ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya. Ia membuat seolah tak terjadi apa apa pada dirinya.Malam pun berlalu, matahari terbit dengan hangatnya, namun, hal itu tidak dapat menghangatkan Jessie yang kini berbalik bersikap dingin terhadap Hans."Sayang, kau kenapa? Apa kau sedang datang bulan?" tanya Hans yang memang sudah hafal perilaku istrinya jika sudah datang masanya,"Tidak," jawab Jessie dingin, Jessie terus saja menyiapkan sarapan tanpa menoleh pada suaminya sama sekali,Hans berpikir keras, apa yang telah ia lakukan? Apa Jessie telah mengetahui perselingkuhan nya? Tapi jika di ingat lagi, Hans merasa tidak pernah ketahuan sedang melakukan apa apa. Hans juga ikut terdiam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.Pagi itu terasa berat bagi Jessie, iya tetap bersabar untuk melayani suami bejatnya.Hingga tibalah pada hari dimana Jessie merayakan ulang tahun Hans, ia mengundang semua keluarga, bahkan semua kolega serta karyawan Hans. Awalnya Hans menolak, kenapa harus mengundang karyawan? Menurutnya cukup keluarga dan kolega saja, namun Jessie bersikukuh untuk mengundang selingkuhan Hans yang akrab di panggil dengan nama Maria. Hans pun yang kalah berargumen akhirnya menuruti perkataan sang istri.Saat malam pesta,"Hans, dimana Jessie? Bukannya seharusnya dia ada disini?" tanya salah seorang tamu,"Oh aku juga tidak bisa menemukannya, setelah menyiapkan semua ini Jessie pergi untuk membeli sesuatu, ku rasa dia belum kembali," jawab Hans yang kala itu terlihat bingung,Tak lama setelahnya, keluarga Julliant pun datang dan berjalan menuju Hans,"Oh Hans menantu ku, selamat ulang tahun ya sayang," ucap ibu Jessie yang kala itu mengenakan gaun berwarna hitam yang elegan,"Terima kasih ibu," jawab Hans sambil mengecup punggung tangan sang mertua,"Dimana Jessie?" tanya ayah Jessie, sambil beberapa kali melihat ke seluruh sudut ruangan untuk menemukan anak perempuannya,"Oh iya, tadi dia pergi ingin membeli sesuatu, ayah taukan dia begitu ambisius dalam melakukan ini semua, padahal sudah ku larang tapi, dia bersikeras untuk pergi," ucap Hans sambil beberapa kali mengecek ponselnya berharap Jessie menghubunginya.Setelah dua jam berlalu, Jessie tak kunjung datang, semua tamu panik dan khawatir padanya. Hingga datanglah beberapa polisi menuju kerumunan tamu pesta,"Selamat malam! Kami dari kepolisian metro memberitahukan bahwa saudari Jessie mengalami kecelakaan hebat di daerah X, harap keluarga datang ke kantor polisi untuk di mintai keterangan, karena tubuh yang bersangkutan tidak dapat di temukan, kami hanya menemukan beberapa barang termasuk ponsel korban," ucap salah satu polisi yang bertugas untuk mengabarkan berita duka tersebut,Hans beserta keluarga Jessie pun terkejut, suami Jessie yang terkenal sangat menyayangi istrinya itu pun menangis sejadi-jadinya. Hans meneriakkan nama Jessie berulangkali, begitu pula sang ibu yang sempat pingsan karena berita tersebut.Setelah keadaan Hans mulai terkontrol, ia pun datang ke kantor polisi dan memberikan keterangannya. Hans sangat kooperatif dengan pihak kepolisian, sehingga pihak polisi pun menyimpulkan bahwa Jessie meninggal murni karena kecelakaan. Dan sebab tubuh Jessie yang belum di ketemukan, polisi berasumsi bahwa jasadnya telah di mangsa oleh hewan buas, karena tempat kecelakaan tersebut di jurang yang sekelilingnya merupakan hutan lebat.Namun ada opsi lainnya dari beberapa polisi yang menyebutkan bahwa, Jessie kecelakaan karena di rampok oleh sekelompok orang. Hal ini di perkuat dengan hilangnya barang berharga Jessie berupa ponsel dan dompet milik Jessie.Polisi pun tetap melakukan penyisiran lokasi kecelakaan Jessie hingga seminggu lamanya. tempat penyisiran pun di perluas, namun tidak mendapatkan hasil.Waktu terus berlalu, sudah seminggu Jessie meninggalkan keluarganya. Bahkan jasadnya pun tak dapat di ketemukan. Hal ini membuat keluarga Jessie begitu terluka, ayah Jessie membangun makam khusus untuk anak perempuannya itu. Di batu nisan tersebut jelas tertulis nama Jessie Julliant.Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, semua orang telah merelakan kepergian Jessie. Ayah, ibu, baik saudara Jessie pun telah melakukan aktivitas seperti biasa. Hans juga mulai menata hidupnya kembali yang sempat runtuh karena kepergian sang istri. Namun, meninggalnya Jessie tentu menguntungkan bagi Hans, ia dapat berhubungan dengan Maria tanpa mengkhawatirkan apa pun."Rupanya, Hans sudah bisa merelakan Jessie," ucap salah seorang teman Hans yang kala itu sedang berkumpul di sebuah bar,"Live must go on bro, tidak mungkin aku tidak melanjutkan hidup ku, aku yakin Jessie juga tidak akan bahagia di sana melihat ku selalu terpuruk," jawab Hans sambil sesekali menenggak alkohol yang ada di hadapannya,"Be
Pernikahan Hans dan Maria pun berjalan dengan bahagia selama dua tahun, hingga pada akhirnya. Hans mengadakan acara perayaan untuk merayakan keberhasilan istrinya yang kini tengah menjalankan bisnis barunya di bidang desain busana. "Selamat untuk istri ku tercinta Maria, kau memang wanita hebat yang tidak memanfaatkan jabatan suami ha ha ha, sangat mandiri sekali," ucap Hans dalam pidatonya untuk acara sang istri,Maria tersipu malu dan memukul gemas pada Hans saat itu. Setelah acara penyambutan, pidato dan potong kue, mereka pun masuk ke acara berdansa. Semua pasangan berdansa bersama, tak terkecuali Hans dan Maria.Di tengah tengah ia berdansa, Hans melihat seseorang yang begitu familiar memasuki ruangan pesta. Wanita itu terlihat mencari seseorang dengan gesture nya yang menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.Hans pun terkejut dengan apa yang ada di hadapannya. Ia yakin perempuan tersebut adalah Jessie. Bukannya terharu dan bahagia, Hans malah terlihat ketakutan dan marah sa
Waktu terus berjalan, Hans menjalani aktivitas nya seperti biasa, karena kantor Maria berada di tempat yang agak jauh, mereka pun lebih sering mengobrol lewat pesan singkat.Hari itu berjalan seperti biasanya, Hans dan Maria pulang bersama. Dari kejauhan terlihat seseorang mengamati keduanya tanpa mereka sadari.Orang tersebut terlihat mengirim foto pada temannya, dengan pesan yang bertuliskan,"Mereka sudah menaiki mobil,"Tidak ada yang aneh selama perjalanan Hans dan Maria, hingga akhirnya mereka berhenti di lampu merah."Brakk!"Tiba tiba, sesuatu menabrak bemper belakang mobil Hans. Ia dan Maria pun sedikit terantuk lada bagian depan mobil. Hans yang terlihat emosi pun turun dari mobilnya berniat untuk menegur orang yang menabrak mobilnya."Nona! Hei! Turun lah!" teriak Hans dengan marah, sambil mengetuk kaca mobil orang itu,Perlahan kaca mobil pun turun, dan terlihat Natalie yang menyetir mobil tersebut."Ma-maafkan saya," ucap Natalie tergagap karena takut,"Oh? Natalie?" sapa
Setelah pertemuan dengan Natalie hari itu, Hans terus saja mengajak Natalie untuk bertemu kembali."Hah, apa karena wajahnya yang sangat mirip dengan Jessie ya? Atau karena memang tubuhnya aaarrgghhhh... Dia sexy sekali saat mengenakan dress mininya. Yahh.. Beda jauh dengan Jessie yang selalu mengenakan dress tertutup." Hans terus saja memikirkan Natalie, seolah ia lupa jika saat ini dia sudah memiliki istri.Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunan Hans. "Tok tok," "Ehemm.. Silahkan masuk!" Hans yang tadinya sedang melamun pun berubah mencari kesibukan seolah ia tengah membaca beberapa berkas yang ada di mejanya.Di balik pintu masuklah Natalie dengan dress merahnya dan tas kecil di tangannya."Maaf tuan Hans, aku sudah lancang qkemari tanpa memberi kabar pada mu," ucap Natalie malu,"Oh! Natalie, tidak apa apa, duduklah!" suruh Hans dengan wajah sumringah nya,"Emmm tuan Hans, bisakah kau temani aku ke satu acara? Disini aku memiliki sedikit kenalan, dan juga teman teman ku men
