Home / Romansa / Dekapan Hangat Sang Pewaris / Bab 25 - Di Bawah Sorot Kamera

Share

Bab 25 - Di Bawah Sorot Kamera

last update Huling Na-update: 2024-02-08 11:53:47
Mata Lucas terpaku pada sosok wanita yang mengayunkan langkahnya—masuk, melewati pintu mobil dan duduk disampingnya dengan wajah menunduk takut.

“Eleana?” tanya Lucas ragu.

“Maaf, apa kita terlambat? Aku sudah berusaha secepat mungkin,” sesal Davina.

Lucas mengangkat dagu yang terus tertunduk dalam. “Lumayan,” gumamnya puas.

“Hmm?” Davina terpaku pada wajah yang berkali lipat lebih tampan dari biasanya.

Lexus mewah itu mulai bergerak, mengabaikan penumpang—sepasang insan yang saling bertatapan. Berbagi pujian tanpa kata.

“Eleana,” ucap Lucas mengawali kalimatnya. “Pesta ini sangat penting bagi ku.”

“Bisakah kamu bekerja sama?” Lanjutnya seraya mengusapkan jemarinya lembut, menyusuri garis rahang dan pipi bulat yang menggemaskan.

“Kamu tak perlu mengulang hal yang sama Lucas. A-aku bukan bayi,” sanggah Davina terbata. Sentuhan Lucas membuatnya gugup, hingga nyaris tak bisa mengeluarkan suara. “Kamu tenang saja. Aku janji, hari ini akan menjadi gadis penurut.”

Lucas menarik tubuhnya sa
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 26 - Jebakan

    “Lucas …” Davina dan Sebastian kompak berpaling, menanggapi suara yang menyela diantara keduanya.Menyadari aura gelap disekitar Lucas, Davina segera beringsut—menjauh dari sisi Sebastian karena dia yakin suaminya tak suka melihatnya terlalu dekat dengan Sebastian.“Kau sangat pandai dalam berpura-pura serta membalikkan fakta,” tandas Lucas.Raut wajah Sebastian meredup sesaat sebelum kembali dihiasi senyum terpaksa. “Lucas, kamu tidak pernah berubah. Tak bisakah kamu mengubur masa lalu dan bersikap lebih ramah padaku,” keluhnya.Lucas mendengus sinis lalu beralih pada sang istri. “Apa yang kamu lakukan disini? Bukan’kah tadi mau ke toilet?”“Aku baru saja kembali dan bertemu Sebastian,” jelas Davina cepat. Ia tak ingin terkena imbas dari amarah Lucas.“Ayo.” Lucas menarik lengan Davina hingga tubuh kurus itu terperangkap dalam dekapannya. Tangannya melingkar posesif di pinggang ramping wanitanya. “Kita harus menyapa tamu.”Tak sekedar menjauhkan sang istri dari jangkauan Sebastian,

    Huling Na-update : 2024-02-08
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 27 - Amarah Sang Tiran

    “Apakah sulit?”Davina mengangkat pandangannya dari deret kudapan manis nan menggugah selera yang dihidangkan di atas meja panjang. Ia berbalik, menatap wanita disampingnya.“Maaf, aku terlalu fokus memilih pie. Apa anda mengatakan sesuatu, Nyonya Charles?” tanyanya. Davina canggung untuk menatap langsung wanita berparas anggun itu.“Santai saja, Eleana. Panggil nama ku saja,” ujar Megan.Davina menatap kagum wanita yang tengah tersenyum ramah padanya. “Megan …” ucapnya pelan. “Yah, itu terdengar lebih baik,” kekeh Megan senang.“Lalu, apa yang tadi anda tanyakan?” “Ah, aku hanya bertanya …” Megan menggantung kalimatnya demi meneliti ekspresi di wajah nyonya muda keluarga Dawson. “Apakah sulit menjadi istri Lucas?”Davina terdiam sesaat, mencerna maksud dari pertanyaan Megan. “Se-sedikit,” ungkapnya ragu. “Hanya sedikit?” Kekeh Megan. “Ku kira kau akan mengatakan, sangat sulit.”“Mengapa anda berpikir seperti itu?” Davina menautkan kedua alisnya, heran. “Tak ada orang yang tahan, b

