Home / Romansa / Dark Secret 2 [Mentari] / Berantem dan Bualan Kosong

Share

Berantem dan Bualan Kosong

Author: PRINCESSA
last update Last Updated: 2021-05-19 13:02:11

Mentari duduk bersandar di kepala ranjang. Kakinya ia tekuk dan ia peluk. Ketukan di pintu kamarnya membuat Mentari menenggelamkan kepala di antara lututnya. Dia tidak ingin bertemu dengan Bian untuk saat ini. Lagipula, kenapa Bian ada di sini? Senja bilang pria itu masih ada pekerjaan di Malaysia dan akan kembali Minggu depan.

"Apa aku pergi sekarang aja?" Mentari menggumam pelan.

Rencananya memang akan tetap tinggal di sini selama Bian belum kembali. Lalu nanti, Mentari akan mencari rumah untuknya sendiri, atau kembali pada kedua orangtua angkatnya. Tapi kenapa semua jadi kacau begini?

"Mentari!" Seruan di depan pintu kamarnya membuat Mentari memejamkan mata semakin erat.

Di luar kamar, Bian menatap nanar pintu kamar tersebut. Kenapa Mentari tidak memberinya waktu untuk sekadar menyapa atau bahkan memeluk wanita itu? Apakah Mentari tidak merindukannya setelah sekian lama pergi dan tidak ada kabar?

"Bian, udah. Biarkan Mentari sendiri dulu. Kamu balik ke belakang," Genta yang baru saja keluar dari kamar bersama Senja menegur sang adik.

"Mas, aku butuh bicara sama Mentari. Dan, aku harus menjelaskan sesuatu yang sejak dulu belum sempat aku jelaskan."

Senja menoleh pada suaminya dan menilai ekspresi Genta. Apa ada yang mereka sembunyikan? Senja jelas sedikit bingung. Dan, kenapa Mentari juga menghindari Bian? Yang Senja tahu, cinta Mentari memang bertepuk sebelah tangan untuk adik Genta itu. Tapi, bukankah menghindar terlalu berlebihan?

"Mas Bian mau jelasin apa? Aku ketinggalan sesuatu?" tanya Senja.

Genta menghela napas dan menoleh pada sang istri. "Nanti Mas jelasin, sekarang kita ke belakang aja, ya, Mentari biar tenang dulu," ujar Genta lembut.

"Dan, Mas Bian juga balik tiba-tiba. Padahal pas Nisa telpon katanya gak bisa mau diusahakan kayak mana pun. Tetap baliknya Minggu depan. Sekarang malah udah di sini," ujar Senja pada Genta yang berjalan di sebelahnya menuju halaman belakang. Sementara Bian masih berdiri di depan pintu kamar Mentari.

"Iya. Tadi Bian nelpon Mas. Dia nanya, apa benar Mentari ada di rumah? Mas jawab iya, dan Bian gak bicara apa-apa lagi," balas Genta.

"Dia tahu dari mana Mentari di sini?"

Genta mengedikkan bahu tanda tidak tahu. Mereka bergabung bersama Hasna dan juga seorang wanita yang keduanya tahu sebagai sekretaris Bian di perusahaan.

"Udah lama, ya?" tanya Senja sambil duduk dibantu oleh Genta.

"Belum, Mbak," jawab wanita 25 tahun itu.

"Adek anteng, ya, duduk di atas Tante cantik," goda Senja.

Yessi hanya menyengir lebar. Sedangkan Hasna dan sekretaris Bian tertawa. "Aku baru tahu kalau Mbak Senja punya kembaran," ujar wanita tersebut.

"Loh? Udah ketemu, ya?" Kaget Senja.

"Sebentar, sih. Terus pergi lagi, dan Pak Bian ikutan pergi."

Senja semakin bingung. Kenapa Bian keras sekali ingin bicara dengan Mentari?

"Mirip, Mbak, sama-sama cantik," puji wanita bernama Daisy tersebut.

Senja tersenyum. "Bedanya di badan aja, ya, kan? Aku segede ini, Mentari selangsing itu," keluh Senja.

Genta dibuat geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Bisa kok nanti habis lahiran bagus lagi badannya," sahut Hasna.

