Gabriel memegang dadanya yang terasa nyeri, ia tak pernah menyangka bahwa salah satu keturunannya akan mampu menjadi penguasa yang paling disegani.Meskipun lelaki di depannya tak memiliki darah bangsawan dan hanya keturunan orang biasa, nyatanya, ia mampu membuktikan kehebatan dirinya.Sejak kematian Arden, putra kesayangannya, Gabriel menutup diri dan lebih memilih bekerja dari kediamannya dan hanya sesekali datang ke kantor jika ada urusan mendesak. Orang seperti dirinya bukannya tidak tahu siapa pembunuhnya, akan tetapi, ia sudah kehilangan satu putra dan ia tak ingin kehilangan satu-satunya putra yang tersisa. Meskipun Jordan sama sekali tak bisa diandalkan dan ia adalah si pembunuh.Rasa kehilangan dan kekecewaan yang Gabriel rasakan membuatnya terpuruk dan membenci dirinya sendiri, itulah mengapa seseorang yang begitu peduli akan kesehatan secara mendadak kehilangan semangat hidup dan sakit-sakitan.Meskipun begitu, nyawanya masih belum jua diambil oleh Yang Maha Kuasa. Seakan
“Alana, sepertinya keinginan kita hanya akan menjadi angan-angan belaka. Aku bertemu dengan kakekku hari ini dan ia telah meninggal. Dan sepertinya tampuk kepemimpinan harus aku ambil alih agar tak terjadi kekacauan lebih lanjut,” ucap Arshaka, menatap netra Alana dalam.“Kau masih memiliki keluarga? Kenapa aku tak tahu tentang masalah ini?” Alana bertanya dengan serius. Ia tak ingin beranggapan bahwa suaminya sengaja menyembunyikan hal itu padanya.“Aku juga baru tahu akan silsilah keluargaku. Sebelumnya, kedua orang tuaku tak pernah mengungkit hal ini karena ada masalah yang cukup rumit. Itulah mengapa aku sama sekali tidak mengetahuinya,” terang Arshaka.Alana termenung, berpikir tentang keluarga Arshaka yang telah meninggal. Padahal mereka baru saja bertemu meskipun hanya sebentar dan langsung terpisahkan lagi.“Lantas, apa yang kau rasakan? Apakah kau merasa sedih karena tak mengetahui keberadaan mereka sejak dulu?”“Aku tidak tahu apa yang tengah aku rasakan saat ini, yang jela
“Apa yang sedang kau lakukan?”Bian yang sedang duduk termenung di depan meja rias terkejut dengan kehadiran Alex yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya, ia lantas membalikkan tubuhnya menghadap Alex.“Tidak ada,” tukasnya singkat.Tubuh jangkung Alex, tampangnya yang tampan ditambah dengan penampilannya yang saat ini tengah berpakaian kasual membuatnya terlihat jauh lebih tampan dan menarik dari pada hari-hari biasanya yang selalu berpakaian formal.“Lalu, apa yang tengah kau pikirkan hingga berkali-kali aku memanggil namamu, kau sama sekali tak merespons?” Alex menatap Bian yang tengah menatap ke arah lain.“Tidak ada,” sahut Bian.Lagi-lagi menjawab dengan singkat, hingga Alex merasa keheranan akan sikap Bian yang seakan menjaga jarak.“Hari ini aku libur, kalau kau sedang jenuh aku bisa membawamu kemanapun kau mau,” tawar Alex seraya tersenyum.Namun Bian malah menatap Alex dengan ekspresi yang tak mampu Alex artikan.“Bukankah kau memiliki kekasih? Kenapa tak kau ajak saja k
“Berhati-hatilah, karena yang kita hadapi adalah seorang psikopat gila yang tergila-gila padamu, Azalea!” ujar Alex seraya mengelus pipi Bian lembut.Bian terpaku menatap Alex yang kedua tangannya kini telah membungkus wajahnya.“Sekarang kau sudah tahu, bahwa segala yang terjadi merupakan rencana dari Barma. Dan kau merupakan salah satu bidak catur yang sengaja dijadikan musuh untuk menghancurkan Arshaka, obsesinya terhadap Nyonya Azalea benar-benar di luar Nalar,” ungkap Alex dan Bian hanya bisa diam mencerna semua perkataan yang disampaikan oleh Alex.“Sesungguhnya aku tak ingin menempatkan dirimu dalam bahaya, akan tetapi, kami sudah tidak mempunyai cara lain untuk memancing Barma keluar dari sarangnya. Jadi, aku berharap kau mau bekerja sama dengan kami meskipun aku tahu resiko yang akan kau tanggung amatlah besar.”Alex menghela nafas berat lalu melanjutkan ucapannya, “Tapi kau jangan khawatir, akan aku usahakan melindungimu dengan penjagaan yang sangat ketat agar Barma tak bisa
