Share

Dek Ajeng & Mas Abim
Dek Ajeng & Mas Abim
Author: Ceeri

Ajeng Dwi Ayu

Author: Ceeri
last update Huling Na-update: 2025-03-21 08:35:22

•• ༻❁༺ ••

Ketika laun-laun mentari pergi ke peraduannya, terpancang pula keindahan langit berhiaskan semburat lukisan jingga. Pesona sore seakan turut membingkai kesunyian Abimana Abrisam. Dia termenung seraya menatap kemegahan cakrawala, diam memikirkan sang istri tercinta yang saat ini berada di rumah.

Ajeng, Ajeng Dwi Ayu; ialah wanita istimewa dengan segala kecantikan yang dia miliki. Mata bulat, kulit putih nan mulus, juga rambut hitam yang panjang dan halus, sungguh menawan untuk dipandang.

Ajeng telah seutuhnya memengaruhi pikiran Abimana. Pria itu tengah mengulang kembali peristiwa bahagia tahun lalu kala dia dan Ajeng melangsungkan ijab kabul di depan orang tua mereka dan juga sanak saudara yang hadir.

Menjelang setahun pernikahan mereka, kebahagiaan sejoli tersebut akhirnya terlengkapi. Kehamilan Ajeng merupakan hadiah terbaik di sepanjang usia Abimana. Dia bahkan telah menyusun dan mempersiapkan hari khusus demi menanti kelahiran si buah hati.

Enggan terlambat pulang menyebabkan Abimana bergegas mengemasi barang-barangnya. Langkah diayun cepat menyusuri koridor yang mulai sepi. Beberapa karyawan tentu sudah lebih dahulu meninggalkan ruangan mereka, ada juga yang kedapatan baru akan pergi.

"Sore, Pak!"

"Dim, Mau pulang juga?"

"Iya nih, Pak. Yang lain udah ninggalin saya."

"Kamu lelet, sih! Makanya sering ditinggal."

"Aduh, Pak. Merekanya aja yang kesetanan. Enggak pernah santai setiap jam pulang—nuwun sewu, Pak! Saya duluan, ya."

"Silakan, Dimas!" Abimana tertawa maklum, menggeleng-geleng menyaksikan stafnya yang saat ini berlari di depan dia.

-----

Ketika bertemu seseorang yang cocok, sebuah ikatan pun dapat terjalin. Entah itu pertemanan, asmara, maupun pertemanan berujung asmara. Dan di perjumpaan pertama, Abimana langsung memutuskan untuk mempersunting Ajeng Dwi Ayu tanpa perlu menjajaki masa pendekatan.

"Ngapain, Dek? Kok salam Mas enggak dijawab?" Abimana menghampiri istrinya yang tengah duduk berleha-leha di ruang bersantai. Dia tak lupa mendaratkan kecupan singkat di kepala.

Sepasang kakinya naik ke atas sofa, Ajeng bersandar menyamping pada bantal-bantal persegi yang saling berimpit. Sekilas dia melirik Abimana dan berkata, "Iseng aja. Ini Adek lagi menonton live Xhopee. Tokonya ngadain diskon gede-gedean, mana tau ada yang bagus."

"Udah makan?"

"Eh, itu Mas. Maafin Adek, ya. Tadi Adek keburu lapar, jadi makan duluan. Tapi, Mumu udah masak, udah siapin makan malam buat Mas." Ajeng menurunkan kedua kakinya, disusul Abimana duduk di sebelah dia.

"Adek cape, ya?" tanya Abimana sambil meneliti wajah istrinya.

"Enggak kok, Mas."

"Terus, kenapa bukan istri Mas ini yang nyiapin makan malam buat Mas? Padahal Mas kepingin ..."

"Mas, masakan Adek atau bukan enggak ada bedanya. Mas sendiri bilang masakan Mumu enak. Masih ingat 'kan?"

"Iya, sayang. Mas tahu. Tapi, tetap aja buat Mas masakan Adek itu spesial. Efeknya luar biasa setiap kali Mas dimasakin makanan sama Adek. Enaknya jadi berlipat ganda, Mas merasa disayang banget."