Senja menatap sebal suaminya yang kini mengelus perut buncitnya. "Gimana mau bagus lagi, Bu, aku mau diet malah dibikin hamil sama anak Ibu ini," kesal Senja.

Genta langsung terkekeh. Sedangkan Hasna dan Daisy tertawa geli. "Banyak anak banyak rejeki, Sayang," balas Genta.

"Yah, Bun, Om Bian sama Mami berantem, ya? Tadi Kakak lihat Om Bian masuk ke kamar Mami, terus Kakak dengar suara Om Bian bentak Mami," Yosi datang dengan napas terengah. Matanya juga berkaca-kaca.

***

Bian menatap dingin wanita yang masih saja diam di depannya. Walaupun perbuatannya ini terbilang kurang ajar karena masuk tanpa izin, tapi Bian tidak peduli. Dia butuh bicara dengan Mentari. Ada hal yang harus mereka luruskan.

"Setahun gak cukup?"

Mentari jelas mendengar nada bicara pria itu sangat berbeda dari setahun yang lalu. Tidak ada kehangatan di nada tersebut. Sangat asing. Dan Mentari membenci hal itu.

"Mentari, jawab aku. Kamu pergi selama itu, lalu kembali, dan sekarang malah menghindari aku? Kenapa?"

Mentari tetap diam. Bukankah diam lebih baik? Daripada memaksanya bicara dan tangisnya akan pecah. Mentari tidak mau dipandang lemah oleh pria ini.

"Mentari! Jawab aku!"

Mentari semakin mengeratkan pelukan di kedua kakinya. Suara Bian jelas sedang menahan amarah. Apalagi intonasi bicara pria itu lebih keras dan seperti membentak.

"Kamu bisu? Kamu tuli?!" Bian tidak tahan. Pria itu mendekat dan menarik lengan Mentari.

Mentari terpaksa mengangkat wajahnya membalas tatapan dingin Bian. Wajah wanita itu tidak menampilkan ekspresi apa pun selain datar menatap lawan bicaranya.

"Keluar."

Mentari menepis tangan Bian di lengannya. Wanita itu beranjak dan berlalu memasuki kamar mandi. Seketika emosi Bian naik ke ubun-ubun. Dengan kasar, pria itu meraih vas bunga di atas nakas dan membantingnya ke lantai.

Setelah satu tahun, Mentari akhirnya tahu sifat Bian yang gampang emosi dan menakutkan seperti ini. Sepertinya dia salah mencintai seorang pria.

Mentari sengaja berlama-lama di dalam kamar mandi untuk mengindari Bian. Dia berharap, saat keluar nanti, pria itu sudah pergi.

Dirasa waktunya sudah cukup lama, Mentari keluar. Tapi langkahnya berhenti seketika saat menatap Bian yang kini duduk di pinggir kasur menghadap ke arahnya. Mata pria itu tajam menatap Mentari.

"Keluar," usir Mentari dan berjalan ke arah lemari. Wanita itu mengambil koper miliknya, lalu memasukkan kembali beberapa barang yang sudah ia tata di dalam lemari.

"Sial!" Bian bangkit dan menarik lengan wanita itu. Sentakan Bian yang tiba-tiba membuat tubuh Mentari limbung dan jatuh ke atas ranjang.

Bian menindih tubuh Mentari. Napas pria itu memburu seiring dengan melembutnya tatapan matanya pada Mentari.

Mentari terdiam. Serangan mendadak membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Ada apa dengan Bian? Bukankah pria itu yang dulu menolaknya dan menjauhi dirinya hanya karena rahasia Mentari tentang perasaannya terungkap begitu saja?

"Kalau kamu pikir aku masih ada perasaan sama kamu, tenang aja, kamu gak usah takut, aku udah ninggalin perasaan sialan itu di tempat yang jauh."

Rahang Bian seketika mengeras mendengar ucapan wanita di bawahnya. "Lalu kenapa kamu menghindar?" tanya Bian dengan dingin.

Mentari tertawa. "Daripada melihat tatapan menjijikkan dari mata kamu, bukannya lebih baik aku sadar diri?"