Pagi hari di kediaman tuan Mac. Terlihat Natalie tengah sarapan bersama sang ayah."Natalie, daripada tidak melakukan apa apa di kota ini, bagaimana kalau kau buka butik saja? Yaaahhh sekedar mencari kesibukan, kau tau kan sayang? Uang ayah tidak akan pernah habis walau sudah ku buang kesana kemari ha ha ha," ucap tuan Mac yang kala itu mengkhawatirkan putrinya yang terlihat tak memiliki kesibukan,"Ayah ada ada saja," jawab Natalie dengan senyuman manisnya, "tapi ide ayah juga tidak buruk, emmm bagaimana jika bekerja sama dengan perusahaan tekstil yang ayah bantu tahun lalu?" lanjut Natalie sambil tetap menikmati sarapannya,"Emmm, akan ayah pikirkan lagi, oh ya malam nanti akan di adakan pesta di kediaman keluarga Jandee, jangan lupa kau harus menemani ayah ya," ajak tuan Mac pada Putri semata wayangnya,"Tenang saja ayah, kemana pun ayah pergi aku akan menemani ayah," jawab Natalie,"Ha ha ha, nikmatilah sarapan mu nak," suruh tuan Mac dengan raut wajah bahagianya.Natalie pun hany
Hans pun memacu mobil Natalie dan mengantarnya ke mall terdekat untuk membeli stelan.Di tempat lain, terlihat Maria yang datang ke kantor Hans siang itu. Maria segera berjalan menuju ruangan suaminya, namun, ruangan itu pun kosong tanpa ada seorang pun di sana.Maria yang merasa bingung pun berjalan menuju ruang sekretaris suaminya, terlihat di sana sang sekretaris pun tak ada di tempatnya, sehingga Maria pun mengira jika suaminya tengah menghadiri pertemuan di ruang meeting.Maria yang makin penasaran akan keberadaan suaminya pun berjalan menuju ruang meeting dengan perasaan yang sedikit gelisah. Dan benar saja, kegelisahan Maria semakin bertambah ketika melihat ruang meeting yang kosong. Ketika hendak meninggalkan ruang meeting, Maria berpapasan dengan seorang karyawan yang dulunya adalah teman kantor Maria."Hei! Santha! Buru buru sekali? Mau kemana?" tanya Maria pada Santha,"Oh hai Maria, uppss apa aku harus memanggil mu nyonya juga? Ha ha ha," ejek Santha,"Ahh tidak perlu sep
Setelah kejadian di gedung kosong tersebut, Hans semakin hari selalu memikirkan Natalie, bahkan ia semakin sering mengirim pesan romantis dan perhatian pada Natalie.Sedangkan sikapnya terhadap Maria pun semakin berubah. Hans menjadi pribadi yang dingin bahkan terkadang ia lupa pada Maria.Hal ini tentu membuat Maria sangat kesal, jika Maria meminta penjelasan pada Hans atas sikapnya, Hans menjadi mudah naik pitam dan menyebut Maria sebagai wanita yang menjengkelkan.Maria tak tinggal diam, ia mengutus seseorang untuk menata matai Hans di kantor. Sehinga Maria pun dapat mengetahui gerak gerik Hans."Makan sianglah dengan ku," Maria mengirim pesan singkat pada Hans,Di tempat lain, Hans mengabaikan pesan dari Maria, karena ia sudah berada di restoran untuk makan siang bersama Natalie.Hans tersenyum bahagia melihat Natalie berjalan menuju ke arahnya. Kala itu, Natalie mengenakan dress mini warna hitam di lengkapi dengan tas kecil di tangannya. Style nya sangat simple namun terlihat coc
Keesokan harinya, Maria pun bersiap menuju butik milik Natalie. Maria mencoba lebih tenang kali ini, ia tidak ingin terlihat bodoh dihadapan Natalie karena emosinya.Maria pun sampai dan memarkirkan mobilnya, ia berjalan dengan kepalanya yang tegak dan menatap butik milik Natalie.Dari dalam butik, Natalie sudah mengetahui kedatangan Maria, karena kaca depan yang langsung mengarah keluar.Natalie menarik napas panjang dan berjalan mempersilahkan Maria untuk masuk,"Wahh, kita kedatangan tamu, nyonya silahkan masuk!" Natalie mempersilahkan Maria masuk dengan nada yang lembut,Tanpa menjawab apa pun, Maria langsung masuk dan duduk di kursi sofa yang sudah di sediakan di ruangan tersebut."Bagaimana nyonya bisa tahu kalau saya membuka butik disini?" tanya Natalie sambil menaruh segelas teh di hadapan Maria,Maria tetap tak menjawab Natalie, ia asyik memutar matanya dan melihat ke sekeliling."Selera mu bagus juga," ucap Maria memuji Natalie."Terima kasih nyonya, mungkin nyonya ingin men