"Ya mau gimana. Kapan-kapan deh adek masakin. Hamilnya ini bikin Adek bosan di dapur, apalagi masak." Nada suara Ajeng terdengar manja, ditambah muka cemberut yang kerap menunjukkan betapa menggemaskannya dia.

"Oh, karena jagoan kecil kita ini? Jadi, Mas memang harus mengalah dong, ya?!" Ajeng mengangguk lucu dengan bibir maju seperti paruh bebek. "Sehat-sehat di dalam ya, Nak," kata Abimana seraya mengelus-elus perut istrinya. "Apa hanya penglihatan Mas aja atau memang perut Adek mulai membesar. Coba Adek perhatikan! Lebih menonjol 'kan daripada yang kemarin-kemarin?"

"Iya, Adek kira juga begitu. Mirip perut badut kalau dari cermin." Ajeng tersenyum tipis, turut senang saat telempap suaminya yang lebar menangkup dan memberi sapuan penuh kasih sayang pada permukaan perutnya.

"Mas mandi dulu, nanti ke sini lagi."

"Habis mandi Mas makan dulu. Entar makanannya makin dingin, loh. Adek enggak suka Mas melalaikan jam makan. Kebiasaan Mas di kantor enggak boleh dibawa pulang. Lama-lama Mas bisa sakit."

"Iya, sayang. Mas janji bakal langsung makan." Abimana beranjak ke lantai dua, menuju kamar mereka. Istrinya betah di sofa, masih dengan ponsel dan live streaming yang dia saksikan.

-----

"Aku ragu bisa ikut atau enggak," sahut Ajeng sambil memutar-mutar helai rambutnya. Dia sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. "Udah aku bilang 'kan, aku harus minta izin dulu, Jes."

"Kamu ini gimana sih, Jeng? Memangnya kita mau ngapain? Masa iya minta persetujuan dulu cuma buat senang-senang? Yang benar aja?! Zaman udah berubah kali."

"Mas Abim beda, Jes. Dia bukan tipe yang oke-oke aja. Aku enggak bisa ikuti saran kamu. Apapun alasannya, aku wajib jujur dan izin dulu."

"Terserahlah! Kalau malam ini kamu belum juga ada kabar, kami bakalan pergi tanpa kamu, Jeng."

"Enggak bisa begitu—loh, kok dimatiin?! Ajeng berdecak kesal sambil menatap layar ponselnya.

"Siapa yang telepon, Dek?"

"Teman Adek Mas. Mas udah jadi makannya?"

"Baru selesai."

"Sendirian aja?" Abimana spontan mengangguk. "Tumben enggak minta ditemenin Adek."

"Enggak apa-apa, sayang. Barusan Adek ngomong sama siapa?" Kali ini Abimana duduk di seberang istrinya.

"Udah Adek jawab, Mas. Itu dari teman Adek." Tiba-tiba Ajeng teringat rencana perginya. "Mas, ada yang mau Adek bilang."

"Bilang apa, hem? Apa yang menyebabkan istri Mas ini cemberut."

"Adek bingung. Teman Adek rencananya mau mengajak hangout, yang di telepon tadi. Adek boleh ikut enggak?"

"Ke mana?" Abimana berusaha menjawab tenang, meski kernyit di dahinya muncul lebih dini. Dia tidak pernah suka terhadap ide bepergian Ajeng jika tanpa dirinya.

"Paling ke mal, Mas. Shopping, ke bioskop. Atau juga hunting jajanan baru." Ajeng melipat bibir selagi menunggu tanggapan suaminya. Ragu pun memenuhi pikirannya kala menyadari bahwa suaminya tidak akan memudahkan ide bepergian itu.

"Kapan, Dek?"

"Besok, Mas. Jam sepuluh. Boleh ya, Mas?" Muka memelas dipampangkan. Ajeng hafal betul satu dari banyak kelemahan suaminya jika menyangkut dia.