Bian terdiam. Dia tidak tahu, sudah sejauh apa wanita itu salah paham akan dirinya.

"Benar. Seharusnya memang begitu. Aku yang bodoh, percaya sama perasaan sialan kamu itu. Padahal hanya bualan kosong!"

Hati Mentari seperti ditikam berulang kali. Apa perasaannya sebercanda itu di mata Bian? Apakah menyakitinya dengan penolakan waktu itu masih belum cukup?

"Di mana anak itu?"

Mentari diam. Ditatapnya mata tajam Bian dengan pandangan kosong. Anak? Mentari melupakan hal tersebut. Tanpa sadar, matanya berair dan menetes begitu saja.

Bian menatap semua hal tersebut. Hatinya tiba-tiba sakit. Apa...

"Aku membunuhnya."

Related chapters

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Air Mata dan Mantan Kekasih

    Bian membeku mendengar ucapan Mentari. Tidak. Wanita itu pasti membual. Mentari tidak mungkin..."Aku membunuhnya. A-aku..." Mentari tidak dapat melanjutkan kata-katanya ketika dia ingat bahwa dulu, dia pernah melakukan kesalahan sehingga janin kecil tak berdosa itu pergi."Kamu... Bohong," Bian tidak percaya."Di mana anak itu, Mentari?! Di mana an

    Last Updated : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Racauan Mentari dan Balasan Bian

    Usai makan malam, yang mana masih saja memberikan bekas goresan luka di hati Mentari, wanita itu tetap terlihat baik-baik saja di depan Bian. Bahkan, ketika Bian bilang ingin mampir sebentar ke apartemennya untuk mengecek beberapa pekerjaannya sebelum besok ada rapat penting dengan dewan direksi luar negeri, Mentari menurut saja.Keduanya masuk ke unit apartemen mewah milik Bian. Bian berlalu ke dalam kamar dan keluar setelah tiga puluh menit berakhir. Pria itu berjalan ke arah ruang tamu di mana tadi ia meninggalkan Mentari.

    Last Updated : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Tangisan Mentari dan Penyesalan Bian

    "Cuma sampai di situ aku berhasil mengingatnya saat sadar. Aku gak mimpi, Senja. Malam itu, nyata." Mentari menggertakkan giginya. Terlalu mabuk sampai tidak sadar sedang bercinta secara nyata dengan pria yang ia mimpikan di saat yang bersamaan."Dan aku udah gak pernah lihat Bian lagi setelah bangun di pagi itu. Dia pergi. Ninggalin aku. Jauhin aku," isak Mentari menyudahi caritanya kepada Senja.Senja meme

    Last Updated : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Kondisi Mentari dan Pergi

    Telinga Bian yang tajam saat mendengar nama Mentari disebutkan membuat pria itu langsung beranjak dan berlari keluar ruang kerja Genta. Bian memasuki kamar Mentari, sudah ada Hasna di dalam sana sambil menepuk pelan pipi wanita itu."Mentari kenapa?" Bian bertanya dengan nada khawatir serta panik.Hasna menggeleng sebagai jawaban. Dia tidak tahu apa yang terjadi sehingga wanita itu tak sadarkan diri seperti

    Last Updated : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Kegaduhan dan Wanita Jahat

    Mentari terbangun dengan ringisan kecil keluar dari bibirnya. Hasna yang saat itu sedang meletakkan nampan di atas nakas seketika menoleh dan membantu Mentari untuk duduk bersandar di kepala ranjang."Pusing?" tanyanya.Mentari perlahan membuka mata dan dahinya berkerut memperhatikan sekeliling. "Iya. Aku kenapa, Bu?"

    Last Updated : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Hilang dan Sebuah Kebohongan

    Sore harinya di kediaman Senja dan Genta, sebuah mobil mewah berhenti di depan perkarang rumah tersebut. Setelah memperlihatkan identitas si pengemudi, barulah gerbang yang menjulang tinggi itu dibuka, lalu mobil dipersilakan masuk.Mentari yang duduk di taman depan rumah menemani kedua keponakannya bermain seketika menoleh. Mentari tidak asing dengan mobil yang baru saja berhenti di depan rumah kembarannya.

