Seakan tak percaya dengan penglihatannya, Bian melangkah perlahan, berjalan dengan hati-hati melawati setiap tas dan kardus yang terisi berbagai macam barang yang disediakan oleh Arshaka. Bian mulai memeriksa satu persatu dengan saksama, kebutuhan mereka dari perlengkapan mandi, skincare, baju, dress hingga dalaman begitu lengkap seakan satu toko diboyong semua. Bian menggeleng tak percaya, entah bagaimana caranya Arshaka bisa menyiapkan hal itu semua dalam waktu singkat. Bian menatap Alex seakan ingin penjelasan, akan tetapi ia hanya mengedikkan bahu seakan memberi tahu bahwa ia juga tak tahu menahu tentang itu semua. Bian melihat sekeling, masih ada beberapa tas tang belum dibuka, hingga sebuah koper besar membuatnya begitu penasaran. Ia pun menghampiri koper itu dan langsung membukanya. Terdapat note yang bertuliskan ‘selamat bersenang-senang’ di atasnya. Setelah membaca catatan itu, dengan rasa penasaran Bian mengambil sebuah kain berenda yang ia pun tak pernah menaruh curi
“Bie, jangan! Jangan lakukan itu!” teriak Alex keras yang membuat Bian langsung menoleh ke arahnya.“Alex ... “ gumam Bian menatap Alex yang tengah berlari ke arahnya seraya bertelanjang dada.Dengan secepat kilat disertai nafas yang memburu Alex berlari, ketakutannya semakin menjadi ketika ia melihat Bian berada tepat di sisi jurang.“Bie, tolong jangan lakukan, aku mohon!” Pinta Alex sekali lagi ketika dirinya berjarak hanya beberapa jengkal dari Bian.Bian menyunggingkan senyum penuh arti yang membuat Alex tambah ketar-ketir.“Jika aku loncat ke bawah apa kau mau memaafkanku?” Bian bertanya masih dengan senyum masgul.Alex menggeleng lemah. “Apa cintaku tak mampu membuatmu berkeinginan untuk hidup? Apakah cintaku sangat tak layak hingga kau mau meninggalkan aku? Meninggalkan dunia?” tanya Alex frustasi dengan mata yang memerah menahan air mata.“Aku tahu, penderitaan yang kau alami sangatlah berat. Tapi, bisakah kau memberikanku kesempatan untuk mengobati luka itu?”“Alex, kau tahu
"Jangan pernah berharap aku akan melayanimu, baik di ranjang maupun kebutuhanmu yang lain. Aku tidak sudi, dasar pembunuh!" Desis Alana, sesampainya mereka di kamar hotel yang khusus dipersiapkan untuk pasangan suami istri memadu kasih, merengguk manisnya surga dunia malam pertama.Alana yang mempunyai wajah cantik dengan lesung pipi kanan, ditopang tubuh tinggi semampai serta kulit putih mulus. Kesempurnaan fisiknya mungkin tak sebaik nasib hidupnya di dunia ini.Lebih-lebih, ketika tubuhnya ditukar dengan harta. Dirinya lebih pantas disebut gadis yang dijual demi kekayaan dari pada seorang istri yang sah.Seharusnya malam ini Alana menjadi pengantin wanita paling berbahagia, menikah dengan kekasih pilihannya yang sudah dipacarinya sekian tahun. Tapi, semua mimpi itu hancur, musnah setelah calon pengantin prianya dibunuh oleh sahabatnya sendiri.Arshaka, lelaki yang telah mengucapkan ikrar pernikahan satu jam yang lalu, juga penyebab terbunuhnya calon suami Alana seminggu sebelum mer
"Selamat datang, Nyonya Muda," sapa Monic ketika mereka sudah sampai di mansion pribadi Arshaka.Alana bernafas lega. merasa beruntung, setidaknya Arshaka punya tempat sendiri. Tadinya Alana sempat berfikir kalau Arshaka akan mengajak dirinya untuk tinggal bersama keluarganya.Entah kenapa, Namun, Alana pun tidak memungkiri kalau ia tidak menyukai mama dan adik tiri Arshaka yang terkesan licik. Padahal, ini adalah kali pertama mereka bertemu dan kesan yang di dapatinya malah kemunafikan. Setidaknya, kekuatiran Alana akan mengalami penindasan oleh Mertua seperti yang ia pikirkan tidak terjadi.Alana hanya menanggapi sapaan monic dengan anggukan. Lagipula, Alana hanya bisa pasrah, juga tidak berharap diperlakukan dengan baik dan istimewa oleh Arshaka. Asal ia tidak menyentuhku dan memperlakukanku secara kasar, itu sudah cukup."Mari aku antar ke dalam kamar, Nyonya." ajak Monic, sedangkan Arshaka hanya meliriknya sekilas tanpa berbicara sepatah katapun, ia lantas melenggang masuk tanpa
