Selesai makan siang,Aji dan Roni kembali ke pos satpam PT untuk menanyakan soal kedatangan CEO nya.
"Apa lagi pak?"tanya Satpam yang mendahului."Kapan CEO kalian datang?"jawab Aji dan bertanya balik."Pulang saja pak,percuma nungguin juga,udah sana pulang!"satpam itu mengusir Aji dan Roni."Awas kamu ya,baru jadi satpam aja sudah belagu lo,"Aji meradang dan marah-marah sambil meninggalkan pos satpam.Tapi ketika dia masih menunjuk-nunjuk si satpam sambil berjalan mundur,Aji hampir saja tertabrak mobil mewah di belakang nya.Ckikikikit...sett...Dengan cepat sang pengemudi mengunjak rem mobil nya,teriakan dari dalam mobil pun terdengar,Aji gelagapan kaget dan langsung mengeluarkan kata-kata kasar."A*ji*ng kau da...Aji tidak melanjutkan kata-kata nya karena mobil itu masih diam di tempat dan orang di dalam nya justru membuka kaca Mobil."Maaf bang,saya tidak sengaja!"ucap pria itu dengan sopan nya,tapi ketika Aji menoleh dia pun kaget dengan apa yang di lihat nya,hal yang sama di lakukan pria dalam mobil itu,dia kaget karena ternyata orang yang hampir di tabrak nya adalah Aji."Bowo,kamu Bowo anak kampung teman nya si Roni itu kan?"tanya Aji yang ternyata orang di dalam mobil mewah itu adalah Bowo,orang yang pernah dia hina,dia caci,dia pukul dan dia siram air dulu."Bang Aji,bang Mandor?"jawab Bowo yang keluar dari dalam mobil."Iya ini saya,sejak kapan kamu kerja jadi supir mobil mewah begini?"tanya Aji seraya terkekeh menertawakan Bowo."Ya,jadi apa saja yang penting halal bang,saya kerja tidak pandang apa pun,yang penting saya bisa menjalani nya dengan jujur bang,"jawab Bowo dengan sopan."Jelas lah apa saja kamu terima,kalau gak kamu terima kan kamu bisa jadi gembel hidup di Kota besar begini,"Aji masih terus menghina Bowo,sedangkan Roni yang dari tadi mencari tempat untuk buang air kecil,kini dia sudah kembali dan dia pun kaget ketika melihat Bowo."Mas Bowo kok bisa ada di sini?"tanya Roni yang memperhatikan penampilan Bowo dari atas ke bawah dan keatas lagi."Iya Ron,Mas Parto dan kamu apa kabar Ron?"Bowo bertanya balik."Baik Mas,Mas kerja di mana sekarang?""Dia jadi supir pribadi Ron,dia tadi hampir nabrak saya,itu tuh mobil nya yang di pinggir itu!"Aji menunjuk mobil mewah yang terparkir di pinggir dekat pos satpam."Oalah,kirain saya jadi pengusaha Mas,"cibir Roni yang memandang Bowo agak sirik."Saya supir Ron,benar apa kata bang Aji,oh iya,saya nitip nomor telefon tolong kasih ke Mas Parto ya Ron!"ucap Bowo sumringah,dia senang karena bisa bertemu dengan teman seperjuangan nya."Ya sudah mana?"jawab Roni datar.Bowo dengan senang hati menuju ke mobil untuk mengambil kartu nama milik nya,Bowo yang sering mendapat tander proyek dari berbagai kalangan,dia kini memiliki kartu nama sebagai tanda pengenal nya."Siapa sih Mas mereka?"tanya Mili yang sedari tadi diam di dalam mobil."Teman saya dari kampung Mbak,tunggu sebentar ya Mbak,saya kasih kartu nama ini dulu ke teman saya!"ucap Bowo yang di tanggapi anggukan dan senyuman oleh Mili.Bowo pun kembali menghampiri Roni dan Aji,dia sodorkan sebuah kartu nama pada Roni,dengan sedikit ragu Roni menerima nya."Ini apa Mas?"tanya Roni."Ini kartu nama Ron,"sahut Aji yang menyela obrolan Bowo dan Roni."Ya sudah nanti aku kasihin ke Mas Parto,"ucap Roni datar."Terima kasih ya Ron!"balas Bowo tetap dengan keramahan nya."Udah lah ayok pulang Ron,buang-buang waktu aja ngobrol sama anak kampungan ini!"ucap Aji yang sudah merasa kesal.Roni dan Aji akhirnya pergi meninggalkan Bowo yang masih berdiri terpaku menatap punggung Aji