    Last Updated : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Ingatan Menakutkan dan Trauma Fisik

    Ketika tiba di Jakarta, Bian mendapat telepon dari sekretarisnya, Daisy. Wanita itu berkata kalau klien yang ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan mereka menginginkan bertemu besok di lokasi yang menjadi target proyek.Bian mengusap kasar wajahnya. Selalu saja ada hambatan jika ini menyangkut Mentari. Sepertinya Tuhan tidak ingin Bian bertemu dengan wanita itu dalam waktu dekat."Baik, siapkan keperlua

    Last Updated : 2021-05-19
  • Dark Secret 2 [Mentari]   Bukan Mimpi dan Penjelasan Bian

    Bian menatap wajah lelap Mentari dengan pandangan lembut. Wanita itu sangat tenang dalam tidurnya. Wajahnya yang cantik tidak bisa ditutupi meski dihiasi kulit pucat."Maafin aku," Bian menggenggam tangan Mentari yang bebas dari jarum infus. Wanita itu memang sudah dipindahkan ke ruang perawatan VVIP sesuai dengan yang Bian minta.Ponsel Bian berdering, membuat pria itu segera beranjak untuk mengangkat pangg

    Last Updated : 2021-05-19

Latest chapter

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Ketagihan - Bonus

    "Good morning,My Sunshine," Bian memberikan kecupan-kecupan ringan di pipi Mentari yang baru saja membuka mata. Mentari tersenyum secerah sinar matahari pagi ini. "Nyenyak banget," gumamnya dengan perasaan bahagia. Ini tidur pertama yang sangat Mentari nikmati setelah enam bulan menikah dengan Bian. Mentari merasa benar-benar menjadi wanita utuh kali ini. Bian sudah menanam sahamnya dan itu membuat Mentari bisa bernapas lega.

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Program Masa Depan - Bonus

    "Bi," Bian menatap Mentari dengan pandangan bertanya. Pria itu mengusap pipi istrinya dengan lembut. Posisi mereka saat ini sama-sama berbaring menyamping. Menatap kebahagiaan dari wajah masing-masing. "Udah enam bulan. Aku udah sembuh. Kamu..." Bian tersenyum lembut dan mendekatkan wajahnya untuk bisa menyentuh ujung hidung Mentari dengan ujung

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Rencana Berdua - Bonus

    Enam bulan berlalu. "Ya... Ya..." Mentari menunduk dan tersenyum. Seorang bayi gembul berusia 5 bulan sedang menatap pada seorang pria dengan mata bulatnya yang jernih. "Dadah Ayah..." Mentari melambaikan tangan si bocah pada pria di depan mereka.

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Kedatangan - Bonus

    “Ay, maaf, ya. Aku belum bisa ajak kamu honeymoon atau ke mana pun dalam keadaan kayak gini,”bisik Bian dengan nada bersalah kepada wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. “Gak apa-apa. Aku bareng sama kamu kayak gini aja udah senang, Bi, aku gak butuh yang lain untuk saat ini,”balas Mentari. Hari sudah malam. Acara akad diselenggarakan pada pagi menjelang siang tadi. Kini anggota keluarga yang lain sudah pergi dan meninggalkan Bian serta Mentari berduaan. “Siapa?” Pintu ruangan yang diketuk, lalu terbuka membuat Bian serta Mentari menoleh bersamaan. Saat Bian bertanya, tidak ada suara. Ternyata… “Mama,” Mentari mengurai pelukannya pada tubuh sang suami. Wanita itu menegakkan tubuhnya saat orang yang ia panggil ‘mama’itu mendekat. Raut wajahnya pias dan penuh penyesalan. “Ay, selamat,”ujarnya. Mentari berdiri dan menerima uluran tangan ibunya. Mentari menyayangi kedua orangtua angkatnya seperti orangtua kandung.