Arshaka terkejut dengan sura benda terjatuh lantas bangkit untuk memeriksanya. melihat pintu yang sedkit terbuka membuat Arshaka menjadi curiga. seingatnya, ia telah menutup pintu itu dengan rapat.Arshaka memeriksa dan melihat sekeliling, namun nihil, ia tak menemukan siapapun.Arshaka masuk ke dalam kembali kemudian berpamitan pada mertuanya. Ia ada meeting dengan klien dan menitipkan Alana padanya.Alana yang melihat Arshaka pergi, akhirnya bisa bernafas dengan lega. meskipun dibenaknya muncul berbagai pertanyaan, ia akhirnya memutuskan untuk mencari tahu sendiri.sementara itu, Arshaka yang telah tiba di perusahaan miliknya selalu menjadi pusat perhatian setiap karyawan. Bagaimana tidak, Arshaka, Ceo pemilik Arshaka group. Berparas tampan dengan tinggi 180 cm dengan netra berwarna almond, rahangnya yang tegas dengan alis tebal serta bibirnya yang tipis ditunjang dengan tubuh sixpacknya membuatnya begitu sempurna bak dewa yunani.Sifatnya yang dingin, ambisius dan kejam membuat law
Bab 4"Tuan Besar, Tuan Muda Arshaka datang berkunjung!" lapor Enrique membuat Daniel yang sedang membaca laporan perusahaan di ruang kerjanya langsung menengadahkan wajahnya tak percaya."Benarkah? Apa itu benar?" Binar di wajahnya begitu kentara sekali, sungguh baginya itu adalah sebuah kebahagiaan yang tak mampu ia ungkapkan.Setelah lebih dari sepuluh tahun anak kandungnya pergi dengan penuh kebencian. Lantas mengibarkan bendera peperangan padanya.Daniel berpikir, kelakuan Arshaka layaknya kenakalan remaja, semua itu hanya sebagai bentuk protes akan kematian ibunya juga karena kekecewaan pada dirinya karena menikah lagi.Arshaka akan kembali karena ia pasti tidak akan bisa menghidupi dirinya sendiri, anak remaja tanpa uang dan fasilitas dari orang tua bisa apa?Nyatanya, ia menyesali semuanya. Ia begitu menyesali akan komunikasi buruk pada anak semata wayangnya itu, bahkan tidak berusaha mencari tahu keberadaannya.Sedangkan waktu anaknya datang ke mansionnya untuk pertama kalin
Bab 5"Sialan, brengsek! Aku tidak akan pernah memaafkan kalian, tidak akan pernah!" Raung Arshaka putus asa.Ia tidak pernah menyangka, keputusannya untuk bertemu papanya membuat luka hatinya kembali menganga. Apalagi, setelah mendengar semua harta yang dinikmati wanita ular itu adalah milik mama kandungnya.Arshaka kira, dirinya sudah kuat. Hatinya sudah sekeras batu dan tak mungkin goyah apalagi tersakiti. Tapi siapa sangka, justru bertatapan langsung dengan mereka malah membuat luka hatinya kembali menganga. Apalagi, setelah mendengar isi wasiat mendiang mamanya tadi membuat kebenciannya semakin berlipat ganda.Arshaka memukul setir mobilnya dengan beringas, ia melampiaskan amarah dan sesak di dadanya dengan menjerit sekuat tenaga. Sengaja ia memilih menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, agar tidak ada seorang pun yang tahu bahwa seorang Arshaka sedang menangis, meratapi hidupnya yang malang.Sudah cukup lama ia menenangkan diri, sendirian dan kesepian sudah menjadi ba
Alana pov“Oh ya? Kalau begitu, anggap saja kau beruntung, karena aku sudah mau mencicipi perempuan kurus dan tak menarik sepertimu!" “Tidak! Shaka, jangan lakukan itu! Aku mohon, jangan!” Aku menjerit dan meronta sekuat tenaga agar Arshaka menghentikan niatnya. Namun, bukannya berhenti malah membuat Arshaka bertambah bersemangat.“Sebaiknya kau diam dan menikmatinya, Alana. karena ini adalah hukuman bagi pembangkang sepertimu!” ucap Arshaka, seringainya membuatku semakin takut manakala tangannya juga ikut bergerilya dari atas sampai bawah tubuhku.“Shaka, aku mohon. Aku mohon lepaskan aku, aku mau melakukan apa saja asal kau mau melepaskanku,” harapku dengan mengiba.Arshaka tertawa sumbang. “Percuma kau memohon, Alana. Karena, semua itu sudah terlambat,” ucapnya dengan pongah.Aku menggeleng keras. Antara frustasi dan putus asa, apakah aku akan kehilangan kesucianku dengan cara seperti ini?Dengan beringas Arshaka membuka pakaianku, aku berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari cen