Alex mendatangi Bian di kamar khususnya terbaring dengan tampang yang sangat menyedihkan, makanannya masih utuh tak tersentuh sedikitpun. Pandangannya kosong layaknya seseorang yang tak memiliki keinginan untuk hidup.Alex mengerti, sepertinya Bian mogok makan, akankah ia bena-benar mengira dengan mogok makan maka lama-kelamaan ia akan mati? Tentu saja Arshaka tidak akan pernah membiarkan Bian mati dengan mudah sebelum Semuanya terbongkar.“Kau kira dengan mogok makan, aku akan membiarkanmu mati karena kelaparan dengan mudah? Sungguh konyol! Yang ada aku akan memberikanmu makanan lain sebagai gantinya,” ucap Alex pura-pura berpikir. “Ah, bagaimana kalau aku berikan makanan istimewa sebagai perayaan kelahiran dirimu yang baru?” imbuhnya seraya tersenyum Devil ke arah Bian yang memandangnya acuh tak acuh.“Kalian berdua masuklah!” seru Alex dengan suara agak nyaring.Pintu terbuka menampilkan dua sosok berperawakan tinggi besar, wajah keduanya terlihat sangar dengan banyak bekas luka s
“Kau sedang di mana?” tanya Alex langsung setelah panggilannya diangkat.“Aku berada di Rumah Sakit Medika.”Alex tersenyum karena kejujuran lawan bicaranya itu.“Lalu, bisa kau katakan padaku, siapa laki-laki yang saat ini berada di sampingmu?” tanya Alex dengan nada penuh penekanan yang diselipi kecemburuan.Alex melihat orang itu celingukan mencari keberadaannya. Setelah netra mereka tertaut, ia terkejut bukan main. Matanya melotot ketakutan seakan sedang kepergok bermain belakang.Ya, Alex melihat kekasihnya juga berada di Rumah Sakit yang sama dengan dirinya meskipun ia tidak tahu tujuannya berada di sini mau apa?!Kiara mematikan sambungan teleponnya lantas menghampiri Alex dengan tergesa. “Maaf aku lupa mengabarimu kalau aku akan menjenguk temanku di sini,” terangnya.“Teman? Teman yang kau maksud apakah Dokter itu?” tanya Alex datar terkesan dingin.Kiara menggeleng lalu berkata, “Bukan, teman kuliah. Tadi ia sempat menemaniku ke toko buku, tiba-tiba di sana ia jatuh pingsan d
“Apa maksud perkataanmu?” tanya Alex.“Kau sungguh tak mengerti atau masih perlu aku perjelas lagi?” Kiara berbicara dengan lantang dan penuh emosi.Alex menghela nafas berusaha bersabar, ia berpikir mungkin saja Kiara lagi bad mood karena tamu bulanannya.“Apakah kau lagi datang bulan? Kenapa kau jadi marah-marah tak jelas?”“Aku sedang tidak datang bulan, aku hanya tidak percaya bahwa kau bisa tak se-peka itu untuk memahami masalah ini!”“Masalah apa? Kalau tentang ke tidak sukaanku pada Gilang, tentu saja aku tidak suka dan aku cemburu melihat kekasihku berdekatan dengan pria lain,” beber Alex yang semakin membuat Kiara mengetatkan rahangnya.“Hanya kau begitu, yang mempunyai hak untuk marah dan cemburu? Lantas tadi itu apa? Kau bahkan memegang payudara wanita lain di depan mataku!”Alex ternganga mendengar penuturan Kiara. Setelah mengetahui kalau Kekasihnya marah dan cemburu tak jelas gara-gara Bian, si perempuan jadi-jadian membuatnya tertawa terbahak-bahak hingga menitikkan air
“Kau ... apa yang terjadi?” tanya Arshaka, ia begitu terkejut melihat penampilan Alex yang jauh dari kata rapi. Dan hal itu bukan seperti Alex yang selalu menjaga kerapian dan profesionalitasnya di depan publik.Bagaimana tidak, Alex tiba-tiba datang dengan pakaian yang hanya terkancing bagian bawahnya saja hingga otot perut dan dadanya terekspos sempurna. Dengan rambutnya yang acak-acakan serta bibirnya yang sedikit membengkak juga lehernya yang dihiasi beberapa kissmark semakin menambah kesan bahwa ia telah mengalami pelecehan atau kekasihnya sangat brutal saat bercinta.Terlihat konyol, datang dalam keadaan seperti itu. Arshaka pasti akan mengerti jika ia memberikan kabar akan menghabiskan waktu bersama kekasihnya, dan ia tak akan terlihat memalukan saat ini.Beruntung kondisi kantor sudah dalam kondisi sepi karena sudah sejam yang lalu jam kerja telah berakhir, kalau tidak, entah bagaimana Alex akan menyembunyikan mukanya di hadapan karyawan yang lain.“Maaf, aku ... “ Suara Alex