"Tapi, Adek sedang hamil. Dokter bilang usia kandungan Adek belum dibebaskan buat melakukan banyak kegiatan. Kalau terjadi apa-apa dengan Adek atau bayinya, bagaimana? Adek juga harus pikirkan itu."

"Mas, Adek perginya enggak sendirian. Jangan melebih-lebihkan, dong! Lagian, Adek sering kok menjumpai wanita hamil di mal. Aman-aman aja sepanjang mereka ada di mal itu."

Nada bicara Ajeng merendah, sarat rengekan di dalamnya. Dia tidak pernah berkata lantang, sangat bukan dirinya ataupun Abimana. Mereka terbiasa saling berbicara dalam intonasi halus.

"Mas enggak bermaksud begitu, sayang. Cuma mengingatkan perkataan dokter tempo hari. Apa Mas salah mengkhawatirkan kondisi istri dan calon anak sendiri?"

Tatapan Abimana berubah mengintimidasi, meski tidak ada kekerasan pada setiap penggalan kata yang diucapkan. Ya Tuhan, bahkan seluruh keluarga dari kedua belah pihak pun tahu betapa besar rasa cinta lelaki ini kepada istrinya. Ajeng kerap dimanjakan. Tiada sekalipun Abimana bertindak kasar, meski sebuah ketidaksengajaan.

"Pokoknya Adek mau pergi, udah janjian dari minggu lalu ke mereka." Ajeng menunduk, muka cemberut dan bibir yang maju tadi tidak juga berubah. Gemas sekali, pikir Abimana.

Jangka mendengar rengekan istrinya itu, Abimana lantas mendesah pasrah dengan kepala tetap dingin. Sepertinya dia perlu mengenyahkan pikiran-pikiran buruk yang melintas di benaknya. Sembari Abimana bangkit; berniat untuk kembali ke kamar mereka, dia lalu berkata lagi, "Mas bisa apa kalau Adek udah ngotot begini? Tapi, Mas benar-benar memohon sama Adek, jangan melalui batas! Pertimbangkan kondisi Adek buat kebaikan Adek dan bayinya juga. Sampai di sini paham 'kan, iya?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Senda gurau yang bikin Ajeng geram

    •• ༻❁༺ •• Di sepanjang perjalanan tawa jenaka dan senda gurau meramaikan suasana. Kegembiraan terpancar jelas di wajah-wajah nan cantik. Mereka begitu antusias. Sesekali salah satu teman Ajeng melantunkan lirik yang sengaja mereka putar dari tape mobil, Lisa namanya. "Ajeng, bukannya kamu bilang suamimu enggak kasih izin? Kok tiba-tiba bisa ikut kita? Kalau suamimu marah, bagaimana?" Jeslyn melanting tanya sebagai pembuka obrolan di antara mereka. "Lis, menyetirnya yang fokus. Nyanyi-nyanyi enggak jelas begitu enggak bikin laju mobilnya bertambah, Lis." "Jangan cerewet, Jes! Aku yang menyetir. Kamu hanya perlu duduk manis di situ dan biarkan maestro beraksi." "Pokoknya aku udah ingatkan ya, Lis. Kamu gede belagunya doang soalnya, padahal sering menabrak pembatas jalan." "Kalem kenapa sih, Jes?! Di mana-mana selalu kamu yang bising." Tahu-tahu yang lain menyeletuk, dia Gisca. "Aku enggak minta pendapat kamu, tuh. Kamu sendiri suka menye