    Huling Na-update : 2024-02-09
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 28 - Bertahan Terluka

    “Eh?!” Bola mata Davina melebar, panik. “Tidak,” sergahnya cepat seraya melepaskan diri dari dekapan Lucas.Wajah Davina merah padam sedangkan otaknya sibuk mengurai makna dari kalimat Lucas.Davina malu-malu melirik pria yang melingkarkan lengan di pinggangnya. “A-aku lelah. Kita pulang saja. Bisakah?”Lucas menggeram pelan untuk menyembunyikan tawa geli yang menggelitik sudut bibirnya. Telah dipastikan, wanita itu paham apa yang diinginkan oleh Lucas. “Kenapa kamu harus malu?” Lucas menyentuh pipi yang meruam merah layaknya udang rebus. “Bukankah kita pasangan.”“A-aku tahu. Tapi …” Davina menggigit bibir bawahnya dengan netra yang bergetar. Tiba-tiba suara beserta kilau dari lampu blitz, menyela keinginan Davina untuk mengungkapkan perasaannya. Ia bergeser, menyembunyikan tubuhnya di balik dada Lucas—menghindari sorot lensa kamera.“Lucas …” desah Davina risih.Lucas menarik tangan sang istri, menempelkan kartu ke panel lift. Begitu pintu terlipat, Lucas mengiring Eleana masuk b

    Huling Na-update : 2024-02-16
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 29 - Tumbang

    Davina menggeliat di atas ranjang, semenjak tiba di rumah perutnya terus bergejolak tak nyaman. Dada dan tenggorokannya terasa panas menyengat, disertai rasa asam yang bergerak naik turun—membuatnya mual.‘Pasti karena lapar, seharian aku belum sempat makan apapun selain sepotong pie,’ pikir Davina.Ia perlahan turun dari ranjang. Menyeret langkahnya tertatih seraya menekan bagian perut yang nyeri—menusuk hingga ulu hati.Dengan segala upaya, akhirnya Davina berhasil mencapai area dapur. Ia membuka lemari es untuk mencari sesuatu yang bisa dijejalkan ke dalam perutnya yang terus merengek.“Apa yang kamu cari?” Jantung Davina nyaris melompat keluar begitu mendengar suara yang tiba-tiba terdengar dari sudut ruangan.Lampu di ruang makan yang terhubung langsung dengan area dapur bersih, tiba-tiba menyala—menerangi setiap sudut ruangan.“Lucas, kamu belum tidur?” Davina meringis pelan saat perutnya kembali berdenyut nyeri. “Apa kamu masih bekerja?”“Apa yang terjadi?” Lucas segera mengh

    Huling Na-update : 2024-02-16
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 30 - Kehilangan

    “Nyonya Eleana menderita Gastritis,” jelas dokter pribadi keluarga Dawson. Pria paruh baya itu menepuk pelan pundak Lucas. “Istri anda membutuhkan istirahat dan perhatian khusus, terutama masalah pada pola makan dan tidur yang teratur.”Lucas mengangguk paham. Ia melirik wajah yang terlelap setelah menerima injeksi obat penenang.“Dan satu hal lagi, Tuan Lucas. Sebaiknya anda menjaga kestabilan emosi Nyonya Eleana, karena stres berlebih bisa membuat kondisi beliau semakin memburuk,” pesan sang dokter.“Baiklah.” Sambut Lucas seraya bergumam samar. “Aku paham.”“Kalau begitu, saya pamit.”“Herman, antarkan dokter.” Lucas menjentikkan jarinya, memberi sinyal pada Herman untuk menggiringi sang dokter keluar dari kamarnya.“Mari, dokter.” Herman mengangguk patuh seraya dengan sopan mengajak sang dokter untuk ikut bersamanya.Setelah suasana lengang, Lucas kembali menatap pemilik wajah yang sesekali terlihat mengerutkan keningnya. ‘Hhh … kali ini aku terlalu berlebihan,’ sesalnya.Lucas

