“Apa yang sedang kau lakukan?”Bian yang sedang duduk termenung di depan meja rias terkejut dengan kehadiran Alex yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya, ia lantas membalikkan tubuhnya menghadap Alex.“Tidak ada,” tukasnya singkat.Tubuh jangkung Alex, tampangnya yang tampan ditambah dengan penampilannya yang saat ini tengah berpakaian kasual membuatnya terlihat jauh lebih tampan dan menarik dari pada hari-hari biasanya yang selalu berpakaian formal.“Lalu, apa yang tengah kau pikirkan hingga berkali-kali aku memanggil namamu, kau sama sekali tak merespons?” Alex menatap Bian yang tengah menatap ke arah lain.“Tidak ada,” sahut Bian.Lagi-lagi menjawab dengan singkat, hingga Alex merasa keheranan akan sikap Bian yang seakan menjaga jarak.“Hari ini aku libur, kalau kau sedang jenuh aku bisa membawamu kemanapun kau mau,” tawar Alex seraya tersenyum.Namun Bian malah menatap Alex dengan ekspresi yang tak mampu Alex artikan.“Bukankah kau memiliki kekasih? Kenapa tak kau ajak saja k
“Berhati-hatilah, karena yang kita hadapi adalah seorang psikopat gila yang tergila-gila padamu, Azalea!” ujar Alex seraya mengelus pipi Bian lembut.Bian terpaku menatap Alex yang kedua tangannya kini telah membungkus wajahnya.“Sekarang kau sudah tahu, bahwa segala yang terjadi merupakan rencana dari Barma. Dan kau merupakan salah satu bidak catur yang sengaja dijadikan musuh untuk menghancurkan Arshaka, obsesinya terhadap Nyonya Azalea benar-benar di luar Nalar,” ungkap Alex dan Bian hanya bisa diam mencerna semua perkataan yang disampaikan oleh Alex.“Sesungguhnya aku tak ingin menempatkan dirimu dalam bahaya, akan tetapi, kami sudah tidak mempunyai cara lain untuk memancing Barma keluar dari sarangnya. Jadi, aku berharap kau mau bekerja sama dengan kami meskipun aku tahu resiko yang akan kau tanggung amatlah besar.”Alex menghela nafas berat lalu melanjutkan ucapannya, “Tapi kau jangan khawatir, akan aku usahakan melindungimu dengan penjagaan yang sangat ketat agar Barma tak bisa
“Ma-mau apa kau?” tanya Alana pada Bian yang mendekat setengah berlari ke arahnya, sedangkan Arshaka dengan refleks bersiaga dengan memegang pistol yang berada di balik kemeja yang dipakainya.“Alea ... apa yang mau kau lakukan!” teriak Alex panik.Bian tak menghiraukan kepanikan orang-orang yang saat ini ingin ia lakukan adalah bersimpuh di kaki Alana, meminta maaf akan segala kesalahan yang telah diperbuatnya.“Maafkan aku, maaf ... aku bersalah padamu. Kesalahanku sangat besar dan tak termaafkan, hukum aku sesuai kemauanmu. Bahkan jika kau ingin mengambil nyawaku sebagai gantinya, aku ikhlas ... aku benar-benar rela,” ucapnya lirih dengan air mata yang telah mengalur membanjiri kedua pipinya.Arshaka masih bersikap siaga, melirik Alex dan mengkode dirinya.Alex mengangguk, mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.Alex mendekati Bian dan berjongkok di belakang Bian yang masih bersimpuh. “Alea, berdirilah!” seru Alex.Bian menggeleng pelan, ia masih belum bisa memaafkan dir
“Jadi kau ingin kita berpisah? Kua menginginkan kita untuk bercerai?” tanya Alana yang membuat Arshaka melotot dengan sempurna.Entah apa yang terjadi, hingga Alana mempunyai pemikiran seperti itu, karena Arshaka tidak bermaksud berkata demikian. Bagaimana mungkin seorang Arshaka sanggup berpisah dengan belahan jiwanya.Arshaka menghela nafas dalam, mencoba bersabar dengan prasangka yang dilayangkan oleh Alana. Arshaka mencoba mengingat apakah istrinya itu saat ini sedang datang bulan atau tidak, tetapi bukankah malam tadi mereka masih melakukan hubungan intim?Itulah mengapa, Arshaka tak habis pikir dengan mood Alana yang sering jungkir balik dan membuatnya kelimpungan menerka-nerka kesalahan yang mungkin saja telah ia lakukan tanpa disadari.“Tuh ‘kan nggak jawab?! Berarti benar kau menyesal dan ingin kita berpisah!” cecar Alana dengan raut masam.“Kau tahu dengan jelas bahwa aku tak pernah memiliki pemikiran seperti itu. Aku sangat mencintaimu, jadi, hilangkan semua prasangka di k
