“Jadi kau ingin kita berpisah? Kua menginginkan kita untuk bercerai?” tanya Alana yang membuat Arshaka melotot dengan sempurna.Entah apa yang terjadi, hingga Alana mempunyai pemikiran seperti itu, karena Arshaka tidak bermaksud berkata demikian. Bagaimana mungkin seorang Arshaka sanggup berpisah dengan belahan jiwanya.Arshaka menghela nafas dalam, mencoba bersabar dengan prasangka yang dilayangkan oleh Alana. Arshaka mencoba mengingat apakah istrinya itu saat ini sedang datang bulan atau tidak, tetapi bukankah malam tadi mereka masih melakukan hubungan intim?Itulah mengapa, Arshaka tak habis pikir dengan mood Alana yang sering jungkir balik dan membuatnya kelimpungan menerka-nerka kesalahan yang mungkin saja telah ia lakukan tanpa disadari.“Tuh ‘kan nggak jawab?! Berarti benar kau menyesal dan ingin kita berpisah!” cecar Alana dengan raut masam.“Kau tahu dengan jelas bahwa aku tak pernah memiliki pemikiran seperti itu. Aku sangat mencintaimu, jadi, hilangkan semua prasangka di k
“Apakah kau ingin berganti di sini?” tanya Alex melihat Bian yang ingin melepas dressnya di hadapan Alex yang membuat darahnya berdesir.Bian mengerjap tak mengerti. “I-iya, memang kenapa?”Alex menepuk dahinya, berkali-kali dirinya sudah menasihati Bian agar bersikap layaknya seorang perempuan dan tidak sembarangan membuka bajunya di depan orang lain, namun tak pernah ia indahkan.Bahkan terkesan masuk telinga kanan keluar melalui telinga kiri.“Oh ayolah, kau kan bukan orang lain. Bahkan kau sudah melihat tubuhku berkali-kali, tak mungkin bukan kau terangsang dengan tubuh imitasi milikku ini?” Bian berkata dengan cuek lantas melepaskan dress dengan santai beserta dalamannya, membuat Alex memalingkan wajahnya dengan kesal.“Terserah padamu, kalau kau tetap bersikap cuek seperti itu jangan salahkan orang lain jika kau nantinya dilecehkan!”“Sudah. Aku sudah selesai ganti baju,” ucap Bian melirik Alex dan merasa heran karena dirinya belum juga berganti, tubuhnya basah kuyup kalau tidak
Malam sudah benar-benar menyapa hingga segala yang bisa dilihat mata berubah menjadi pekat dan kelam.“Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah, biasanya akan banyak hewan yang suka berkeliaran di sekitar sini. Jangan sampai kita jadi santapan untuk makan malam mereka,” ajak Alex.Bian terperangah, mendadak kesal dan takut. “Kenapa kau baru bilang sekarang setelah sekian lama kita terdiam di sini?” Ucapnya dengan wajah tertekuk.“Bahkan saking gelapnya tempat ini, aku tidak tahu harus melangkah ke arah mana?!” lanjut Bian.Alex mendesah pelan. “Apakah kau tak membawa ponselmu? Kau bisa menggunakan cahaya flash untuk menerangi jalan.”Bian menggeleng lemah. “Aku lupa membawanya, ponselku ada di dalam paper bag bersamaan dengan baju-bajuku dalam mobil.”“Sudahlah, kita ambil nanti setelah menghidupkan generator listrik untuk pencahayaan. Sebelum itu, kau ikuti aku,” ucap Alex, menyetel arloji di tangannya dan menghidupkan cahaya darinya. Cahaya yang terang layaknya sebuah senter menerangi j
