Pagi itu, terlihat seorang wanita cantik dan anggun sedang menyiapkan makanan untuk keluarganya.Dari dalam salah satu kamar yang berada di dekat meja makan pun, keluar seorang laki laki yang baru saja bersiap untuk berangkat ke kantor."Sayang, sepagi ini kau sudah memasak makanan lengkap untuk kami?" ucap laki laki tersebut."Hem, tidak apa apa sesekali aku ingin memasak makanan yang lengkap, apa lagi sekarang sudah ada ibu mu, aku tidak ingin beliau makan makanan seperti kita," jawab seorang wanita cantik yang biasa di panggil Jessie tersebut."Kau memang yang terbaik," ucap suami Jessie yang biasa di panggil Hans.Jessie dan Hans merupakan pasangan suami istri yang terlihat sangat harmonis.Jessie merupakan anak dari pemilik perusahaan terbesar di kotanya. sedangkan Hans merupakan anak terakhir dari keluarga yang cukup terpandang. Jessie dan Hans menikah karena hubungan bisnis. keluarga Hans sangat beruntung dapat menikahkan anaknya dengan Jessie anak kedua dari keluarga Julliant
Malam itu berlalu dengan semestinya, Hans tidak mengetahui bahwa perselingkuhannya dengan sang sekretaris telah terbongkar oleh Jessie. Sebaliknya, Jessie yang saat ini memendam amarahnya pun mencoba terus bersabar dan menunggu waktu yang tepat untuk membuat Hans mengakui perbuatannya.Keesokan paginya, Hans berangkat bekerja seperti biasa, begitu pula Jessie yang berperan sebagai ibu rumah tangga pun menyiapkan segala kebutuhan sang suami."Sayang, hari ini aku akan pulang larut, makan malam lah bersama ibu ya? Tidak perlu menunggu ku!" ucap Hans sambil berjalan menuju mobilnya dan di antar oleh sang istri, "Tenang saja, jangan khawatirkan aku! Yang terpenting semua urusan kantor mu sudah teratasi," jawab Jessie sambil tersenyum ke arah laki laki yang ia benci,"Kau memang yang terbaik," Hans mencium kening Jessie dan terlihat penuh dengan cinta. Namun bagi Jessie, ingin rasanya ia menampar laki laki penghianat itu. Setiap kali ia melihat wajah Hans, teringat jelas di benak Jessie s
Waktu terus berlalu, sudah seminggu Jessie meninggalkan keluarganya. Bahkan jasadnya pun tak dapat di ketemukan. Hal ini membuat keluarga Jessie begitu terluka, ayah Jessie membangun makam khusus untuk anak perempuannya itu. Di batu nisan tersebut jelas tertulis nama Jessie Julliant.Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, semua orang telah merelakan kepergian Jessie. Ayah, ibu, baik saudara Jessie pun telah melakukan aktivitas seperti biasa. Hans juga mulai menata hidupnya kembali yang sempat runtuh karena kepergian sang istri. Namun, meninggalnya Jessie tentu menguntungkan bagi Hans, ia dapat berhubungan dengan Maria tanpa mengkhawatirkan apa pun."Rupanya, Hans sudah bisa merelakan Jessie," ucap salah seorang teman Hans yang kala itu sedang berkumpul di sebuah bar,"Live must go on bro, tidak mungkin aku tidak melanjutkan hidup ku, aku yakin Jessie juga tidak akan bahagia di sana melihat ku selalu terpuruk," jawab Hans sambil sesekali menenggak alkohol yang ada di hadapannya,"Be
Pernikahan Hans dan Maria pun berjalan dengan bahagia selama dua tahun, hingga pada akhirnya. Hans mengadakan acara perayaan untuk merayakan keberhasilan istrinya yang kini tengah menjalankan bisnis barunya di bidang desain busana. "Selamat untuk istri ku tercinta Maria, kau memang wanita hebat yang tidak memanfaatkan jabatan suami ha ha ha, sangat mandiri sekali," ucap Hans dalam pidatonya untuk acara sang istri,Maria tersipu malu dan memukul gemas pada Hans saat itu. Setelah acara penyambutan, pidato dan potong kue, mereka pun masuk ke acara berdansa. Semua pasangan berdansa bersama, tak terkecuali Hans dan Maria.Di tengah tengah ia berdansa, Hans melihat seseorang yang begitu familiar memasuki ruangan pesta. Wanita itu terlihat mencari seseorang dengan gesture nya yang menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.Hans pun terkejut dengan apa yang ada di hadapannya. Ia yakin perempuan tersebut adalah Jessie. Bukannya terharu dan bahagia, Hans malah terlihat ketakutan dan marah sa