dan Roni.Dengan perasaan kesal Aji melajukan motor nya menuju padat nya jalanan Ibu kota,dia kesal karena bertemu dengan Bowo,selain itu dia kesal dengan perlakuan satpam yang sudah mengusir nya."Bang,emang beneran Mas Bowo kerja jadi supir?"tanya Roni pada Aji dengan suara lantang karena kencang nya angin."Iya lah Ron,terus mau kerja apa lagi,dia kan gak punya keahlian apa-apa,"jawab Aji dengan suara yang lantang pula."Kok bisa ya dia dapat kerjaan enak?"tanya Roni lagi."Apa? enak kamu bilang Ron,kamu pikir di tempatku kerjaan nya gak enak,sontoloyo kamu Ron,"Aji memukul helem yang Roni kenakan hingga keluar bunyi "plak" karena keras nya Aji memukul."Bukan gitu bang,ya maaf deh kalau saya salah ngomong!"sahut Roni yang sedikit agak ketakutan.Karena tidak ingin debat lagi,Roni pun terdiam,begitu juga dengan Aji,mereka berdua terdiam hingga memasuki area komplek,setelah tiba di tempat kerja,Roni pun kembali bekerja,sedangkan Aji pergi meninggalkan tempat itu tanpa sepatah kata pun."Roni,kamu dari mana?"tanya Parto yang sedang mengaduk pasir dan semen."Habis nganter bang Aji Mas,"jawab Roni datar."Wah Roni habis di ajak jalan-jalan sama bang Mandor nih,pasti di jajanin yang enak-enak ya Ron,"sahut Joko yang sedang merapikan kayu-kayu bangunan."Alah,jalan-jalan apa Mas,lawong saya makan beli sendiri,bang mandor itu pelit orang nya,"cibir Roni yang kesal dengan si Mandor."Hahahahaha...Mereka para pekerja yang mendengar nya malah tertawa terbahak-bahak menertawakan Roni,mendengar teman-teman nya tertawa terbahak,Roni mendengus kesal dan tidak mau bicara apa-apa lagi,dia melanjutkan pekerjaan nya mengangkut pasir yang tadi sempat tertunda karena dia harus mengantar Aji ke PT.****Setelah malam tiba,Roni ingat dengan pesanan Bowo untuk memberikan kartu nama yang Bowo titipkan pada Roni untuk Parto."Mas Parto,ini ada titipan nomor telfon dari Mas Bowo!"Roni menyodorkan kertas kecil itu ke Parto."Mas Bowo,kamu ketemu dia di mana Ron,dia baik-baik saja kan?"sahut Parto dengan antusias nya."Tadi pas saya nganter bang mandor,dia sekarang kerja jadi supir Mas!"ucap Roni datar."Ini nomer nya dia?"sahut Parto yang membolak balik kartu nama itu dan membaca nya dengan cermat."Iya kata nya Mas,"jawab Roni lagi."Pinjam HP kamu Ron,biyar aku isi pulsa!"Parto merasa sangat senang mendengar kabar Bowo,karena dia ingin mengucapkan bela sungkawa atas meninggal nya Mbok Mini,Parto tau bahwa Mbok Mini meninggal dunia itu dari istri nya di kampung."Sebentar Mas!"Roni berdiri dan mengambil HP tulalit nya yang dia simpan di dalam kamar.Parto rasa nya sudah tidak sabar ingin mendengar suara Bowo,sudah seperti ingin bertemu dengan keluarga nya yang sudah lama berpisah saja.Setelah Roni memberikan ponsel nya lalu Parto menyuruh Roni untuk membeli pulsa di konter yang berada di depan Komplek,setelah terisi Parto dengan segera menghubungi Bowo.["Hallo Assalamu'alaikum,Mas Parto?"] Suara Bowo sumringah.["Wa'alaikumsalam,Mas Bowo apa kabar,sampeyan di mana sekarang,saya turut berduka cita atas meninggalnya Mbok Mini ya Mas,semoga Amal ibadah nya di terima di sisi Allah SWT,Aamiin,"] suara Parto begitu antusias,seakan-akan jika di hadapan nya dia ingin memeluk nya.["Aamiin Mas,terima kasih do'a untuk Almarhum Mas,oh iya sampeyan gimana kabar nya Mas Parto?"] Suara Bowo terdengar sopan.["Aku baik Mas,kamu juga apa kabar Mas Bowo,saya bingung setengah mati lho Mas gak ada sampeyan,"] suara Parto yang terdengar sangat kawatir.