Accueil / Romansa / Dark Secret 2 [Mentari] / Rumah Ini dan Kesiapan Mentari

Share

Rumah Ini dan Kesiapan Mentari

Auteur: PRINCESSA
last update Dernière mise à jour: 2021-05-19 13:01:00

Langkah kaki Mentari terasa begitu berat memasuki rumah besar dan mewah yang dulu ia tinggalkan. Banyak kisah di sini. Banyak kenangan juga. Dan, sumber luka Mentari juga berasal dari sini. Tidak ada yang berubah secara signifikan. Semuanya masih sama. Terawat.

"Mami!"

Mentari menoleh cepat. Matanya menatap gadis yang semalam menyadarkannya betapa pentingnya arti sebuah keluarga. Mentari juga menyadari betapa ia sangat merindukan orang-orang terkasihnya di sini.

"Kangen," Lengan Mentari membelit erat tubuh gadis 8 tahun yang saat ini memeluknya. Bagian dadanya yang basah membuat Mentari tahu kalau gadis itu menangis tanpa suara.

"Maaf, Nak," bisik Mentari.

"Kamu kembali."

Mentari menoleh lagi. Kali ini ada sosok lain yang berjalan mendekat. Mentari tersenyum.

"Mas Genta apa kabar?" tanyanya.

Genta mengangguk pelan, "baik," jawabnya. Pandangannya jatuh pada Yosi yang belum menguraikan pelukannya pada tubuh Mentari.

"Kak, udah, biarin Mami istirahat dulu," tegur Genta.

Yosi melepaskan pelukannya sambil menunduk. Mentari tahu, gadis itu sedang berusaha untuk melindungi wajah basahnya.

"Mau dua!"

"Satu!"

"Dua!"

"Satu, Nak,"

"Dua, Bunaaaaa!"

Mentari menoleh menatap suara yang saling bersahutan dari arah belakangnya. Matanya langsung berkaca-kaca melihat wanita yang tengah menggendong seorang bocah berusia 2 tahun berjalan mendekat.

"Men...tari..."

Mentari mengangguk. Kini isakan pelannya mulai terdengar. Genta segera mengambil alih bocah 2 tahun itu dari gendongan Senja, istrinya. Pria itu membiarkan sang istri melepaskan rasa rindunya kepada sang kembaran.

"Aku kangen," bisik Senja.

Mentari ingin sekali mengeratkan pelukan mereka. Tapi wanita itu menahannya karena keadaan perut buncit Senja. Jelas wanita itu sedangan hamil besar.

"Aku juga kangen," balas Mentari.

Cukup lama keduanya berpelukan hingga suara lain terdengar kembali. Kali ini, Hasna yang datang mendekat. Wanita tua itu menatap punggung Mentari yang masih memeluk Senja.

"Ada tamu? Siapa, Kak?" tanya Hasna berbisik pada Yosi.

Yosi tersenyum lebar. "Hadiah ulang tahun Nenek," jawabnya.

Genta menahan kekehan geli mendengar jawaban asal putrinya. Sedangkan Hasna mengerutkan kening sambil meneliti lagi siapa wanita di pelukan Senja.

"Ayo, Ibu kangen sama kamu," Senja melepaskan pelukan mereka, lalu mendorong dengan pelan tubuh kembarannya agar berbalik.

Mentari langsung berjalan cepat menuju Hasna saat menyadari kehadiran mertua Senja itu. Apalagi dengan terbentangnya kedua lengan Hasna, membuat Mentari tidak tahan untuk segera memeluknya.

"Ya, Tuhan, Nak, akhirnya kamu kembali juga. Udah lama kamu pergi," ujar Hasna dengan perasaan yang lega luar biasa.

Senja tersenyum sambil mengusap pipinya yang basah. Wanita itu mendekati Genta dan lengan suaminya segera merangkul bahunya.

"Dua, Buna," Suara Yessi terdengar pelan.

Genta tertawa. Bisa-bisanya putri keduanya itu mengambil kesempatan untuk menawar di saat seperti ini. Sedangkan Senja mencebikkan bibir. Yessi memang menyalin sifat Genta yang tidak mudah menyerah.

"Anak Mas banget," keluh Senja.

Genta semakin tertawa saat Yessi menyengir lebar mendengar ucapan Senja. Bocah itu menatap Mentari yang masih memeluk Hasna.