Bian terkejut bukan main ketika bibir Alex menempel di bibirnya yang membuat degub jantungnya berdetak tak karuan bagaikan pacuan kuda. Demi apapun, bahkan Bian sama sekali tak menyadari hal itu karena hatinya begitu sedih karena merasakan kenyataan yang ada.Marah, sedih, kecewa bercampur aduk jadi satu. Apalagi ciuman itu juga merupakan pertama kali baginya. Dan yang membuatnya marah adalah bukan dengan Amara ataupun dengan seorang perempuan, melainkan dengan seorang laki-laki yang telah mencuri ciuman pertamanya.Bian mendorong bahu Alex dengan kedua tangannya yang membuat ciuman mereka terlepas.Bian marah dan langsung memukul dada Alex. “Apa yang telah kau lakukan? Bisa-bisanya kau melakukan ini padaku, dasar kau baji ... “ ucapan Bian terhenti dan disusul dengan suara pekikan.Alex mencengkeram kedua tangan Bian dan di tumpu dengan dijadikan satu di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia sisipkan di belakang kepala Bian lantas menciumnya lagi.Melumatnya dengan pelan yang
Alex menghampiri Bian yang tengah berbaring sambil membaca sebuah buku, setelah perdebatan yang begitu alot yang disertai janji tak akan menyakiti Kiara juga tak akan menggunakan hati dalam menjalankan misinya, Akhirnya Al3x diperbolehkan melanjutkan tugas untuk menghandle Bian.“Alea ... “ Alex menyapa Bian ketika sudah berada di sisi ranjang di mana Bian berbaring.Bian tak menjawab, masih fokus dengan buku di tangannya.“Hari ini kita akan kedatangan seseorang yang akan mengajarkanmu bagaimana menjadi Nyonya Azalea yang anggun. Lalu aku akan memberikan berkas berisi biografi tentang dirinya. Jadi, bersiap-siaplah, kita akan menemuinya di ruang tamu,” ucap Alex.Bian mengangguk, menutup buku di tangannya lantas bangkit kemudian berkata, “Aku mengerti. Kau keluarlah, aku akan ganti baju dan akan menemui kalian di sana,” sahut Bian dingin lalu melangkah menuju kemari namun tangannya dicekal oleh Alex.“Alea, bisakah kita bicara sebentar?” Pinta Alex.Bian menghempaskan tangan Alex kua
Alex membaringkan Bian di atas ranjang kemudian memberikan obat penghilang nyeri padanya yang ia ambil dari kotak obat beserta sebotol air mineral.“Minumlah!” Titah AlexTanpa menjawab, Bian mengambilnya dan langsung meminum obat itu lantas berkata, “Aku sudah meminumnya, kau sudah bisa pergi.”Dingin dan datar, seakan tak pernah berinteraksi dengan Alex sebelumnya dan kembali ke awal lagi.Alex menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar, ia begitu kesal dengan sikap Bian yang mendorongnya jauh seakan mereka merupakan orang asing.“Alea, aku tahu kau marah, Kau bisa memarahiku ataupun memukulku jika kau mau, tapi jangan bersikap begini. Aku mohon, katakan sesuatu padaku,” ucap Alex mengiba.“Bukankah sudah aku katakan bahwa di antara kita tak ada hubungan apapun, dan aku sudah menyuruhmu untuk melupakannya. Selain statusku sebagai tawanan, kita tak sedekat itu. Jadi, jangan berdelusi bahwa kita berada dalam tahap saling mencintai karena aku tahu semua itu adalah omong ko
Acara berlangsung dengan lancar, kini mereka tinggal menunggu reaksi dari Barma. Arshaka juga sudah mengirimkan mata-mata terbaik yang disebarkan di seluruh penjuru kota.Pesta yang juga diselenggarakan khusus untuk segenap relasi dan koleganya juga untuk memperluas jaringannya. Apalagi kehadiran Jordan Orwell Moses dengan pengakuannya akan cucunya Arshaka serta penyerahan untuk mengakuisisi seluruh perusahaan dari kakek buyutnya, Gabriel Orwell Moses semakin membuat orang-orang yang hadir berdecak kagum dan sebagian pula semakin segan terhadapnya.Setelah berunding dengan Alex, Arshaka pulang dengan Alana. Sedangkan Alex bertugas untuk mengantarkan Bian ke tempatnya dengan selamat.Alex pergi dengan diiringi oleh banyak pengawal untuk memastikan keselamatannya, karena setelah ini mereka harus ekstra waspada akan situasi dan kondisi apapun.Karena tak ada yang tahu, dari mana dan bagaimana Barma akan muncul meskipun Arshaka sudah menempatkan banyak mata-mata.“Tuan Bian, sepertinya ada