Waktu terus berjalan, Hans menjalani aktivitas nya seperti biasa, karena kantor Maria berada di tempat yang agak jauh, mereka pun lebih sering mengobrol lewat pesan singkat.Hari itu berjalan seperti biasanya, Hans dan Maria pulang bersama. Dari kejauhan terlihat seseorang mengamati keduanya tanpa mereka sadari.Orang tersebut terlihat mengirim foto pada temannya, dengan pesan yang bertuliskan,"Mereka sudah menaiki mobil,"Tidak ada yang aneh selama perjalanan Hans dan Maria, hingga akhirnya mereka berhenti di lampu merah."Brakk!"Tiba tiba, sesuatu menabrak bemper belakang mobil Hans. Ia dan Maria pun sedikit terantuk lada bagian depan mobil. Hans yang terlihat emosi pun turun dari mobilnya berniat untuk menegur orang yang menabrak mobilnya."Nona! Hei! Turun lah!" teriak Hans dengan marah, sambil mengetuk kaca mobil orang itu,Perlahan kaca mobil pun turun, dan terlihat Natalie yang menyetir mobil tersebut."Ma-maafkan saya," ucap Natalie tergagap karena takut,"Oh? Natalie?" sapa
Setelah pertemuan dengan Natalie hari itu, Hans terus saja mengajak Natalie untuk bertemu kembali."Hah, apa karena wajahnya yang sangat mirip dengan Jessie ya? Atau karena memang tubuhnya aaarrgghhhh... Dia sexy sekali saat mengenakan dress mininya. Yahh.. Beda jauh dengan Jessie yang selalu mengenakan dress tertutup." Hans terus saja memikirkan Natalie, seolah ia lupa jika saat ini dia sudah memiliki istri.Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunan Hans. "Tok tok," "Ehemm.. Silahkan masuk!" Hans yang tadinya sedang melamun pun berubah mencari kesibukan seolah ia tengah membaca beberapa berkas yang ada di mejanya.Di balik pintu masuklah Natalie dengan dress merahnya dan tas kecil di tangannya."Maaf tuan Hans, aku sudah lancang qkemari tanpa memberi kabar pada mu," ucap Natalie malu,"Oh! Natalie, tidak apa apa, duduklah!" suruh Hans dengan wajah sumringah nya,"Emmm tuan Hans, bisakah kau temani aku ke satu acara? Disini aku memiliki sedikit kenalan, dan juga teman teman ku men
Pagi hari di kediaman tuan Mac. Terlihat Natalie tengah sarapan bersama sang ayah."Natalie, daripada tidak melakukan apa apa di kota ini, bagaimana kalau kau buka butik saja? Yaaahhh sekedar mencari kesibukan, kau tau kan sayang? Uang ayah tidak akan pernah habis walau sudah ku buang kesana kemari ha ha ha," ucap tuan Mac yang kala itu mengkhawatirkan putrinya yang terlihat tak memiliki kesibukan,"Ayah ada ada saja," jawab Natalie dengan senyuman manisnya, "tapi ide ayah juga tidak buruk, emmm bagaimana jika bekerja sama dengan perusahaan tekstil yang ayah bantu tahun lalu?" lanjut Natalie sambil tetap menikmati sarapannya,"Emmm, akan ayah pikirkan lagi, oh ya malam nanti akan di adakan pesta di kediaman keluarga Jandee, jangan lupa kau harus menemani ayah ya," ajak tuan Mac pada Putri semata wayangnya,"Tenang saja ayah, kemana pun ayah pergi aku akan menemani ayah," jawab Natalie,"Ha ha ha, nikmatilah sarapan mu nak," suruh tuan Mac dengan raut wajah bahagianya.Natalie pun hany
Hans pun memacu mobil Natalie dan mengantarnya ke mall terdekat untuk membeli stelan.Di tempat lain, terlihat Maria yang datang ke kantor Hans siang itu. Maria segera berjalan menuju ruangan suaminya, namun, ruangan itu pun kosong tanpa ada seorang pun di sana.Maria yang merasa bingung pun berjalan menuju ruang sekretaris suaminya, terlihat di sana sang sekretaris pun tak ada di tempatnya, sehingga Maria pun mengira jika suaminya tengah menghadiri pertemuan di ruang meeting.Maria yang makin penasaran akan keberadaan suaminya pun berjalan menuju ruang meeting dengan perasaan yang sedikit gelisah. Dan benar saja, kegelisahan Maria semakin bertambah ketika melihat ruang meeting yang kosong. Ketika hendak meninggalkan ruang meeting, Maria berpapasan dengan seorang karyawan yang dulunya adalah teman kantor Maria."Hei! Santha! Buru buru sekali? Mau kemana?" tanya Maria pada Santha,"Oh hai Maria, uppss apa aku harus memanggil mu nyonya juga? Ha ha ha," ejek Santha,"Ahh tidak perlu sep