"Capa tuh?" tanyanya.

"Mami," jawab Senja.

"Mami capa?" Yessi melirik Yosi yang menatap kesal padanya.

"Maminya Adek," jawab Senja lagi.

"Enak aja! Mami Kakak itu!" seru Yosi tidak terima.

"Mami Adek! Wleee!" Yessi mengejek Yosi membuat sang kakak melotot marah.

"Tuyul nyebelin!"

Yessi heboh sendiri di pelukan Genta saat melihat Yosi bersiap untuk menerkamnya. Bocah itu sampai manjat-manjat di tubuh Genta dan menjerit sambil mengatakan 'no'.

"Kak," tegur Senja karena pasti nanti malam putri keduanya itu akan mengigau saat tidur.

***

Mentari tertawa melihat tingkah lucu kedua putri kembarannya. Yosi dan Yessi. Dua keturunan Senja dan Genta yang selalu saja ada tingkah menggemaskan.

Karena baru saja kembali, Mentari tidak dilepaskan oleh keduanya untuk bebas barang sejenak pun. Ke mana wanita itu melangkah, Yosi dan Yessi pasti akan mengikutinya.

"Kakak sama Adek gak capek ngikutin Mami terus dari tadi?" tanyanya.

Yosi dan Yessi saling pandang, lalu keduanya kompak menggeleng. Cengiran lebar yang mereka berikan membuat Mentari mau tak mau menghela napas. Kelehan gelinya tak dapat terhindarkan saat pintu kamar diketuk, lalu Senja masuk.

"Ya, Tuhan, Nak, ini udah jam berapa sampai kalian masih aja gangguin Mami? Siap-siap sana! Buruan!" Senja berkacak pinggang menatap kedua putrinya.

Yosi dan Yessi mencebikkan bibir sebelum berlalu dari kamar Mentari. Mereka tidak mau membuat Senja mengamuk. Wanita itu lebih mengerikan kalau sedang kesal. Karena sasaran utama kekesalan Senja adalah Genta, lalu Genta akan memarahi mereka.

"Mami tungguin, ya, jangan ke mana-mana," Yosi menoleh lagi pada Mentari saat ia sudah berada di ambang pintu kamar Mentari.

Senja dibuat geleng-geleng kepala. "Mandinya yang bersih. Kakak lihatin Adek dulu, nanti Bunda susul ke atas,"  ujar Senja.

"Siap, Bos!" Yosi dan Yessi saling berlarian menuju lantai atas di mana kamar keduanya berada.

"Kamu siap-siap aja, anak-anak gak bakal ganggu. Cepat, ya, aku butuh bantuan kamu soalnya," kata Senja pada Mentari.

Mentari mengangguk, "oke. Kamu duduk aja. Aku ngeri lihat perut melendung kamu. Udah tahu hamil gede, masih aja bolak-balik, lincah banget," keluh Mentari.

Senja tertawa. "Nambah lagi yang cerewet satu ini," balas Senja.

"Demi kamu, Senja," sahut Mentari mencebikkan bibir. Dia tidak mau kembarannya kenapa-napa.

"Iya, iya. Aku keluar dulu, kamu siap-siap," ulang Senja sebelum keluar dari kamar Mentari.

Selepas Senja pergi, Mentari segera bersiap. Dia tidak mau nanti kembarannya itu balik lagi hanya untuk memanggilnya. Mentari yang ngilu melihat Senja dengan perut besarnya.

Sekitar tiga puluh menit bersiap, Mentari keluar dari kamar. Acara akan dimulai sekitar satu jam lagi. Sebenarnya ini bukan acara besar, hanya makan malam biasa dengan beberapa rekan terdekat saja. Apalagi semenjak tinggal di rumah baru ini, Senja memiliki banyak teman dari penghuni rumah di komplek ini.

"Mami, ayo!" Mentari menoleh kala mendengar suara Yosi memanggilnya.

"Ke mana?" tanya Mentari bingung saat gadis itu menarik tangannya.

"Ke belakang, ayo," Yosi bersemangat dengan senyuman manisnya. Mentari ikut tertular dan mengikuti langkah gadis tersebut ke halaman belakang.

Tak bertahan lama, senyuman lebar Mentari seketika lenyap entah ke mana. Ada dia. Mentari masih sangat mengingatnya. Bahkan, dari belakang saja, Mentari tahu siapa pria yang kini duduk bersama Hasna dan sedang tertawa.

