“Tuan Arshaka, pihak rumah sakit memberikan kabar terkait kondisi Alana,” ucap Alex ketika sudah berada di depan meja kerja Arshaka.Arshaka yang tengah membaca laporan melalui laptopnya seketika menoleh pada Alex. Seakan tak mempercayai pendengarannya hingga ia terpaku sejenak.“Katakan sekali lagi, apa yang kau katakan barusan.” Ujar Arshaka membuat Alex menghela nafas lelah. Bagaimana tidak, Arshaka hanya pergi ke perusahaan untuk bekerja, selanjutnya pulang ke rumah sakit dan bermalam di sana untuk menemani Alana.Hidupnya sekarang seputar kantor dan Rumah Sakit sehingga dirinya hampir tak terurus. Kalau bukan Alex yang mengingatkannya untuk makan, maka Arshaka tidak akan beranjak barang sedetikpun dari kursi kebesarannya hingga menjelang sore hari.Apalagi sejak perang antar kekuasaan yang dimenangkan oleh pihak Arshaka membuat pekerjaannya jauh lebih banyak dan menyita waktu. Ditambah banyaknya investor lokal maupun asing bekerja sama dengannya sejak ia menjadi penguasa terkuat
“Kenapa diam? Benar kau lebih mementingkan pekerjaanmu itu ya dari pada aku?” cecar Alana dengan wajah sendu.Arshaka membuka lalu menutup mulutnya berulang kalai, seakan ada yang ingin ia ungkapkan namun ia urungkan karena banyaknya pertimbangan. Akhirnya yang bisa Arshaka lakukan hanyalah menghela nafas pasrah.“Kau tahu bukan itu alasanku, Sayang. Tentu saja aku lebih menginginkan dirimu dari pada semua harta yang kumiliki. Akan tetapi, tidak mudah bagiku meninggalkan semua itu. Ada banyak tanggung jawab yang aku emban, kota ini akan menjadi kacau balau jika aku tiba-tiba berhenti tanpa ada yang memegang seluruh kendali,” ucap Arshaka.“Saat ini aku adalah penguasa tertinggi seantero kota, jadi ... aku mohon, Sayang, beri aku waktu untuk mempertimbangkannya juga waktu untuk mencari penggantiku,” lanjut Arshaka lagi.Alana merajuk seraya mengerucutkan bibirnya. “Baiklah, tapi kau harus menepati janjimu untuk berhenti dari pekerjaan itu dan hanya mengurus bisnis legal saja!”Arshaka
“SHAKA, TUAN BESAR SEKARAT!!!” Alex tiba-tiba membuka pintu sambil berteriak padanya dengan suara panik yang membuat Alana dan Arshaka terperanjat kaget.Arshaka terdiam sejenak seakan berpikir keras. “Alana, tetaplah di sini, aku akan pergi melihatnya!” ucap Arshaka.“Biarkan aku ikut denganmu.”Arshaka menggeleng. “Kau baru siuman dan kondisimu belum stabil, tunggulah di sini sampai mama dan papa Reyhan datang.”Alana mengangguk. “Pergilah, Shaka. Ingat janjimu padaku,” ucap Alana.Arshaka tidak menanggapi dan hanya menatap Alana sebentar dan berlalu pergi dengan Alex.Setibanya di ruang yang memang dikhususkan untuk Daniel, Arshaka dan Alex melihat dari balik kaca tim Dokter dan perawat berusaha dengan keras mengembalikan detak jantung Daniel dengan alat Defibrilator atau alat kejut jantung yang mengirimkan kejutan listrik ke jantung agar jantung bisa berfungsi kembali.Namun sepertinya nihil, layar monitor menampilkan sebuah garis lurus dengan bunyi nyaring yang menandakan seseora
“Tunggulah di ruang kerja, aku akan mengantar Alana ke kamar agar ia bisa beristirahat,” ucap Arshaka pada Alex.Alex mengangguk lalu berkata, “Baiklah, aku akan menunggu di sana,” jawab Alex kemudian melangkah menuju ruang kerja yang dulu milik mendiang Daniel.“Apakah kau takut jika aku tinggalkan kau sendiri nanti di kamar, Alana?” Tanya Arshaka agak khawatir, jangankan menginap, menginjakkan kaki di kamar saja tidak pernah.Alana menggeleng lantas tersenyum. “Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Jangan khawatir,” ucap Alana.“Tidak, aku tidak tenang. Kalau begitu nanti aku akan mengutus seorang pelayan agar menemanimu sampai aku kembali.”“Terserah padamu,” ucap Alana sembari menaiki anak tangga satu persatu.Setelah tiba, Alana melihat-lihat kamar yang dulunya ditempati Arshaka. Sangat luas dengan nuansa serba hitam, hingga rasanya Alana ingin mengeluh tentang selera Arshaka.Arshaka melihat perubahan mimik Alana yang terlihat sedikit mengerutkan kening. Ia sangat tahu selera Alana