Alex langsung menghubungi para pengawalnya. “Apa yang terjadi?” Tanyanya dengan geram.“Kita diserang, Tuan. Kami akan mencoba menghalangi laju mereka agar Tuan bisa secepatnya pergi ke tempat yang aman,” ucap Kepala pengawal.“Kalau begitu, segera gunakan planing B!” titah Alex kemudian melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.“Alea, kencangkan sabuk pengamanmu!” Seru Alex, matanya fokus memperhatikan jalanan.Bian menuruti perkataan Alex dan langsung mengencangkan sabuk pengamannya dengan perasaan cemas.Kendaraan melaju membelah jalanan yang tak begitu ramai meninggalkan para pengawalnya yang sedang baku tembak dengan pasukan musuh.Alex tetap melajukan kendaraannya masih dengan kecepatan tinggi hingga di perempatan jalan dua buah truck telah menunggu kedatangannya.Dan ketika kendaraan yang ditumpangi oleh Alex dan Bian melintas, kedua truck itu mengejar mereka beserta beberapa kendaraan lain yang mengikuti.Bian melihat ke belakang, ketika menyadari mereka diikuti Bian sed
“Bie, jangan! Jangan lakukan itu!” teriak Alex keras yang membuat Bian langsung menoleh ke arahnya.“Alex ... “ gumam Bian menatap Alex yang tengah berlari ke arahnya seraya bertelanjang dada.Dengan secepat kilat disertai nafas yang memburu Alex berlari, ketakutannya semakin menjadi ketika ia melihat Bian berada tepat di sisi jurang.“Bie, tolong jangan lakukan, aku mohon!” Pinta Alex sekali lagi ketika dirinya berjarak hanya beberapa jengkal dari Bian.Bian menyunggingkan senyum penuh arti yang membuat Alex tambah ketar-ketir.“Jika aku loncat ke bawah apa kau mau memaafkanku?” Bian bertanya masih dengan senyum masgul.Alex menggeleng lemah. “Apa cintaku tak mampu membuatmu berkeinginan untuk hidup? Apakah cintaku sangat tak layak hingga kau mau meninggalkan aku? Meninggalkan dunia?” tanya Alex frustasi dengan mata yang memerah menahan air mata.“Aku tahu, penderitaan yang kau alami sangatlah berat. Tapi, bisakah kau memberikanku kesempatan untuk mengobati luka itu?”“Alex, kau tahu
Seakan tak percaya dengan penglihatannya, Bian melangkah perlahan, berjalan dengan hati-hati melawati setiap tas dan kardus yang terisi berbagai macam barang yang disediakan oleh Arshaka. Bian mulai memeriksa satu persatu dengan saksama, kebutuhan mereka dari perlengkapan mandi, skincare, baju, dress hingga dalaman begitu lengkap seakan satu toko diboyong semua. Bian menggeleng tak percaya, entah bagaimana caranya Arshaka bisa menyiapkan hal itu semua dalam waktu singkat. Bian menatap Alex seakan ingin penjelasan, akan tetapi ia hanya mengedikkan bahu seakan memberi tahu bahwa ia juga tak tahu menahu tentang itu semua. Bian melihat sekeling, masih ada beberapa tas tang belum dibuka, hingga sebuah koper besar membuatnya begitu penasaran. Ia pun menghampiri koper itu dan langsung membukanya. Terdapat note yang bertuliskan ‘selamat bersenang-senang’ di atasnya. Setelah membaca catatan itu, dengan rasa penasaran Bian mengambil sebuah kain berenda yang ia pun tak pernah menaruh curi