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Abimana Abrisam

    Abimana membubuhkan goresan pena di halaman terakhir proposal, menandakan tugasnya dalam mengecek berkas-berkas itu pun tuntas. "Masuklah!" seru pria ini saat mendengar ketukan pintu dari balik ruangannya. "Pak, ini kopi Anda. Satu jam lagi Tuan Lim akan tiba. Beliau bilang ingin menemui anda untuk membicarakan demo produk di cabang di Kalimantan." Diana/sekretarisnya menuturkan. "Saya sudah baca e-mail yang dia kirim. Tolong kamu siapkan semuanya, ya." "Baik, Pak." Diana membungkuk sopan sebelum meninggalkan atasannya itu. Embusan napasnya terdengar berat, Abimana tampak lesu kali ini. Padatnya jadwal pertemuan bisnis dan proyek yang harus dituntaskan membuat dia berangsur-angsur merasakan jenuh. Usai merapikan lagi berkas-berkas yang sudah rampung diperiksa, dia mengangkat gagang telepon di sisi kanannya. "Dimas, tolong ke ruangan saya sekarang. Saya sudah baca semua proposal yang kamu kirim kemarin." Lima menit berikutnya pria jangkung tersebut sudah muncul, bergeg

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Jamuan hangat yang terlewatkan

    Ajeng dan teman-temannya masih betah duduk di kafe yang letaknya tak begitu jauh dari mal. Seraya bercakap-cakap mengenai banyak perkara, meskipun sebagian terkadang tidaklah begitu penting, mereka memesan teh tawar berikut cheesecake, tiramisu juga beberapa penganan manis lainnya. "Girls, luar biasa ya permaisuri kita yang satu ini! Kalau dibiarin dia pasti memborong habis barang-barang bermerek di butik tadi." Jeslyn amat bersemangat mengutarakan pernyataan itu di depan teman-temannya, berdecak ketika menjumpai si empu yang dimaksud seakan tidak mendengarkan dia. "Kami takjub sama kamu, Jeng. Segampang itu ya suami kamu kasih kartu kredit, bukan cuma satu lagi." Lisa menyambung sembari menyesap pelan-pelan teh chamomile miliknya. "Bagi ke kita kali, Jeng. Satu aja juga udah cukup buat bertiga. Ya enggak, Lis?" "Kapan lagi 'kan bisa belanja-belanja banyak tanpa harus pusing mikirin dompet menangis?!" sahut Lisa, menanggapi perkataan Jeslyn tadi. "Silakan kalian bermimpi se

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Maafin Adek, Mas

    Berani berbuat harus berani bertanggung jawab. Ulahnya menyebabkan sang suami kelimpungan menunggu dia pulang. Ajeng pun merasa waswas begitu tiba di kediaman mereka. Hanya waswas, bukan perasaan takut. Terkadang dia memang keras kepala. Beruntungnya saat dia sudah di rumah, Abimana masih berada di luar. Dengan langkah terburu-buru dia melepaskan sandal dan masuk ke rumah. "Bu ..." Mumu menyapa saat keduanya berpapasan di ruang tengah. "Tadi Bapak cari Ibu. Dia pergi ke jamuan makan malam dari salah seorang rekan bisnisnya. Saya diminta menyampaikan ini ke Ibu. Bapak juga sudah menghubungi ponsel Ibu berulang-ulang, enggak aktif katanya." "Mas Abim udah pulang?" "Belum, Bu." Mumu menjawab seadanya. "Ya udah, aku mau langsung ke kamar aja." Perasaan Ajeng berubah tenang usai tahu dia pulang lebih awal daripada suaminya. Langkahnya pun diayun lambat menaiki anak tangga, "Tolong kunci pintunya ya, Mumu." "Baik, Bu," sahut Mumu. Di dalam kamar Ajeng

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Romantika di malam yang indah

    Proyek di Kalimantan akan segera di mulai. Abimana harus siap menghadapi schedule resminya. Apalagi dia menerapkan sistem deadline demi mencapai kedisiplinan kerja. Tumpukan berkas satu-persatu disusun rapi. Kedua tangannya masih menari-nari di atas keyboard laptop, tiada terkecoh akan suasana gelap yang sedari tadi menggeser keberadaan siang. "Pak, udah jam sembilan lewat," kata Dimas, hanya mengingatkan. Dia menghampiri Abimana ke ruangan sambil membawa map berisi laporan baru. "Ini hasil rapat pagi tadi, Pak. Saya sudah mencantumkan seluruhnya."Abimana hela napasnya agak panjang. Letih kini menguasai dia dan tubuhnya mulai merespons dampaknya. "Besok saya periksa," ucap Abimana singkat sembari merenggangkan otot-ototnya. "Taruh di sini aja!" Sekian kalimat penutup yang terucapkan, Abimana berencana pulang.Dimas pun seketika menaruh kertas-kertas di permukaan meja Abimana. Dia enggan ketinggalan, justru hendak bergegas keluar lebih dahulu. "Sampai besok, Pak. Hati-hati," tuturny

