"Kau sudah bangun? Selamat pagi,” ucap Alana dengan suara serak ciri khas orang bangun tidur."Emm, aku bangun sejak tadi,” ucap Arshaka, tubuhnya berbaring miring. Dengan kepalanya ditopang dengan telapak tangan seraya menatap Alana.Alana tersenyum. “Kenapa kau memandangku seperti itu? Aku ‘kan jadi malu,” ucap Alana seraya membenarkan letak selimut yang menutupi tubuhnya yang sedikit melorot.“Ini bukan kali pertama aku melihat tubuhmu, Alana. Lantas, apa yang membuatmu merasa malu? Bukankah aku adalah suamimu, hem?” tanya Arshaka lembut.“Tapi tetap saja aku masih merasa malu,” elak Alana.“Kemarilah,” pinta Arshaka lirih seraya merentangkan tangannya dengan maksud agar Alana masuk ke dalam pelukannya.Tentu saja, dengan senang hati Alana melakukannya. Ia kemudian masuk dalam pelukan Arshaka yang memeluknya dengan erat.“Ah, andai saja kita bisa selamanya begini, hidup tanpa beban dan ancaman,” celutuk Alana.Arshaka mengecup kepala Alana pelan. “Bersabarlah, Sayang. Aku juga meng
“Aku punya cara, tapi entah apa kau setuju atau tidak?!” ujar Alex.“Apa? Cepat katakan!” desak Arshaka.“Kita gunakan Bian untuk memancing Barma keluar!” usul Alex dengan senyum misteriusnya yang membuat Arshaka dan Jacob saling pandang“Maksudmu?” Arshaka bertanya dengan kening berkerut.“Maaf kalau ideku nantinya menyinggungmu, Shaka. Tapi ini hanyalah sekedar usulan dariku, jika kau tak setuju ya tidak apa-apa,” ucap Alex menatap Arshaka dalam.“Jadi begini, bukankah Bian masih dalam proses operasi plastik? Bagaimana kalau kita rubah wajahnya seperti tante Azalea? Meskipun tidak bisa mirip seratus persen setidaknya, jika memang benar orang itu mencintai Tante Azalea kita bisa memanfaatkan Bian yang sudah bertransformasi untuk memancingnya. Bagaimana?” lanjut Alex.Brakk!!Arshaka bangkut dan menggebrak meja, matanya tampak berkilat marah. “Bisa-bisanya kau mempunyai pikiran seperti itu?! Bagaimana bisa aku menyetujui usulmu jika yang harus menjadi tameng adalah wajah dari mamaku!”
“ALANA!!! ALANA!!!” teriak Arshaka memanggil istrinya itu dengan wajah cemas, setelah berkendara dengan kecepatan tinggi lalu setelah sampai Arshaka bergegas turun dan dengan setengah berlari ia mencari Alana dengan nafas terengah-engah.“Ada apa? Kenapa kau berteriak begitu nyaring?” tanya dengan yang keluar dari arah pintu dapur.“Oh syukurlah!” ucap Arshaka langsung berlari berhamburan memeluk Alana.Alana heran dengan sikap Arshaka, suaminya itu baru datang dan berteriak seperti dikejar hantu saja.“Kau kenapa? Sikapmu ini benar-benar aneh!” Alana mengurai pelukan Arshaka lantas memandang wajahnya dengan tatapan menyelidik.“Tidak apa-apa, Sayang. Kau tahu, baru beberapa jam kita berpisah aku sudah sangat merindukanmu,” kilahnya membuat Alana memicing ke arahnya.“kau tahu benar kalau aku bukan orang yang gampang dikibuli, katakan padaku yang sebenarnya, Shaka.”Arshaka menghela nafas pasrah, tentu saja ia tahu hal itu dan kalau ia tak berkata jujur Alana akan terus mendesak.“Mar
“Kau sengaja melakukannya bukan?” tuduh Alex.Wanita itu tersenyum puas seakan mengejek. “Tentu saja, itu hanya sedikit pembalasan dariku karena membuatku menjadi seperti ini!” ucapnya setelah berhasil membuat Alana salah paham sekarang ia dengan bangga dengan tindakannya itu.Awalnya ia tak mempunyai rencana apapun untuk membalas sikap arogan Arshaka sampai siluet seorang wanita terpampang di dinding yang dilapisi kaca buram, ia hanya ingin mempermalukan Arshaka meskipun tidak tahu siapa sosok tersebut. Siapa sangka justru jebakannya malah mengenai target yang sangat tak terduga.“Apa kau kira hubungan mereka akan berakhir menyedihkan hanya karena kesalahpahaman kecil seperti ini?” sergah Alex.“Seharusnya kau lebih memikirkan tindakanmu ke depannya agar kau tak berakhir dengan menjadi pemuas nafsu para hidung belang. Kau tahu, hidup seperti itu adalah hal yang sangat hina dan menjijikkan!” imbuhnya.Wanita itu mengetatkan bibirnya, ekspresi marah tercetak jelas hingga membuat wajahn