“Sayang, apakah tak apa-apa melakukan hal itu pada mereka berdua?” Tanya Alana dalam perjalanan pulang ke Mansion Arshaka.Arshaka tersenyum penuh arti. “Tak usah khawatir, Alex memang pernah meminta ijinku sebelumnya. Aku rasa, ia tidak akan keberatan jika aku menjahilinya kali ini. Bahkan ia harusnya berterima kasih padaku nantinya.”Alana menggeleng pelan. “Terserahlah, kalau nantinya ada masalah dengan mereka tanggung sendiri akibatnya!”“Aku jamin tidak akan ada kendala apapun, Sayang. Lagi pula, aku sudah menyiapkan seluruh kebutuhan mereka sampai hal yang terkecil sekalipun. Jadi kau tak usah cemaskan mereka, ok!”Alana merasa gemas dengan suaminya itu, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. “Kau tahu bukan, Alea kondisinya masih belum sehat betul, kalau nanti ada apa-apa dengan kesehatannya, lantas bagaimana?”Arshaka memeluk Alana dengan sebal. “Kau terlalu mencemaskan mereka, Sayang. Kau tahu, kau terlalu perhatian dengan mereka berdua, dan hal itu membuatku cemburu,” rajuknya.“
“Bie, kau di mana?” teriak Alex, wajahnya kian panik ketika tak mendapati Bian berada di dalam kamar mandi.Ia pun bergegas mencari ke luar, bertanya pada beberapa petugas dan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar sana.Berlarian ke sana kemari dengan wajah panik dan cemas hingga nyaris putus asa. Alex duduk dengan berbagai asumsi yang memenuhi kepalanya hingga terasa ingin pecah.Perasaannya begitu kalut, ia takut jika Bian benar-benar pergi dan berniat untuk bunuh diri.Akhirnya Alex memilih duduk di kursi penunggu, berusaha untuk menjernihkan pikiran. “Tidak! Tidak boleh! Aku tidak akan pernah membiarkannya pergi dari hidupku!” racau Alex dalam hati sambil memegangi kepalanya.Terlihat seseorang yang mendekati Alex dan berhenti di depannya. Alex memandangi kaki yang dibalut celana panjang yang menutupi sandal yang di kenakannya. “Kau sedang apa?”Alex tersentak dan langsung menengadahkan wajahnya untuk melihat suara yang telah menyapanya itu. Alex tersenyum senang, ia bangki
“Dokter, bagaimana kondisi Arshaka?” tanya Alana dengan cemas. Pasalnya tubuh Arshaka terlihat lemah hingga harus diberi cairan infus.Alex yang dikabari Alana bahwa Arshaka jatuh pingsan langsung lari terbirit-birit, begitu cemasnya karena Arshaka tak pernah pingsan dengan mudahnya.Bahkan ketika peluru masih bersarang di tubuhnya, ia masih bisa bertahan dan mampu terjaga tanpa menunjukkan kelemahan juga rasa sakit yang dirasa.“Kondisi tubuh Tuan Arshaka menunjukkan kondisi yang prima, juga tanda-tanda vitalnya berfungsi dengan baik. Hanya saja sedikit lemas karena kekurangan cairan. Namun Jika ingin memastikan kondisi pastinya, saya sarankan untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh,” terang Dokter Edwin, Dokter umum yang berkepala plontos itu setelah selesai memeriksa keadaan Arshaka. Karena Gilang, kepala Tim Dokter yang ditunjuk oleh Arshaka sudah dipecat dan tak lagi bekerja.Setelah Dokter dan para perawat pergi, Alana memeluk erat Arshaka. Rasa cemasnya begitu berlebihan
“Apa yang telah terjadi padamu?” tanya Bian dengan nada cemas setelah melihat luka di sudut bibir Alex.Alex tersenyum seraya menggeleng pelan. “Tak apa-apa, laki-laki memiliki luka itu sudah biasa,” canda Alex.Arshaka melihat Bian dan berpikir sejenak lalu berkata, “Alea, setelah kau sembuh, apakah kau masih berminat jika kembali menjabat sebagai Kepala Tim Dokter di Rumah Sakit ini?” ucap Arshaka yang membuat Bian terperangah tak percaya.“Shaka, luka di tubuhnya masih belum sembuh. Lagi pula, identitasnya sudah berubah. Aku khawatir kredibilitasnya sebagai dokter akan diragukan mengingat sekarang ia bukanlah orang yang sama,” sela Alex.“Bukankah aku berkata jika sudah sembuh bukan? Dan ini hanya sebuah tawaran baginya, dan mengenai identitasnya bukankah sangat gampang bagi kita untuk mengurus hal tersebut?” ucap Arshaka menatap Alex dalam.“Apakah kau tak senang jika Alea kembali menekuni bidang yang disukainya? Setidaknya, ia bisa beraktivitas seperti sedia kala meskipun dengan