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Satu kesalahan belum cukup bagi Ajeng

    Lagi dan lagi kejadian serupa terulang. Ajeng lupa waktu. Dia dan Jeslyn sedang berbincang-bincang. Tak jarang tawa terlepas secara bergantian atau pun serempak, menikmati bagaimana si pelayan begitu lihai saat memberi pijatan pada punggungnya. Sementara, pelayan lain sibuk merapikan kuku-kuku kakinya. Hampir dua jam dia dan si wanita gummy smile itu bersantai, menghabiskan waktu mereka di sebuah salon ternama di Jakarta.Semua penata rambut di salon ini mahir beragam bahasa. Bagaimana tidak, mereka sudah menjalani pelatihan dan mengikuti kelas di Kota New York selama dua tahun. Kemampuan meraka dalam berbahasa Inggris tidak main-main, mereka sungguh dapat menerapkannya dengan pelafalan yang fasih. Tidak mengherankan jika Black Pearl adalah salon populer di Jakarta. Melayani orang asing yang sedang bekerja atau memang sedang menetap di Ibu Kota, sudah menjadi keseharian bagi mereka. Keuntungan dari pengalaman saat berada di luar negeri membuat mereka menjadi sangat ahli dalam menanga

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Kejutan menegangkan oleh Jeslyn

    Royal Tulip, Bogor, Jawa Barat adalah sebuah kawasan hotel juga vila pribadi yang menyajikan pemandangan khas pegunungan. Banyak fasilitas menarik di tempat ini, salah satunya adalah kolam renang yang memang tersedia di beberapa gedung vila. Dan Jeslyn termasuk pemilik vila mewah tersebut. Lokasi kolam renang berada di titik yang tepat, berhadapan langsung dengan area perbukitan hijau. Belum cukup sampai di situ, vila ini dilengkapi bar serta ruang gym sederhana berisi tiga unit alat fitness. "Pilihan yang bagus, Jes. Tadinya aku sempat berpikir kalau liburannya tidak segini mewah. Aku telanjur kecewa karena kita batal menginap." Lisa meluapkan kepuasannya ketika dia dan Jeslyn tengah berendam di kolam renang. Berbeda dengan Gisca juga Ajeng yang kini duduk santai tak jauh dari situ. Kedua perempuan itu tengah meresapi udara sejuk yang menyegarkan pernapasan mereka. Lalu, sejemang Ajeng beranjak mengambil minuman dingin rasa buah yang tersaji di meja."Apa boleh buat, daripada gagal

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • Dek Ajeng & Mas Abim   Murka seorang Abimana

    Abimana mendadak terserang cemas. Pesan singkat yang diterima dari istrinya membuat dia kelabakan, sangat gelisah. Tanpa pikir panjang dia menarik tuas persneling dan menekan kuat pedal gas. Mobilnya melaju dalam kecepatan tinggi. Apalagi yang harus dia perbuat selain berupaya sekeras mungkin agar tepat waktu tiba di tempat?! 'Perut Adek sakit, Mas. Tapi, Adek udah minum obat pereda nyeri. Mas bisa jemput Adek ke Bogor, enggak?' Begitulah pesan yang dibaca Abimana beberapa menit lalu, sehingga mengakibatkan tubuhnya refleks menyambar kunci mobil di atas nakas; bergerak tangkas saking ketakutan akan terjadi hal buruk pada istrinya.Rasa waswas kian bertambah kala Ajeng tak menjawab teleponnya. Banyak asumsi hilir mudik di benak Abimana dan semua dugaan menyeramkan itu justru mendorong ketegangan ke tengah suasana. Jarang sekali dia mengumpat. Dan kini justru berkali-kali mengeluh. Dia bahkan nyaris mengumpat sebab mobilnya tak bisa lebih cepat lagi; sudah di angka maksimal. Perjalanan