“Ma-mau apa kau?” tanya Alana pada Bian yang mendekat setengah berlari ke arahnya, sedangkan Arshaka dengan refleks bersiaga dengan memegang pistol yang berada di balik kemeja yang dipakainya.“Alea ... apa yang mau kau lakukan!” teriak Alex panik.Bian tak menghiraukan kepanikan orang-orang yang saat ini ingin ia lakukan adalah bersimpuh di kaki Alana, meminta maaf akan segala kesalahan yang telah diperbuatnya.“Maafkan aku, maaf ... aku bersalah padamu. Kesalahanku sangat besar dan tak termaafkan, hukum aku sesuai kemauanmu. Bahkan jika kau ingin mengambil nyawaku sebagai gantinya, aku ikhlas ... aku benar-benar rela,” ucapnya lirih dengan air mata yang telah mengalur membanjiri kedua pipinya.Arshaka masih bersikap siaga, melirik Alex dan mengkode dirinya.Alex mengangguk, mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.Alex mendekati Bian dan berjongkok di belakang Bian yang masih bersimpuh. “Alea, berdirilah!” seru Alex.Bian menggeleng pelan, ia masih belum bisa memaafkan dir
“Jadi kau ingin kita berpisah? Kua menginginkan kita untuk bercerai?” tanya Alana yang membuat Arshaka melotot dengan sempurna.Entah apa yang terjadi, hingga Alana mempunyai pemikiran seperti itu, karena Arshaka tidak bermaksud berkata demikian. Bagaimana mungkin seorang Arshaka sanggup berpisah dengan belahan jiwanya.Arshaka menghela nafas dalam, mencoba bersabar dengan prasangka yang dilayangkan oleh Alana. Arshaka mencoba mengingat apakah istrinya itu saat ini sedang datang bulan atau tidak, tetapi bukankah malam tadi mereka masih melakukan hubungan intim?Itulah mengapa, Arshaka tak habis pikir dengan mood Alana yang sering jungkir balik dan membuatnya kelimpungan menerka-nerka kesalahan yang mungkin saja telah ia lakukan tanpa disadari.“Tuh ‘kan nggak jawab?! Berarti benar kau menyesal dan ingin kita berpisah!” cecar Alana dengan raut masam.“Kau tahu dengan jelas bahwa aku tak pernah memiliki pemikiran seperti itu. Aku sangat mencintaimu, jadi, hilangkan semua prasangka di k
“Apakah kau ingin berganti di sini?” tanya Alex melihat Bian yang ingin melepas dressnya di hadapan Alex yang membuat darahnya berdesir.Bian mengerjap tak mengerti. “I-iya, memang kenapa?”Alex menepuk dahinya, berkali-kali dirinya sudah menasihati Bian agar bersikap layaknya seorang perempuan dan tidak sembarangan membuka bajunya di depan orang lain, namun tak pernah ia indahkan.Bahkan terkesan masuk telinga kanan keluar melalui telinga kiri.“Oh ayolah, kau kan bukan orang lain. Bahkan kau sudah melihat tubuhku berkali-kali, tak mungkin bukan kau terangsang dengan tubuh imitasi milikku ini?” Bian berkata dengan cuek lantas melepaskan dress dengan santai beserta dalamannya, membuat Alex memalingkan wajahnya dengan kesal.“Terserah padamu, kalau kau tetap bersikap cuek seperti itu jangan salahkan orang lain jika kau nantinya dilecehkan!”“Sudah. Aku sudah selesai ganti baju,” ucap Bian melirik Alex dan merasa heran karena dirinya belum juga berganti, tubuhnya basah kuyup kalau tidak
Malam sudah benar-benar menyapa hingga segala yang bisa dilihat mata berubah menjadi pekat dan kelam.“Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah, biasanya akan banyak hewan yang suka berkeliaran di sekitar sini. Jangan sampai kita jadi santapan untuk makan malam mereka,” ajak Alex.Bian terperangah, mendadak kesal dan takut. “Kenapa kau baru bilang sekarang setelah sekian lama kita terdiam di sini?” Ucapnya dengan wajah tertekuk.“Bahkan saking gelapnya tempat ini, aku tidak tahu harus melangkah ke arah mana?!” lanjut Bian.Alex mendesah pelan. “Apakah kau tak membawa ponselmu? Kau bisa menggunakan cahaya flash untuk menerangi jalan.”Bian menggeleng lemah. “Aku lupa membawanya, ponselku ada di dalam paper bag bersamaan dengan baju-bajuku dalam mobil.”“Sudahlah, kita ambil nanti setelah menghidupkan generator listrik untuk pencahayaan. Sebelum itu, kau ikuti aku,” ucap Alex, menyetel arloji di tangannya dan menghidupkan cahaya darinya. Cahaya yang terang layaknya sebuah senter menerangi j