["Alhamdulillah Mas,saya juga baik dan sehat Mas,saya tadi nya juga bingung Mas mau kemana,tapi Alhamdulillah saya bertemu dengan orang baik di Masjid,saya di tawarin pekerjaan sama orang baik itu Mas,ya sudah saya terima saja,"] suara Bowo menceritakan keadaan nya saat ini.["Alhamdulillah,Kata Roni sampeyan kerja jadi supir ya Mas?"] tanya Parto masih dari dalam telfon.["Iya Mas,yah buat nyambung hidup di Kota yang keras ini Mas,kerjaan apa saja pasti saya ambil,"] jawab Bowo yang tetap rendah hati dan tidak ingin menceritakan nasib baik nya yang sekarang,karena dia tidak mau di bilang sombong.["Iya betul Mas Bowo,yang terpenting kan halal,"] sahut Parto dengan nada luwes nya.Obrolan Bowo dan Parto semakin asik hingga lupa akan waktu,sampai akhir nya obrolan mereka akhiri dengan salam.Bowo dan Parto pun mengadakan janji ingin bertemu di suatu tempat,Parto yang baru saja menerima telfon dari Bowo,dia merasa lega dan tenang setelah ngobrol dengan Bowo melalui sambungan telfon."Lama banget nelfon nya Mas,udah kayak nelfon pacar aja,"ucap Roni yang sedang tiduran di kamar."Ah kamu ini Ron,masa iya laki-laki sama laki-laki pacaran,ono-ono ae (ada-ada saja) kamu Ron,"sahut Parto yang terkekeh menjawab omongan Roni yang ngaco."Ya sampeyan nelfon sampek selama itu,sama Mbak ku aja sampeyan nelfon paling lama cuma 10 menit,lha ini telfonan sama Mas Bowo sampek berjam-jam,"Roni pun duduk dengan kegelisahan nya."Ron,kalau Mbak mu kan aku nelfon tiap hari,kalau Mas Bowo kan aku udah lama gak ketemu,selain itu dia kan berangkat dari kampung aku yang bawa,kalau sampai dia kenapa-kenapa kan yang di salahin nanti aku sama kamu Ron,"ucap Parto yang mulai merebahkan tubuh nya di atas tikar.Mendengar obrolan Roni dan Parto,tiba-tiba Joko yang tertidur pulas pun bangun,dia membuka mata nya dan duduk kebingungan."Kok gak pada tidur,lagi ngobrolin apa sih? Hooaamm..,"Joko yang masih ngantuk pun ikut bicara."Ini lho Mas Parto habis nelfon Mas Bowo,tapi nelfon nya lama banget Mas,"jawab Roni yang masih manyun."Mas Bowo? gimana kabar nya dia Mas?"Joko pun kaget mendengar nama Bowo di sebut Roni."Ah Mas Joko sama aja kayak Mas Parto,huh..,"Roni pun merebahkan tubuh nya dan tidur dengan posisi tengkurap.Joko yang melihat tingkah Roni,lantas dia memberi kode menggunakan gerakan dagu,yang mengisyaratkan bahwa Roni kenapa? tapi Parto hanya menanggapi nya dengan mengangkat kedua bahu nya,karena di rasa sudah larut dan suasana sudah sepi mereka pun tertidur kembali dengan lelap nya.****Keesokan hari nya Aji tiba di tempat kerja lebih awal,tapi tentu nya para pekerja pun sudah berkumpul juga."Pengumuman buat kalian semua,bulan depan Rumah ini sudah harus jadi dan bersih,karena kita akan pindah ke Proyek yang baru lagi,honor kalian akan saya bayar lunas bulan depan,sekarang ayok kerja yang lebih serius lagi,"ucap Aji seraya berkacak pinggang."Bulan ini honor kita gimana bang?"tanya Joko dengan keberanian nya."Bulan ini saya dobel sama bulan depan,kalian tenang saja pasti saya bayar!"jawab Aji dengan percaya diri,padahal dia sengaja bilang kalau ada proyek baru agar para pekerja nya semangat dan percaya dengan kebohongan Aji,tapi yang sebenar nya dia tidak pernah menerima proyek lagi,dan jabatan nya sebagai Mandor pun akan hilang.Para pemborong sudah tidak percaya lagi dengan kinerja Aji yang kenyataan nya sangat lambat,selalu mundur dari perjanjian,Aji sudah menawarkan diri ke beberapa pemborong yang di kenal nya,tapi tetap saja tidak ada yang mau memakai jasa nya lagi,akibat nya Aji harus menanggung hutang bayaran para pekerja nya.Aji yang Arogan pun