    Huling Na-update : 2024-02-20
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 31 - Tamparan

    “Kak.” Davina enggan untuk menghentikan langkahnya keluar dari kediaman keluarga Carter, meski sayup-sayup ia bisa mendengar suara langkah kaki Eleana—setengah berlari, menyusulnya.“Davina, tunggu.”Niat Davina untuk segera enyah dari rumah ini harus terhenti karena Eleana berhasil menghadangnya.“Apa lagi yang kamu inginkan?”Eleana mengembangkan senyum manis di bibirnya. “Aku hanya ingin menawarkan bantuan.”“Bantuan?” Selidik Davina.“Ya.” Eleana menganggukkan kepalanya, masih dengan senyum yang kini tampak lebih jelas. “Apa?” Davina memicingkan matanya, curiga. “Hmm, aku bisa membujuk Ayah dan Ibu untuk menebus rumah itu asalkan kamu mau mengenalkan ku pada Lucas. Aku ingin perlahan mengenalnya.”Kalimat yang keluar dari bibir tipis dengan sapuan lipstik berwarna cerah itu seketika membuat Davina mengerang kesal.“Kamu gila? Tidak,” tegas Davina tanpa sedikitpun keraguan.“Kenapa? Ingat Davina! Kamu hanya seorang—”“Aku tahu,” potong Davina. “Aku ini hanya seorang pengganti ta

    Huling Na-update : 2024-02-21
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 32 - Putus Asa

    Davina duduk di lantai, bersandar pada pinggiran ranjang seraya menyandarkan tekuknya di bagian yang terasa empuk. Matanya melayang jauh, seakan menembus langit-langit kamar. Ingin rasanya, ia terbang jauh. Meninggalkan semua beban yang selama ini bergelayut di pundaknya.“Apa yang harus aku lakukan?” Gumamnya resah. “Harus’kah aku merelakan rumah itu?”Asumsi demi asumsi terus berputar dalam benaknya. Mencari kesimpulan terbaik bagi masalah yang tengah dihadapannya. Sederet alasan berarah menuju jalan buntu dan berakhir pada kata pasrah dan menyerah. Namun, ego di hati Davina berkeras—tak ingin menyerah. Davina telah berjuang lama untuk mendapatkan satu-satunya barang peninggalan sang ibu. Rumah dimana keluarganya berlindung dari panas dan hujan. Tempat dimana keduanya mengubur kenyataan bahwa mereka merupakan bagian dari Carter.Davina menenggelamkan wajahnya di balik lipatan tangan. “Ibu, apa yang harus ku lakukan? Aku tidak ingin kehilangan rumah kita,” lirihnya.Ia terdiam sej

    Huling Na-update : 2024-02-22
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 33 - Tragedi Naas

    “Hai, cewek.”Davina mengambil langkah mundur begitu dua pria muncul, menghadang langkahnya.“Kenapa sendirian, Sayang?” Davina menepis tangan yang berusaha menjamah tubuhnya. “Menjauh dari ku!” pekiknya ketakutan. “Si-siapa kalian?” Kedua pria itu tertawa kompak. Suaranya melengking, mengusik gendang telinga hingga terdengar menyebalkan.“Dia cantik, gimana kalau kita bersenang-senang dulu?” Pria dengan luka codet di pipi kanan, mengirimkan sinyal pada rekannya. Matanya jelalatan, menyusuri tubuh ramping Davina.“Jangan buang-buang waktu!” Tepis pria berkepala plontos. “Lepaskan cincin itu.” Pria itu menunjuk cincin di jari Davina dengan sorot penuh minat.“Tidak,” sergah Davina tegas meski dengan suara bergetar, seraya menyembunyikan tangannya di balik punggung.“Cepat.” Teriak pria lainnya yang mengeluarkan sebilah pisau lipat dari balik sakunya dan menodongkannya ke arah wanita malang itu. “Berikan!”“Tidak, tolong!” Teriak Davina seraya melemparkan pandangannya ke segala arah,