"Kau sudah bangun? Selamat pagi,” ucap Alana dengan suara serak ciri khas orang bangun tidur."Emm, aku bangun sejak tadi,” ucap Arshaka, tubuhnya berbaring miring. Dengan kepalanya ditopang dengan telapak tangan seraya menatap Alana.Alana tersenyum. “Kenapa kau memandangku seperti itu? Aku ‘kan jadi malu,” ucap Alana seraya membenarkan letak selimut yang menutupi tubuhnya yang sedikit melorot.“Ini bukan kali pertama aku melihat tubuhmu, Alana. Lantas, apa yang membuatmu merasa malu? Bukankah aku adalah suamimu, hem?” tanya Arshaka lembut.“Tapi tetap saja aku masih merasa malu,” elak Alana.“Kemarilah,” pinta Arshaka lirih seraya merentangkan tangannya dengan maksud agar Alana masuk ke dalam pelukannya.Tentu saja, dengan senang hati Alana melakukannya. Ia kemudian masuk dalam pelukan Arshaka yang memeluknya dengan erat.“Ah, andai saja kita bisa selamanya begini, hidup tanpa beban dan ancaman,” celutuk Alana.Arshaka mengecup kepala Alana pelan. “Bersabarlah, Sayang. Aku juga meng
“Aku punya cara, tapi entah apa kau setuju atau tidak?!” ujar Alex.“Apa? Cepat katakan!” desak Arshaka.“Kita gunakan Bian untuk memancing Barma keluar!” usul Alex dengan senyum misteriusnya yang membuat Arshaka dan Jacob saling pandang“Maksudmu?” Arshaka bertanya dengan kening berkerut.“Maaf kalau ideku nantinya menyinggungmu, Shaka. Tapi ini hanyalah sekedar usulan dariku, jika kau tak setuju ya tidak apa-apa,” ucap Alex menatap Arshaka dalam.“Jadi begini, bukankah Bian masih dalam proses operasi plastik? Bagaimana kalau kita rubah wajahnya seperti tante Azalea? Meskipun tidak bisa mirip seratus persen setidaknya, jika memang benar orang itu mencintai Tante Azalea kita bisa memanfaatkan Bian yang sudah bertransformasi untuk memancingnya. Bagaimana?” lanjut Alex.Brakk!!Arshaka bangkut dan menggebrak meja, matanya tampak berkilat marah. “Bisa-bisanya kau mempunyai pikiran seperti itu?! Bagaimana bisa aku menyetujui usulmu jika yang harus menjadi tameng adalah wajah dari mamaku!”
“ALANA!!! ALANA!!!” teriak Arshaka memanggil istrinya itu dengan wajah cemas, setelah berkendara dengan kecepatan tinggi lalu setelah sampai Arshaka bergegas turun dan dengan setengah berlari ia mencari Alana dengan nafas terengah-engah.“Ada apa? Kenapa kau berteriak begitu nyaring?” tanya dengan yang keluar dari arah pintu dapur.“Oh syukurlah!” ucap Arshaka langsung berlari berhamburan memeluk Alana.Alana heran dengan sikap Arshaka, suaminya itu baru datang dan berteriak seperti dikejar hantu saja.“Kau kenapa? Sikapmu ini benar-benar aneh!” Alana mengurai pelukan Arshaka lantas memandang wajahnya dengan tatapan menyelidik.“Tidak apa-apa, Sayang. Kau tahu, baru beberapa jam kita berpisah aku sudah sangat merindukanmu,” kilahnya membuat Alana memicing ke arahnya.“kau tahu benar kalau aku bukan orang yang gampang dikibuli, katakan padaku yang sebenarnya, Shaka.”Arshaka menghela nafas pasrah, tentu saja ia tahu hal itu dan kalau ia tak berkata jujur Alana akan terus mendesak.“Mar
“Kau sengaja melakukannya bukan?” tuduh Alex.Wanita itu tersenyum puas seakan mengejek. “Tentu saja, itu hanya sedikit pembalasan dariku karena membuatku menjadi seperti ini!” ucapnya setelah berhasil membuat Alana salah paham sekarang ia dengan bangga dengan tindakannya itu.Awalnya ia tak mempunyai rencana apapun untuk membalas sikap arogan Arshaka sampai siluet seorang wanita terpampang di dinding yang dilapisi kaca buram, ia hanya ingin mempermalukan Arshaka meskipun tidak tahu siapa sosok tersebut. Siapa sangka justru jebakannya malah mengenai target yang sangat tak terduga.“Apa kau kira hubungan mereka akan berakhir menyedihkan hanya karena kesalahpahaman kecil seperti ini?” sergah Alex.“Seharusnya kau lebih memikirkan tindakanmu ke depannya agar kau tak berakhir dengan menjadi pemuas nafsu para hidung belang. Kau tahu, hidup seperti itu adalah hal yang sangat hina dan menjijikkan!” imbuhnya.Wanita itu mengetatkan bibirnya, ekspresi marah tercetak jelas hingga membuat wajahn