    Huling Na-update : 2025-03-28

Pinakabagong kabanata

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Melalui bahasa kejujuran, kehangatan pun terjalin

    Seorang office boy menurunkan dua cangkir kopi ke permukaan meja. Alvian Lim masih di situ, berbincang-bincang dengan Abimana mengenai projek perusahaan juga rencana liburan mereka. Karier Alvian Lim di bidang periklanan patut diapresiasi. Ide-idenya kerap brilian, mengikuti perkembangan zaman dan selera pasar. Maka dari itu, banyak pebisnis senior maupun dari kalangan pemula memilih untuk memakai jasanya. Salah satunya tentu saja Abimana Abrisam. Pria ini justru dari kapan waktu hendak bekerjasama dengan teman lamanya itu, meski padatnya daftar di dalam buku kerja Alvian Lim menyebabkan Abimana butuh menunggu hingga tiga tahun. "Ajeng masih harus menunggu reaksi ayah dan ibu, Vin. Aku enggak bisa memutuskan sepihak, walau sebenarnya aku yakin ayah ibu pasti mengerti. Cuma, pikiran aku ke Ajeng. Kalau dia belum benar-benar siap atau rela, mungkin rencana pindah ke Kalimantan bakal tertunda sampai dia bersedia.""Moodnya juga pasti naik turun. Maklum ajalah, Bro. Ibu hamil gampang str

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Obrolan berkasih melalui Video Call

    Sembari menganalisa laporan yang dikirim dari Kalimantan, Abimana Abrisam juga sedang mengobrol dengan istrinya melalui Video Call. Padahal pagi tadi pun mereka mencuri-curi waktu dan situasi untuk bermesraan. Namun, seakan jarak rumah ke perusahaan merupakan kilometer panjang, Abimana sering merasakan kerinduan yang menyiksa pikirannya. "Dek, Mas pulang aja deh, ya. Kita pergi kek ke mana. Atau mau check in hotel enggak, sayang? Yang kolam renangnya privat. Kayaknya asyik sekali, serasa kita bulan madu lagi.""Mas, jangan ngaco ih! Ada Kak Juna di rumah, kok malah kamu mau kelayapan.""Biar bebas, sayang. Soalnya Mas jadi sungkan mau dekat-dekat sama Adek. Entar disangka enggak tau adat dan sopan santun.""Bukannya ada Kak Juna atau enggak, Mas tetap aja menempel ke Adek? Buktinya pas sarapan tadi Mas minta disuapin. Diliatin Kak Juna dan Kak Alyssa juga Mas enggak peduli tuh." "Hehe, biarin ah! Mau dikata norak juga Mas bodo amat, Dek. Mas udah telanjur kecintaan dengan yang nama

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Berbincang dari hati ke hati adalah sebuah solusi

    "Kak Juna, aku enggak tau kalian berdua ada masalah apa. Tapi, Kak ... Ajeng ngerti banget menangis adalah batas dari kesabaran emosi seseorang. Entah kesedihan, marah, kecewa, apapun itu bukanlah sesuatu yang baik untuk dipendam. Dengan kondisi Kak Alyssa yang juga sedang hamil, reaksi emosional berlebihan bisa mengganggu perkembangan pada otak janin. Please, Kak ... buat sementara waktu Kakak yang harus lebih banyak bersabar. Suasana hati wanita hamil enggak ketebak, Kak. Terkadang kita bisa tiba-tiba aja ngerasa seperti orang yang paling malang atau kek yang udah cape banget menghadapi hidup." Arjuna dan Alyssa serempak bungkam, masing-masing memandang ke arah berlainan juga perasaan yang kontras. Arjuna menyadari jantungnya berdebar kencang. Terselip bangga saat mendengar segitu luas pemahaman adiknya sekarang. "Aku mau keluar. Kamu di sini dulu temani Alyssa, ya. Aku pasti balik lagi kalau semuanya udah lebih dingin.""Jangan lama-lama ya, Kak. Kasihan Kak Alyssa. Ajeng juga ha