“Apakah kau ingin berganti di sini?” tanya Alex melihat Bian yang ingin melepas dressnya di hadapan Alex yang membuat darahnya berdesir.Bian mengerjap tak mengerti. “I-iya, memang kenapa?”Alex menepuk dahinya, berkali-kali dirinya sudah menasihati Bian agar bersikap layaknya seorang perempuan dan tidak sembarangan membuka bajunya di depan orang lain, namun tak pernah ia indahkan.Bahkan terkesan masuk telinga kanan keluar melalui telinga kiri.“Oh ayolah, kau kan bukan orang lain. Bahkan kau sudah melihat tubuhku berkali-kali, tak mungkin bukan kau terangsang dengan tubuh imitasi milikku ini?” Bian berkata dengan cuek lantas melepaskan dress dengan santai beserta dalamannya, membuat Alex memalingkan wajahnya dengan kesal.“Terserah padamu, kalau kau tetap bersikap cuek seperti itu jangan salahkan orang lain jika kau nantinya dilecehkan!”“Sudah. Aku sudah selesai ganti baju,” ucap Bian melirik Alex dan merasa heran karena dirinya belum juga berganti, tubuhnya basah kuyup kalau tidak
Malam sudah benar-benar menyapa hingga segala yang bisa dilihat mata berubah menjadi pekat dan kelam.“Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah, biasanya akan banyak hewan yang suka berkeliaran di sekitar sini. Jangan sampai kita jadi santapan untuk makan malam mereka,” ajak Alex.Bian terperangah, mendadak kesal dan takut. “Kenapa kau baru bilang sekarang setelah sekian lama kita terdiam di sini?” Ucapnya dengan wajah tertekuk.“Bahkan saking gelapnya tempat ini, aku tidak tahu harus melangkah ke arah mana?!” lanjut Bian.Alex mendesah pelan. “Apakah kau tak membawa ponselmu? Kau bisa menggunakan cahaya flash untuk menerangi jalan.”Bian menggeleng lemah. “Aku lupa membawanya, ponselku ada di dalam paper bag bersamaan dengan baju-bajuku dalam mobil.”“Sudahlah, kita ambil nanti setelah menghidupkan generator listrik untuk pencahayaan. Sebelum itu, kau ikuti aku,” ucap Alex, menyetel arloji di tangannya dan menghidupkan cahaya darinya. Cahaya yang terang layaknya sebuah senter menerangi j
Bian terkejut bukan main ketika bibir Alex menempel di bibirnya yang membuat degub jantungnya berdetak tak karuan bagaikan pacuan kuda. Demi apapun, bahkan Bian sama sekali tak menyadari hal itu karena hatinya begitu sedih karena merasakan kenyataan yang ada.Marah, sedih, kecewa bercampur aduk jadi satu. Apalagi ciuman itu juga merupakan pertama kali baginya. Dan yang membuatnya marah adalah bukan dengan Amara ataupun dengan seorang perempuan, melainkan dengan seorang laki-laki yang telah mencuri ciuman pertamanya.Bian mendorong bahu Alex dengan kedua tangannya yang membuat ciuman mereka terlepas.Bian marah dan langsung memukul dada Alex. “Apa yang telah kau lakukan? Bisa-bisanya kau melakukan ini padaku, dasar kau baji ... “ ucapan Bian terhenti dan disusul dengan suara pekikan.Alex mencengkeram kedua tangan Bian dan di tumpu dengan dijadikan satu di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia sisipkan di belakang kepala Bian lantas menciumnya lagi.Melumatnya dengan pelan yang
Alex menghampiri Bian yang tengah berbaring sambil membaca sebuah buku, setelah perdebatan yang begitu alot yang disertai janji tak akan menyakiti Kiara juga tak akan menggunakan hati dalam menjalankan misinya, Akhirnya Al3x diperbolehkan melanjutkan tugas untuk menghandle Bian.“Alea ... “ Alex menyapa Bian ketika sudah berada di sisi ranjang di mana Bian berbaring.Bian tak menjawab, masih fokus dengan buku di tangannya.“Hari ini kita akan kedatangan seseorang yang akan mengajarkanmu bagaimana menjadi Nyonya Azalea yang anggun. Lalu aku akan memberikan berkas berisi biografi tentang dirinya. Jadi, bersiap-siaplah, kita akan menemuinya di ruang tamu,” ucap Alex.Bian mengangguk, menutup buku di tangannya lantas bangkit kemudian berkata, “Aku mengerti. Kau keluarlah, aku akan ganti baju dan akan menemui kalian di sana,” sahut Bian dingin lalu melangkah menuju kemari namun tangannya dicekal oleh Alex.“Alea, bisakah kita bicara sebentar?” Pinta Alex.Bian menghempaskan tangan Alex kua