    Huling Na-update : 2024-02-23

Pinakabagong kabanata

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 42 - Posesif Berlebih

    Tubuh Davina terdorong ke belakang hingga merapat ke tembok saat Lucas berbalik dan mengurungnya dengan kedua tangan yang terentang. Pria itu mengerang kasar seolah tengah melepaskan amarah yang tertahan.“Kenapa? Kamu masih ingin tinggal disana dan menarik perhatian Sebastian?” Desis Lucas marah. "Begitu inginnya kamu bersama pria itu?"“A-apa? Aku tidak—” Davina tergagap, ia kaget akan tuduhan dan kemarahan yang ditunjukkan Lucas hanya karena sepupunya datang untuk menyapa. “Aku tidak berniat untuk bertemu dengan Sebastian. Bahkan aku belum sempat menyapanya," elaknya tak terima."Jangan pernah berpikir untuk melakukannya!" tegas Lucas.Davina bergidik ngeri kala suara itu mengecamnya dan melempar sorot mata tajam. "Mulai sekarang, aku tak akan bicara bahkan bertemu Sebastian tanpa izin mu," janjinya demi menenangkan macan yang tengah mengamuk.Lucas melengos malas, tak percaya akan janji yang diucapkan oleh istrinya. "Lalu, kenapa kamu tampak kecewa karena meninggalkan pesta itu le

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 41 - Kehadiran Yang Tak Disangka

    “Apa yang kalian bicarakan?” Buru Baron begitu melihat dua wanita itu masuk ke dalam ruangan.Megan menggelengkan kepalanya, mencegah Baron untuk banyak bertanya. “Apa semua persiapannya sudah selesai?”“Ya,” sahut Baron. Pandangannya menajam, meminta penjelasan tak terucap dari kedua wanita yang sebelumnya tampak bersitegang. “Semua sudah selesai.”“Terima kasih, Baron.” Megan berpaling pada wanita disampingnya. “Sampai nanti, Eleana,” pamitnya.Davina menatap punggung yang perlahan meninggalkannya. Meski untuk saat ini, Megan bersedia untuk menjaga rahasianya tapi itu bukanlah jaminan kuat karena pada suatu hari, rahasia ini akan terbongkar juga, cepat ataupun lambat.“Kenapa Megan memanggilmu dengan nama Eleana?” tanya Baron.Davina mengulas senyum tipis. “Dia hanya salah mengenaliku sebagai Eleana,” ucapnya sembari mengutuk diri karena kembali harus merangkai kebohongan.“Hmm,” gumam Baron samar. Ia tak lagi memburu Davina dengan pertanyaan karena ia yakin, wanita itu tak akan men

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 40 - Kebohongan Yang Terungkap

    “Apa kamu menyembunyikan sesuatu dari kami, Eleana?”“A-aku …” Davina terbata seraya menundukkan pandangannya dalam-dalam. Ia terlalu takut untuk membalas sorot mata tajam yang diarahkan padanya. “A-ada hal yang tak bisa ku ceritakan padamu.”Megan melemparkan tubuhnya ke atas sofa lalu menghela napas panjang. “Baron adalah sahabat sekaligus saudara bagiku. Hubungan kami sangat dekat hingga tak ada satupun rahasia diantara kami.”“Aku sering mendengarnya memuji salah satu karyawan terbaik yang bernama Davina tapi, aku tidak menyangka bila wanita yang dimaksud Baron adalah kamu, Eleana,” lanjut Megan. Mengurai kisah sekaligus mengkonfirmasi kecurigaan yang terlintas di benaknya. “Jadi, siapa kamu sebenarnya? Davina atau’kah Eleana?”Davina mendapati adanya tuntutan dari balik kalimat panjang yang diutarakan Megan. Membuatnya seketika tak bisa berkutik. “A-aku …”“Jangan coba berbohong lagi, Eleana!” Sergah Megan tegas. Raut wajahnya mengeras saat menekan emosi yang bergejolak dalam ba