Setelah pergumulan nikmat sekaligus melelahkan Arshaka dengan sang istri merebahkan tubuhnya dengan saling mendekap satu sama lain di bawah selimut yang sama.Nafas mereka sama-sama memburu, keringat membasahi sekujur tubuh meskipun ruangan itu sudah dipasangi pendingin ruangan.“Bukankah sudah aku katakan kalau aku juga jago dalam hal ranjang, Sayang?” goda Arshaka.“Aku jadi mencurigai sesuatu ... “ Alana memicingkan matanya pada Arshaka tang membuat Alis Arshaka terangkat.“Curiga tentang apa maksudmu?” Tanya Arshaka tak mengerti.“Untuk menuntaskan rasa penasaranku saat ini, tolong katakan padaku dengan jujur, ada berapa banyak perempuan yang telah menghangatkan ranjangmu hingga kau begitu mahir dalam hal ini?”Arshaka mengedipkan mata beberapa kali berusaha mencerna ucapan Alana lantas berpikir untuk menjawab pertanyaan jebakan yang sering kali dilontarkan para wanita.Arshaka berpikir sejenak memikirkan jawaban yang bisa diterima akal kaum hawa yang sering kali berada dalam mode
Alex mendatangi Bian di kamar khususnya terbaring dengan tampang yang sangat menyedihkan, makanannya masih utuh tak tersentuh sedikitpun. Pandangannya kosong layaknya seseorang yang tak memiliki keinginan untuk hidup.Alex mengerti, sepertinya Bian mogok makan, akankah ia bena-benar mengira dengan mogok makan maka lama-kelamaan ia akan mati? Tentu saja Arshaka tidak akan pernah membiarkan Bian mati dengan mudah sebelum Semuanya terbongkar.“Kau kira dengan mogok makan, aku akan membiarkanmu mati karena kelaparan dengan mudah? Sungguh konyol! Yang ada aku akan memberikanmu makanan lain sebagai gantinya,” ucap Alex pura-pura berpikir. “Ah, bagaimana kalau aku berikan makanan istimewa sebagai perayaan kelahiran dirimu yang baru?” imbuhnya seraya tersenyum Devil ke arah Bian yang memandangnya acuh tak acuh.“Kalian berdua masuklah!” seru Alex dengan suara agak nyaring.Pintu terbuka menampilkan dua sosok berperawakan tinggi besar, wajah keduanya terlihat sangar dengan banyak bekas luka s
“Kau sedang di mana?” tanya Alex langsung setelah panggilannya diangkat.“Aku berada di Rumah Sakit Medika.”Alex tersenyum karena kejujuran lawan bicaranya itu.“Lalu, bisa kau katakan padaku, siapa laki-laki yang saat ini berada di sampingmu?” tanya Alex dengan nada penuh penekanan yang diselipi kecemburuan.Alex melihat orang itu celingukan mencari keberadaannya. Setelah netra mereka tertaut, ia terkejut bukan main. Matanya melotot ketakutan seakan sedang kepergok bermain belakang.Ya, Alex melihat kekasihnya juga berada di Rumah Sakit yang sama dengan dirinya meskipun ia tidak tahu tujuannya berada di sini mau apa?!Kiara mematikan sambungan teleponnya lantas menghampiri Alex dengan tergesa. “Maaf aku lupa mengabarimu kalau aku akan menjenguk temanku di sini,” terangnya.“Teman? Teman yang kau maksud apakah Dokter itu?” tanya Alex datar terkesan dingin.Kiara menggeleng lalu berkata, “Bukan, teman kuliah. Tadi ia sempat menemaniku ke toko buku, tiba-tiba di sana ia jatuh pingsan d
“Apa maksud perkataanmu?” tanya Alex.“Kau sungguh tak mengerti atau masih perlu aku perjelas lagi?” Kiara berbicara dengan lantang dan penuh emosi.Alex menghela nafas berusaha bersabar, ia berpikir mungkin saja Kiara lagi bad mood karena tamu bulanannya.“Apakah kau lagi datang bulan? Kenapa kau jadi marah-marah tak jelas?”“Aku sedang tidak datang bulan, aku hanya tidak percaya bahwa kau bisa tak se-peka itu untuk memahami masalah ini!”“Masalah apa? Kalau tentang ke tidak sukaanku pada Gilang, tentu saja aku tidak suka dan aku cemburu melihat kekasihku berdekatan dengan pria lain,” beber Alex yang semakin membuat Kiara mengetatkan rahangnya.“Hanya kau begitu, yang mempunyai hak untuk marah dan cemburu? Lantas tadi itu apa? Kau bahkan memegang payudara wanita lain di depan mataku!”Alex ternganga mendengar penuturan Kiara. Setelah mengetahui kalau Kekasihnya marah dan cemburu tak jelas gara-gara Bian, si perempuan jadi-jadian membuatnya tertawa terbahak-bahak hingga menitikkan air