Secara tiba-tiba seseorang dari belakang Alex datang, membalikkan tubuhnya dan langsung meninju wajahnya dengan keras hingga membuat Alex terhuyung-huyung dan jatuh karena belum siap akan pukulan itu.Bibit Alex robek, darahnya mengalir hingga menetes ke bajunya. Alex menengadahkan wajahnya untuk melihat siapa pelaku dibalik aksi pemukulan terhadap dirinya itu.Seketika Alex terdiam melihat sosok di hadapannya itu yang menampilkan ekspresi murka dan aura membunuh.Arshaka yang terkejut lantas menolong Alex untuk berdiri, menatap laki-laki di hadapannya itu dengan tajam. “Dokter Gilang, apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?” tanya Arshaka menahan amarah.“Maafkan saya, Tuan Arshaka. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda, akan tetapi, saya sudah tidak bisa menahan diri lagi ketika melihat Kiara disakiti. Jadi saya mohon untuk tidak ikut campur dalam masalah diantara kami,” ucap Gilang.“Bukankah hal ini masalah pribadi antara mereka? Seharusnya mereka berdualah yang harus men
Bian menoleh ke arah Alex dengan tatapan hampa. “Bisakah kau mengabulkan keinginanku?”Alex merasa bersemangat mendengar suara Bian untuk pertama kalinya. Ia mengangguk senang sambil tersenyum lebar.“Tentu saja, bukankah aku pernah bilang bahwa apapun yang kau inginkan, aku pasti akan berusaha mengabulkannya,” ucap Alex sambil menggenggam tangan Bian erat.“Bisakah kau membunuhku? Aku sudah tak ingin lagi hidup di dunia ini. Aku mohon Alex lepaskan aku, biarkan aku mati!” ucap Bian lirih yang membuat senyum Alex seketika menjadi luntur, terpaku diam dengan bibir terkatup rapat.Alex menatap Bian dengan pandangan nanar, hatinya begitu sakit mendengar keinginannya. Seakan dunianya runtuh seketika tak tersisa.Alex tentu sangat memahami kondisi mental Bian, namun ia memilih untuk bersikap egois dengan ingin mempertahankan Bian disisinya.“Apakah kau begitu menginginkan kematian?” tanya Alex, suaranya tercekat seakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya.Bian mengangguk seraya m
Arshaka terkejut bukan main, tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, ia langsung bergegas menuju ke tempat Alana diperiksa. Dengan setengah berlari dan dipacu jantung yang berdegup tak karuan memikirkan kondisi Alana, Arshaka bergegas tanpa menghiraukan kondisi sekitar. Hingga para perawat dan beberapa orang yang berlalu lalang tak sengaja ditabrak olehnya.Melihat mertuanya sedang berdiri di luar ruang periksa, Arshaka menghampiri mereka lantas bertanya dengan nada cemas. “Pa, Ma, apa yang terjadi?”“Shaka, kau sudah kembali, Nak? Apakah ada yang terluka?” tanya Reyhan pada menantunya itu.“Maaf, Pa. Sebenarnya aku ingin memberi kabar pada Alana, tapi masih belum sempat karena masih banyak yang harus diurus terlebih dahulu. Apalagi banyak dari anak buahku yang terluka dan harus mendapatkan penanganan langsung,” jawab Arshaka.“Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada Alana? Kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?”“Kau jangan cemas, Alana tak terluka sedikit pun. Ia hanya terlihat lema