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 39 - Pertemuan Tak Terduga

    “Ke mana kita akan membawanya?” Tanya Davina setelah berhasil mengeluarkan puluhan paperbag dari bagasi mobil.“Tinggalkan saja disana, Davina. Aku akan membawanya masuk,” sahut Allan, teman dekat pemilik cafe.“Tidak perlu sungkan, Allan,” kekeh Davina. “Asal kau tahu, aku disini untuk bekerja,” ujarnya seraya memainkan alisnya untuk membuat mimik wajah lucu yang mengundang tawa.Allan terkikik geli. “Kau dan bos mu itu sama saja, keras kepala,” ejeknya.“Siapa yang sedang mengejekku?” sindir Baron yang datang membawa dua pria muda. “Bawa masuk dan susun di meja.” Perintahnya yang disambut anggukan kompak oleh dua pemuda.“Kalian berdua, mulailah bekerja. Apa kalian akan bercanda sepanjang hari?” Baron beralih pada Davina dan Allan yang terpaku di depan tumpukan paperbag.Allan memasang wajah cengengesan sedangkan Davina bergegas untuk mengangkut jumlah paperbag yang mampu ia bawa.“Ayolah, Baron. Jangan bersikap terlalu keras pada Davina,” keluh Allan. Ia harus memperingatkan sang pe

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 38 - Hidup Penuh Semangat

    “Hai.”Davina melambaikan tangannya dengan ceria kala memasuki pintu cafe. Ia menyapa beberapa karyawan yang tengah membersihkan meja-meja sebelum waktunya membuka cafe.“Hei, Davina!” Teriakan dari ujung ruangan membuat Davina segera memupuskan senyum di bibirnya dan berganti dengan raut tegang. “Bos,” ucapnya sambil tersenyum canggung. “Apa kabar?”Kain lap melayang ke wajah Davina diiringi dengan gerutuan sang pemilik cafe.“Dari mana saja kamu, bocah nakal!”“Maafkan aku, Bos.” Davina berlari kecil, menghampiri sang bos yang telah menjadi malaikat penolong baginya selama dua tahun terakhir. “Aku tidak enak badan selama beberapa hari ini.”“Apa? Kamu sakit?” Buru Baron cemas. Ia mengelus pelan pipi Davina. “Ah, masih hangat.”“Sudah lebih baik, Bos,” elak Davina. Ia tidak ingin pria baik hati itu cemas akan kondisinya. Ini pula alasan Davina tidak ingin mengirimkan kabar perihal sakitnya.“Kamu yakin? Mengapa tidak mengabariku? Kamu bisa saja mengambil cuti hingga kondisimu benar-b

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 37 - Tak Ingin Terkalahkan

    Davina memandang dua ruas jarinya yang tampak berkilauan. Entah sejak kapan, dua benda indah ini melingkari jemarinya. Pagi ini, begitu membuka matanya, Davina dikejutkan oleh dua cincin yang menghiasi jarinya. Salah satunya merupakan cincin pernikahan. ‘Apa Lucas yang memasangkannya?’ pikir Davina ragu.Dua cincin itu membuat Davina merasa spesial, ia merasa dihargai meski hanya sebagai istri pajangan di rumah ini.“Nyonya, apa anda sudah selesai dengan mangkuk itu?” Usik Herman bernada sindiran.Sejak sepuluh menit yang lalu, kepala pelayan itu telah menunggu dengan sabar di sudut ruangan. Memperhatikan gerak-gerik nyonya muda yang terus saja memandangi jemarinya tanpa berniat menyentuh bubir di dalam mangkuk.Davina berdehem pelan untuk menutupi rasa bersalahnya. “Maafkan aku, Herman. Tapi bisakah aku menyudahinya?”“Kenapa? Apa tidak sesuai dengan selera anda?” Herman menunggu jawaban dengan mimik wajah serius. “Tidak … tidak,” elak Davina. Raut wajahnya keruh, menjadi serba sal