"Mami!" Yessi yang tengah duduk di atas pangkuan seorang wanita yang tidak Mentari ketahui siapa, memanggilnya.

Mentari menahan napas saat orang yang sejak tadi ia perhatikan seketika menoleh. Pijakan Mentari seolah lunak, tubuhnya hampir saja tumbang kalau Yosi tidak sedang memegangnya.

"Mami kenapa? Mukanya pucat, Mami sakit? Kita ke kamar aja, yuk," ajak Yosi dengan wajah panik.

Mentari tetap diam. Apalagi saat pria itu beranjak dan berjalan ke arahnya. Mentari melepaskan tangan Yosi, lalu berbalik sambil tergesa untuk kembali ke dalam rumah.

"Mentari!"

Mentari menggeleng, langkahnya semakin cepat dan terkesan berlari. Ternyat, hatinya belum siap. Hatinya belum sembuh. Dan, apakah pria itu sudah menemukan wanita yang dia inginkan? Kalau iya, Mentari ingin pergi saja selamanya untuk mengubur hatinya.

Setelah disakiti dengan sangat kejam, ternyata perasaannya untuk pria itu masih saja tidak berubah.

Related chapter

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Berantem dan Bualan Kosong

    Mentari duduk bersandar di kepala ranjang. Kakinya ia tekuk dan ia peluk. Ketukan di pintu kamarnya membuat Mentari menenggelamkan kepala di antara lututnya. Dia tidak ingin bertemu dengan Bian untuk saat ini. Lagipula, kenapa Bian ada di sini? Senja bilang pria itu masih ada pekerjaan di Malaysia dan akan kembali Minggu depan."Apa aku pergi sekarang aja?" Mentari menggumam pelan.Rencananya memang akan tetap tinggal di sini selama Bian belum kembali. Lalu nanti, Mentari akan mencari rumah untuknya sendiri, at

    Dernière mise à jour : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Air Mata dan Mantan Kekasih

    Bian membeku mendengar ucapan Mentari. Tidak. Wanita itu pasti membual. Mentari tidak mungkin..."Aku membunuhnya. A-aku..." Mentari tidak dapat melanjutkan kata-katanya ketika dia ingat bahwa dulu, dia pernah melakukan kesalahan sehingga janin kecil tak berdosa itu pergi."Kamu... Bohong," Bian tidak percaya."Di mana anak itu, Mentari?! Di mana an

    Dernière mise à jour : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Racauan Mentari dan Balasan Bian

    Usai makan malam, yang mana masih saja memberikan bekas goresan luka di hati Mentari, wanita itu tetap terlihat baik-baik saja di depan Bian. Bahkan, ketika Bian bilang ingin mampir sebentar ke apartemennya untuk mengecek beberapa pekerjaannya sebelum besok ada rapat penting dengan dewan direksi luar negeri, Mentari menurut saja.Keduanya masuk ke unit apartemen mewah milik Bian. Bian berlalu ke dalam kamar dan keluar setelah tiga puluh menit berakhir. Pria itu berjalan ke arah ruang tamu di mana tadi ia meninggalkan Mentari.

    Dernière mise à jour : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Tangisan Mentari dan Penyesalan Bian

    "Cuma sampai di situ aku berhasil mengingatnya saat sadar. Aku gak mimpi, Senja. Malam itu, nyata." Mentari menggertakkan giginya. Terlalu mabuk sampai tidak sadar sedang bercinta secara nyata dengan pria yang ia mimpikan di saat yang bersamaan."Dan aku udah gak pernah lihat Bian lagi setelah bangun di pagi itu. Dia pergi. Ninggalin aku. Jauhin aku," isak Mentari menyudahi caritanya kepada Senja.Senja meme

    Dernière mise à jour : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Kondisi Mentari dan Pergi

    Telinga Bian yang tajam saat mendengar nama Mentari disebutkan membuat pria itu langsung beranjak dan berlari keluar ruang kerja Genta. Bian memasuki kamar Mentari, sudah ada Hasna di dalam sana sambil menepuk pelan pipi wanita itu."Mentari kenapa?" Bian bertanya dengan nada khawatir serta panik.Hasna menggeleng sebagai jawaban. Dia tidak tahu apa yang terjadi sehingga wanita itu tak sadarkan diri seperti

    Dernière mise à jour : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Kegaduhan dan Wanita Jahat

    Mentari terbangun dengan ringisan kecil keluar dari bibirnya. Hasna yang saat itu sedang meletakkan nampan di atas nakas seketika menoleh dan membantu Mentari untuk duduk bersandar di kepala ranjang."Pusing?" tanyanya.Mentari perlahan membuka mata dan dahinya berkerut memperhatikan sekeliling. "Iya. Aku kenapa, Bu?"