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Dua sisi di antara Arjuna san Alyssa

    Pulang ke Indonesia merupakan keputusan tunggal oleh Arjuna Eka Angga setelah dia melewati minggu-minggu untuk pertimbangan matang. Dia tak lagi merasa cocok bekerjasama dengan rekan-rekan maupun agensinya di Prancis. Maka dari itu, berangkat ke negara asalnya menjadi pilihan paling bijak menurut dia. Daripada harus terpaksa melibatkan diri ke dalam suasana lingkungan kerja yang tiada selaras. Namun, tentu semuanya itu bukan hanya tentang dia dan kenyamanannya. Setelah menikah, segala hal dalam kehidupan akan selalu berkaitan dengan pasangan. Mustahil Arjuna mengabaikan begitu saja opini Alyssa Chloe selaku istrinya. Lebih dari siapapun, wanita tersebut sudah sangat tahu seluk beluk personal dia, termasuk bagian terkelam. Alyssa hafal siapa/bagaimana ayah dan ibu Arjuna di Indonesia, tahu jika kedua paruh baya ini adalah keluarga angkat; sepasang suami istri yang mengambil Arjuna dari panti asuhan. Rahasia Laksmana Cahyani pun turut diketahui Alyssa, menyangkut status Arjuna. Sampa

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Sebuah fakta di balik sosok Arjuna Eka Angga

    Kamar hening kian senyap oleh suasana siang yang begitu tenang. Arjuna Eka Angga duduk diam di atas kasur, menghadap ke jendela bertutup tirai renda. Sikunya bertumpu di atas lutut dengan jemari menahan dahi. Gerangan beban apa yang sepertinya sungguh berat dia pikul. Nyatanya Arjuna tidak terlihat segitu senang. Di sini dia menumpahkan gulana itu kepada ruangan hampa. Kala dia tengadah, dapat terbaca luka yang menyedihkan. Arjuna meneteskan kepedihannya. "Jun ..." "Alyssa ..." Teguran lembut tadi tak pula mengakibatkan Arjuna panik, seolah tiada rahasia di antara mereka. "Kamu, okay? Sebelum aku pergi kamu masih baik-baik aja." "Nothing, you don't need to worry--gimana hangout tadi? Kamu happy?" "Lumayan. Adik kamu baik. Dia banyak omong sama aku. Aku rasa kita bakalan cepat akrab." "Bagus 'kan? Kamu jadi enggak perlu nethink lagi soal pergaulan di sini. Aku perhatiin juga kamu sendiri gembira pas bareng Ajeng." Alyssa sudah berada di samping Arjuna usai menaruh b

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Hangout bareng kakak ipar bag II

    •• ༻❁༺ •• Apalagi kalau bukan semangkuk baso?! Ajeng menyarankan suguhan itu kepada kakak iparnya dan Alyssa menyetujui dengan suka rela. Mereka duduk di gerai baso ternama di Ibu Kota. Gerai tersebut bahkan viral di sosial media. Tiada hari tanpa ramainya pengunjung, atau perlu sedikit kesabaran sampai pesanan bisa disajikan. Namun, situasi tersebut tiada pula menyurutkan niat Ajeng untuk mencicipi baso berbentuk gepeng itu. Dia memiliki pendukung di sisinya, Alyssa bersedia menemani dia tanpa keluhan. "Mirip bola daging, ya. Tapi, teksturnya beda. Ini kenyal, dan juga empuk. Saya belum pernah makan yang seperti ini." "Jadi, kakak suka enggak rasanya?" Ajeng bertanya usai dia menyeruput kuah basonya. "Ehm, yah ... rasanya nyaman saja dimakan. Kayak sup 'kan? Mungkin saya enggak akan keberatan buat makan ini seminggu dua kali." "Tadinya aku pikir Kak Juna udah pernah mengajak kakak makan makanan ini di Prancis. Soalnya dia sangat suka baso, Kak. Dulu, sebelum Kak Juna berangkat