“Itu ... “ Alex berkata tapi ragu.“Cepat katakan gagasan apa yang kau punya?!” Jacob bertanya dengan tak sabar.“Aku berpikir untuk melakukan pendekatan padanya, buat agar ia percaya dan mau membantu kita secara sukarela,” ungkap Alex.“Entahlah, aku tak yakin kalau Bian pada akhirnya akan mau membantu kita. Karena ia begitu membenciku perihal Amara, bahkan sekarang, ia telah kita ubah sedemikian rupa,” ucap Arshaka.“Aku tahu kalau Bian sangat membenci kita, dan tidak menutup kemungkinan kalau sikapnya seperti jinak-jinak merpati. Menunggu waktu hingga kita lengah kemudian melancarkan aksi balas dendamnya,” timpal Alex.“Lalu apa rencanamu selanjutnya untuk meluluhkan si Bian itu?” tanya Jacob.“Aku harus mencari sisi kelemahan Bian secepatnya dan menggunakan hal itu untuk meluluhkannya!”“Baik, akan aku serahkan padamu. Tapi ingat, kau harus segera menemukan sisi kelemahannya dan segera menundukkannya karena hari jadi perusahaan tinggal beberapa minggu lagi,” ucap Arshaka yang di a
Alex turun dari mobil sport miliknya yang ia kendarai sendiri tanpa membawa sopir. Ia melangkah dengan pasti ke arah ruangan di mana Bian berada.“Tuan Alex,” sapa para pengawalnya serentak.Alex hanya mengangguk. “Apakah kalian sudah melakukan hal yang tadi aku suruh?” Tanya Alex.“Sudah, Tuan. Lalu, apakah ada perintah lagi yang bisa kami lakukan?”“Tidak, lanjutkan berjaga!” Titah Alex, ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar Bian yang di depan pintunya berdiri dua orang penjaga.Mereka pun menyapa Alex yang hanya ditanggapi dengan anggukan. Ia lantas menyuruh salah satu penjaga untuk membuka pintu kamar Bian yang selalu dikunci dari luar.Terlihat Bian tengah bersandar sambil membaca sebuah buku. Masih fokus dengan buku di tangannya dan atensinya tak teralihkan sama sekali meski ada seseorang yang masuk ke kamarnya.Bian yang menyadari dirinya tak mempunyai privasi di tempat ini sekarang merasa terbiasa akan kedatangan para pelayan maupun penjaga yang keluar masuk memanta
Alex menemani Bian sampai akhirnya tertidur, menyelimuti tubuhnya lantas beranjak pergi. Ia harus kembali ke Apartemen miliknya di mana Kiara tengah menanti kepulangannya.Apalagi Bian sudah aman, ada banyak penjaga yang bertugas menjaganya, jadi Alex bisa tenang.Alex memasuki Apartemennya ketika menjelang tengah malam, terasa sepi tanpa ada tanda-tanda Kiara masih terjaga. Ia lantas menuju kamar dan melihat Kiara sudah tertidur pulas.Alex mendekati Kiara, menatapnya lama lalu menyelimuti tubuhnya hingga sebatas dada. Membelai kepalanya kemudian mengecup dahinya pelan, seringan kapas.Alex melangkah menuju kamar mandi, sepertinya ia perlu menenangkan pikirannya yang sedang bergejolak. Seharusnya ia lebih konsisten, melakukan misi dengan ideologi tanpa melibatkan perasaan.Alex sekarang baru menyadari, kenapa Barma sampai melakukan semua hal itu karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Begitu hebatnya pengaruh seorang Azalea hingga membuat Barma begitu tergila-gila sehingga tak
“Kau ... putra Azalea?” gumam Jordan lirih.Arshaka melangkah mendekati Jordan yang telah beranjak dari duduknya karena terkejut. Kedua tangannya yang ia masukkan ke dalam kantong celana membuatnya semakin terlihat angkuh dan arogan.Jordan tak pernah menyangka bahwa laki-laki di hadapannya yang merupakan penguasa terkuat seantero negeri adalah anak dari keponakannya yang telah lama memisahkan diri. Lagi pula, Azalea bukan lagi anggota keluarga Orwell Moses lagi sejak ia memilih menikah dengan lelaki pilihannya itu.“Ya, aku putranya. Dan aku sengaja datang kemari untuk menyapamu Kakek. Ah, bukan, aku bukanlah bagian dari keluarga Orwell karena darahku merupakan keturunan dari keluarga Bauer,” ucap Arshaka tersenyum miring.“Dan aku mempunyai sesuatu yang penting untuk kubicarakan denganmu, dan aku harap kau bersedia duduk bersamaku berbincang santai sambil membahas kejadian tepat di malam pesta ulang tahun di mana Tua Bangka Gabriel berulang tahun,” lanjut Arshaka.Arshaka melirik A