    Dernière mise à jour : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Hilang dan Sebuah Kebohongan

    Sore harinya di kediaman Senja dan Genta, sebuah mobil mewah berhenti di depan perkarang rumah tersebut. Setelah memperlihatkan identitas si pengemudi, barulah gerbang yang menjulang tinggi itu dibuka, lalu mobil dipersilakan masuk.Mentari yang duduk di taman depan rumah menemani kedua keponakannya bermain seketika menoleh. Mentari tidak asing dengan mobil yang baru saja berhenti di depan rumah kembarannya.

    Dernière mise à jour : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Ingatan Menakutkan dan Trauma Fisik

    Ketika tiba di Jakarta, Bian mendapat telepon dari sekretarisnya, Daisy. Wanita itu berkata kalau klien yang ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan mereka menginginkan bertemu besok di lokasi yang menjadi target proyek.Bian mengusap kasar wajahnya. Selalu saja ada hambatan jika ini menyangkut Mentari. Sepertinya Tuhan tidak ingin Bian bertemu dengan wanita itu dalam waktu dekat."Baik, siapkan keperlua

    Dernière mise à jour : 2021-05-19

Latest chapter

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Ketagihan - Bonus

    "Good morning,My Sunshine," Bian memberikan kecupan-kecupan ringan di pipi Mentari yang baru saja membuka mata. Mentari tersenyum secerah sinar matahari pagi ini. "Nyenyak banget," gumamnya dengan perasaan bahagia. Ini tidur pertama yang sangat Mentari nikmati setelah enam bulan menikah dengan Bian. Mentari merasa benar-benar menjadi wanita utuh kali ini. Bian sudah menanam sahamnya dan itu membuat Mentari bisa bernapas lega.

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Program Masa Depan - Bonus

    "Bi," Bian menatap Mentari dengan pandangan bertanya. Pria itu mengusap pipi istrinya dengan lembut. Posisi mereka saat ini sama-sama berbaring menyamping. Menatap kebahagiaan dari wajah masing-masing. "Udah enam bulan. Aku udah sembuh. Kamu..." Bian tersenyum lembut dan mendekatkan wajahnya untuk bisa menyentuh ujung hidung Mentari dengan ujung

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Rencana Berdua - Bonus

    Enam bulan berlalu. "Ya... Ya..." Mentari menunduk dan tersenyum. Seorang bayi gembul berusia 5 bulan sedang menatap pada seorang pria dengan mata bulatnya yang jernih. "Dadah Ayah..." Mentari melambaikan tangan si bocah pada pria di depan mereka.

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Kedatangan - Bonus

    “Ay, maaf, ya. Aku belum bisa ajak kamu honeymoon atau ke mana pun dalam keadaan kayak gini,”bisik Bian dengan nada bersalah kepada wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. “Gak apa-apa. Aku bareng sama kamu kayak gini aja udah senang, Bi, aku gak butuh yang lain untuk saat ini,”balas Mentari. Hari sudah malam. Acara akad diselenggarakan pada pagi menjelang siang tadi. Kini anggota keluarga yang lain sudah pergi dan meninggalkan Bian serta Mentari berduaan. “Siapa?” Pintu ruangan yang diketuk, lalu terbuka membuat Bian serta Mentari menoleh bersamaan. Saat Bian bertanya, tidak ada suara. Ternyata… “Mama,” Mentari mengurai pelukannya pada tubuh sang suami. Wanita itu menegakkan tubuhnya saat orang yang ia panggil ‘mama’itu mendekat. Raut wajahnya pias dan penuh penyesalan. “Ay, selamat,”ujarnya. Mentari berdiri dan menerima uluran tangan ibunya. Mentari menyayangi kedua orangtua angkatnya seperti orangtua kandung.