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Hangout bareng kakak ipar

    •• ༻❁༺ ••Hari ini Ajeng berencana mengajak kakak iparnya berjalan-jalan ke mal terbesar di Jakarta. Mereka bisa berburu perlengkapan bayi yang lucu-lucu atau barangkali menikmati pijatan khusus bagi ibu hamil. Terdengar menyenangkan saat Ajeng mengutarakan niatnya. Raut Alyssa si ipar pun praktis berubah antusias. "Aku sudah lama sekali ingin memiliki teman yang bernasib sama denganku. Dan ternyata ini jauh lebih baik dari harapan—adik iparku sendiri." Di dalam mobil, keduanya mengisi perjalanan dengan beragam topik obrolan. "Agak terlambat. Tapi, aku senang bisa bertemu Kakak sekarang. Kalau dilihat-lihat kehamilanmu masih baru, ya? Perut kita sangat berbeda. Lihat saja bagaimana gendutnya aku ini dengan perut segini besar dan bulat." "Kamu salah. Biarpun enggak sebesar perutmu, kehamilanku ini sudah berusia tujuh bulan.""Benarkah?! Astaga!" Ajeng melotot heran, memperhatikan sekali lagi perut Alyssa yang memang hanya setengah ukuran perutnya. "Aku enggak mengira bulan persalin

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Perubahan baik datang begitu saja

    •• ༻❁༺ ••Bunyi tubrukan sendok dan juga piring lirih meramaikan meja makan di waktu sarapan kali ini. Masih di sekitar bandara, mereka memutuskan untuk memilih salah satu restoran yang kerap ramai di jam-jam makan. Kendati, pada giliran mereka beruntung tempat itu tidak penuh seperti biasanya. "Jun, Ayah bersyukur perjalanan kalian lancar-lancar aja sampai ke sini. Gimana keadaan istrimu? Sedang hamil begitu, apa tidak mengalami mual sepanjang penerbangan.""Enggak, Yah. Walau ini kehamilan pertama, Alyssa enggak pernah menghadapi hal-hal aneh apalagi yang mengancam kesehatannya. Dia bahkan enggak ngerasain mual.""Wah, itu jarang terjadi. Kalau di sini masyarakat menyebutnya hamil kebo. Kadang ibu-ibu muda yang tengah hamil justru bisa sama sekali enggak mendapatkan kendala. Segala aktivitas jadi berlalu seperti orang-orang pada umumnya." Cahyani menyambung obrolan tersebut."Hamil kebo?!" Bunga Alyssa Chloe, menantu keluarga Wicaksono ini menyahut seketika. Tergiring rasa penasara

  • Dek Ajeng & Mas Abim   Arjuna Eka Angga

    •• ༻❁༺ ••"Ini kenapa jadi sempit, sih? Minggu lalu 'kan baru aku pakai dan masih nyaman juga." Agaknya kemeja yang ingin dikenakan Ajeng tak lagi muat di badannya. Ajeng berencana tampil sebagus mungkin di hadapan kakak dan kakak iparnya. Terlebih dia paham betul segitu modis keduanya dalam berbusana. "Aduh, enggak bisa dikancing ..." Ajeng merengek dengan kelopak mata berkaca-kaca. Rasa rendah dan tidak percaya diri muncul dalam sekejap untuk merusak suasana hatinya. "Ada apa? Kok ngomel-ngomel sendirian, Dek?" Abimana keluar dari kamar mandi, sedang mengeringkan rambutnya menggunakan selembar handuk. Dia menghampiri Ajeng dan langsung berdiri di depan istrinya tersebut. "Bajunya kekecilan, Mas. Adek lagi kepingin banget pakai yang ini.""Masih ada yang lain, buat apa Adek menangis begitu cuma gara-gara baju?" Seraya memberi saran Abimana beringsut ke ranjang, mengambil pakaiannya untuk dikenakan. "Nanti ayah ibu menunggu, loh.""Adek bingung mau pakai yang mana. Di lemari isinya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status