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 36 - Mendekat

    “Bos, saya mendapat informasi kalau rumah yang ditempati Nyonya Davina dan ibunya di sita oleh bank,” lapor Gio.Lucas menutup dengan keras map laporan yang tengah ia baca. “Di sita?” Ulangnya ragu.“Seminggu yang lalu, bank mengirimkan surat peringatan terakhir. Namun, dari pihak Carter tidak menunjukkan tanggapan sehingga bank memutuskan untuk menyita rumah itu, tepat dua hari yang lalu.”“Jadi itu alasannya ke rumah gadai?” Tebak Lucas yakin. “Dari penelusuran saya, sejak dulu Tuan Carter mengabaikan Nyonya Davina dan ibunya. Keduanya sengaja diasingkan dari rumah utama keluarga Carter.” Gio mengambil napas panjang untuk meneruskan kalimatnya.“Bahkan Tuan Carter tidak pernah mengakui nyonya Davina sebagai darah dagingnya,” lanjut Gio. Dari balik intonasi suaranya, terdengar nada kasihan atas nasib hidup seorang Davina.Pancaran dibalik sorot mata Lucas mengeras. “Ambil alih rumah itu dan bawakan aku semua data aset beserta hutang Carter.” Ia menarik senyum miring di sudut bibirny

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 35 - Waktunya Untuk Menyerah

    “A-aku …” Davina menunduk dalam. “Maafkan aku, Lucas,” sesalnya.Lucas tak bergeming. Ia sudah cukup muak mendengar kata yang sama keluar dari bibir wanita yang dibalut oleh banyak kebohongan.Davina memutar cincin di jarinya demi menutupi kegugupan yang ia rasakan. Ia merapatkan tubuhnya demi mengusir dingin yang menyerang. Tiba-tiba suhu ruangan perlahan menurun, menjadi semakin dingin hingga membuat tubuhnya bergetar.“Apa kamu butuh uang?”Tebakan Lucas membuat Davina terbelalak lalu perlahan menunduk lesu. “Hhh …” Suara desahan Lucas terdengar berat dan dalam. Pria itu meraih dagu Davina dan mengangkat paksa hingga pandangan keduanya saling bertemu.“Terlepas dari apapun alasan pernikahan ini tapi, di mata negara aku sah sebagai suamimu,” tuturnya tegas. “Apapun yang kamu butuhkan ataupun masalah yang sedang kamu hadapi, kamu bisa mengatakannya padaku karena itu semua menjadi tanggung jawabku sebagai seorang suami.”Kelopak mata Davina bergetar, menatap haru wajah tampan itu. M

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 34 - Kemarahan Sang Pewaris

    Lucas menggerakkan tangan kanannya untuk menyeka bulir keringat yang mengembun di kening istrinya, sedangkan tangan kirinya tak lepas dari genggaman pemilik wajah pucat yang terlelap lelah.“Apa yang sebenarnya kamu lakukan disana?” Lucas menatap cemas.Benaknya terus mempertanyakan hal yang sama, menuntut sebuah jawaban yang bisa memuaskan rasa penasaran berbalut kecemasan.Ia mengusap lembut pipi yang bersemu kemerahan dengan mata sembab akibat menangis sepanjang hari.“Tuan.”Lucas menjauhkan tangannya dari wajah Davina, menegakkan punggung lalu berpaling untuk menanggapi panggilan Herman.“Ada apa?”“Tuan Gio datang bersama beberapa orang lainnya. Mereka menunggu anda di taman belakang,” urai Herman bernada gelisah.“Aku tahu,” balas Lucas seraya melambaikan tangannya acuh untuk mengusir pria tua itu dari hadapannya.Herman menunduk hormat dan segera keluar. Ia cukup paham tabiat sang pemilik rumah. Raut wajahnya yang suram, menunjukkan suasana hatinya yang kelam serta emosi yang

DMCA.com Protection Status