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Akad Nikah - Bonus

    Hitungan jam menuju hari yang ditunggu oleh Mentari dan Bian. Meski keadaan Bian masih dalam tahap pemulihan, tapi hal tersebut tidak menyurutkan niat dan semangatnya untuk mempersunting wanita pujaannya. “Kenapa?”tanya Bian saat Mentari mendongak. Wanita itu tengah berbaring di sofa dengan paha Bian sebagai alasnya. “Aku… mau ikut konsultasi. Aku… mau sembuh, Bi.” Bian tahu ke mana arah pembicaraan mereka kali ini. Senyum lembut yang Bian berikan membuat Mentari sedikit tenang. Elusan telapak tangan Bian di rambutnya bisa Mentari rasakan penuh dengan perasaan sayang. “Apa pun keputusan kamu, aku akan selalu dukung. Apalagi itu untuk kebaikan kamu, Ay,”balas Bian. Mentari menarik napas sebelum membuangnya secara perlahan. Mentari berharap traumanya akan benar-benar sembuh total dan ia bisa hidup dengan tenang Bersama Bian tanpa dibayang-bayang masalalu menakutkan. “Kapan mau mulai konsultasi?”tanya Bian. Ibu jarinya mengusap kening Men

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Happy Ending

    Kini urusan Kania dan Bian sudah selesai. Tidak ada yang perlu mereka khawatirkan lagi. Kania tidak menginginkan Bian lagi. Kania sadar, tidak ada hal baik yang akan terjadi jika ia memaksakan keinginan konyolnya.Kania berbalik dan melangkah menuju pintu di mana Mentari masih terdiam bisu. Kania berhenti sejenak dan tersenyum sambil mengangguk kecil pada Mentari sebelum benar-benar pergi dari sana."Sini,"

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Kania

    Bian tengah menunggu Mentari yang katanya ingin membeli camilan di supermarket sebelah rumah sakit. Sementara Hasna, Genta dan Nisa sudah kembali ke Bali untuk menjemput Senja. Kembaran Mentari itu bersikeras ingin hadir di pernikahan Bian dan Mentari, padahal ia tengah hamil besar saat ini.Pintu kamar inap yang terbuka membuat senyum Bian mengembang. Namun, saat bukan Mentari yang masuk, senyumnya langsung hilang begitu saja. Apalagi sosok di depannya sana bukan lah orang yang ingin ia lihat.

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Sebuah Akhir

    Hasna memeluk Mentari dengan erat. Tangisnya kembali pecah ketika wanita itu bertanya ke mana saja calon menantunya tersebut selama seminggu ini. Hasna tidak menyangka kalau orangtua Mentari menghukum Bian seperti ini.Menjauhkan Bian dari Mentari sama saja membunuh putranya itu secara perlahan dengan pasti."Maafin aku, Bu," bisik Mentari dengan suara parau.Hasna menggeleng. Keduanya mengurai pelukan dan jemari tua Hasna mengelus pipi basah Mentari."Jangan pergi lagi, ya, Nak. Jangan tinggalin Bian," mohonnya.Mentari semakin terisak. Kepalanya menggeleng dengan kuat. "Aku gak akan ninggalin Bian, Bu, aku gak mau kehilangan Bian lagi," balasnya.Hasna mengangguk, "kalian berhak bahagia. Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian."Mentari mengusap punggung tangan Hasna dengan ibu jarinya. Pandangan wanita itu sedikit menunduk. Ada keinginan yang harus dia sampaikan. Tapi Mentari ragu, apakah ini waktu yang tepat atau tidak?

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Terlambat?

    Mentari mengusap air matanya yang tidak mau berhenti sejak tadi. Tangannya dengan cepat memasukkan beberapa barang yang menurutnya cukup penting ke dalam tas kecil miliknya. Ponsel yang Ikhsan berikan juga ia bawa. Jaga-jaga kalau ia membutuhkan sesuatu dengan benda itu.Mentari menatap pintu kamar. Orangtuanya pasti sudah terlelap saat ini. Mentari akan pergi. Dia tidak bisa berdiam diri di sini. Mentari harus bertemu Bian. Rasa rindunya semakin menyiksa. Apalagi Mentari tidak tahu bagaimana Bian saat ini. Apakah pria itu mencarinya? Semua akses yang bisa Mentari gunakan untuk berkomunikasi dengan Bian

Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status