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Akad Nikah - Bonus

    Hitungan jam menuju hari yang ditunggu oleh Mentari dan Bian. Meski keadaan Bian masih dalam tahap pemulihan, tapi hal tersebut tidak menyurutkan niat dan semangatnya untuk mempersunting wanita pujaannya. “Kenapa?”tanya Bian saat Mentari mendongak. Wanita itu tengah berbaring di sofa dengan paha Bian sebagai alasnya. “Aku… mau ikut konsultasi. Aku… mau sembuh, Bi.” Bian tahu ke mana arah pembicaraan mereka kali ini. Senyum lembut yang Bian berikan membuat Mentari sedikit tenang. Elusan telapak tangan Bian di rambutnya bisa Mentari rasakan penuh dengan perasaan sayang. “Apa pun keputusan kamu, aku akan selalu dukung. Apalagi itu untuk kebaikan kamu, Ay,”balas Bian. Mentari menarik napas sebelum membuangnya secara perlahan. Mentari berharap traumanya akan benar-benar sembuh total dan ia bisa hidup dengan tenang Bersama Bian tanpa dibayang-bayang masalalu menakutkan. “Kapan mau mulai konsultasi?”tanya Bian. Ibu jarinya mengusap kening Men

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Happy Ending

    Kini urusan Kania dan Bian sudah selesai. Tidak ada yang perlu mereka khawatirkan lagi. Kania tidak menginginkan Bian lagi. Kania sadar, tidak ada hal baik yang akan terjadi jika ia memaksakan keinginan konyolnya.Kania berbalik dan melangkah menuju pintu di mana Mentari masih terdiam bisu. Kania berhenti sejenak dan tersenyum sambil mengangguk kecil pada Mentari sebelum benar-benar pergi dari sana."Sini,"

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Kania

    Bian tengah menunggu Mentari yang katanya ingin membeli camilan di supermarket sebelah rumah sakit. Sementara Hasna, Genta dan Nisa sudah kembali ke Bali untuk menjemput Senja. Kembaran Mentari itu bersikeras ingin hadir di pernikahan Bian dan Mentari, padahal ia tengah hamil besar saat ini.Pintu kamar inap yang terbuka membuat senyum Bian mengembang. Namun, saat bukan Mentari yang masuk, senyumnya langsung hilang begitu saja. Apalagi sosok di depannya sana bukan lah orang yang ingin ia lihat.

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Sebuah Akhir

    Hasna memeluk Mentari dengan erat. Tangisnya kembali pecah ketika wanita itu bertanya ke mana saja calon menantunya tersebut selama seminggu ini. Hasna tidak menyangka kalau orangtua Mentari menghukum Bian seperti ini.Menjauhkan Bian dari Mentari sama saja membunuh putranya itu secara perlahan dengan pasti."Maafin aku, Bu," bisik Mentari dengan suara parau.Hasna menggeleng. Keduanya mengurai pelukan dan jemari tua Hasna mengelus pipi basah Mentari."Jangan pergi lagi, ya, Nak. Jangan tinggalin Bian," mohonnya.Mentari semakin terisak. Kepalanya menggeleng dengan kuat. "Aku gak akan ninggalin Bian, Bu, aku gak mau kehilangan Bian lagi," balasnya.Hasna mengangguk, "kalian berhak bahagia. Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian."Mentari mengusap punggung tangan Hasna dengan ibu jarinya. Pandangan wanita itu sedikit menunduk. Ada keinginan yang harus dia sampaikan. Tapi Mentari ragu, apakah ini waktu yang tepat atau tidak?

  • Dark Secret 2 [Mentari]   Terlambat?

    Mentari mengusap air matanya yang tidak mau berhenti sejak tadi. Tangannya dengan cepat memasukkan beberapa barang yang menurutnya cukup penting ke dalam tas kecil miliknya. Ponsel yang Ikhsan berikan juga ia bawa. Jaga-jaga kalau ia membutuhkan sesuatu dengan benda itu.Mentari menatap pintu kamar. Orangtuanya pasti sudah terlelap saat ini. Mentari akan pergi. Dia tidak bisa berdiam diri di sini. Mentari harus bertemu Bian. Rasa rindunya semakin menyiksa. Apalagi Mentari tidak tahu bagaimana Bian saat ini. Apakah pria itu mencarinya? Semua akses yang bisa Mentari gunakan untuk berkomunikasi dengan Bian

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status