mulai kehilangan pekerja nya satu per satu,tim yang dia bikin pun hanya tinggal tim yang saat ini ada Parto dan teman nya yang lain,sedangka tim yang lain sudah mundur dan memilih ikut Mandor yang lain,yang lebih jujur dan disiplin dalam memberikan bayaran atas hak para pekerja.Ketika Aji melintas di sebuah gang dalam komplek,di situ ada beberapa orang yang tengah berdiri di sebuah lahan kosong,dia memperhatikan sambil menjalankan motor nya dengan pelan,tidak salah lagi,pasti kaveling itu akan di bangun Rumah,Aji yang tidak mendapat undangan pun mencoba menawarkan diri,dia mendekati beberapa orang yang tengah berdiri berbincang di tengah-tengah kaveling itu."Pagi bos!"sapa Aji dengan ramah."Pagi pak,ada apa ya?"tanya salah seorang dari ke-4 orang yang berdiri itu."Maaf,perkenalkan nama saya Aji,saya Mandor bangunan yang biyasa menangani proyek pembangunan rumah di komplek ini,"jawab Aji yang tiba-tiba memperkenalkan diri."Oh pak Aji,tapi ada perlu apa ya pak?"tanya salah satu lagi dari mereka."Kalau boleh tau,apa sudah ada Mandor nya bos untuk Kaveling ini?"tanya Aji dengan percaya diri."Belum pak,kenapa ya pak?""Saya mau menawarkan diri sebagai Mandor,jangan takut bos,anak buah saya pekerja profesional semua,jadi pasti pekerjaan nya akan bagus,"Aji menawarkan diri."Oh,kalau itu nanti tanya saja sama Arsitek kami ya pak,kalau kami ini hanya bertugas memfoto area ini untuk kami beritahukan pada Arsitek kami pak,"jawab salah seorang dari mereka."Kapan Arsitek nya ke sini bos?"tanya nya lagi."Mungkin minggu depan,"jawab mereka lagi."Baiklah,kalau begitu minggu depan saya kesini lagi!"ucap Aji dengan senyum mereka.Setelah itu Aji pergi dengan gaya yang sok gagah,dia sudah yakin bahwa tawaran nya akan di terima oleh sang Arsitek,tender belum tentu dia terima,tapi gaya nya sudah percaya diri banget.****Hari ini Parto meminta ijin pada Aji,dia ijin pada Aji untuk menemui istri nya yang datang ke Ibu kota,padahal dia pergi untuk menemui Bowo,dia pun harus berkorban uang 200 ribu untuk menutup mulut adek ipar nya itu agar tidak bilang pada Aji bahwa dia ijin untuk bertemu dengan Bowo.Parto pergi sendiri,karena sebelum nya Roni sudah di ajak tapi tidak mau,dan akhirnya Parto pergi sendiri dengan meminjam ponsel milik Roni agar bisa berkomunikasi dengan Bowo ketika di jalan.Sedangkan di tempat lain,Bowo pun sudah siap dengan dandanan nya yang sederhana,kebetulan hari ini hari minggu,jadi Bowo tidak pergi ke Kampus,maka dia bisa dengan bebas pulang kapan saja."Sudah rapi mau pergi kemana kamu Bowo?"tanya Pak Kusuma yang melihat Bowo duduk di teras."Oh Bapak,saya mau bertemu dengan tetangga kampung saya pak,"jawab Bowo dengan sopan."Oh,kok belum jalan?"tanya Pak Kusuma lagi."Masih nunggu taksi online pak,"jawab Bowo yang di tanggapi dengan kekehan oleh pak Kusuma,kok Bapak keta
Parto kaget dengan mobil mewah yang Bowo kendarai, Parto berhambur menuju ke mobil Bowo yang sudah berhenti di pinggir taman, Bowo membukakan pintu untuk Parto dan Parto pun dengan senyum merekah naik keatas mobil yang Bowo bawa."Mas,edian tenan niki (gila bener ini) mobil nya bagus banget, adem, wangi, pasti Bos sampeyan orang kaya raya ya Mas?"Parto yang tadi naik angkot berpanas-panasan, bau keringat bercampur asap kenalpot membuat sesak dada, kini dia menaiki mobil yang sangat nyaman, wajah sumringah dan keheranan Parto semakin terlihat."Pripon Mas (gimana Mas) enak ya mobil nya, Bos saya orang nya kaya Mas, beliau seorang Kontraktor yang sangat sukses, Anak nya juga seorang Arsitek Mas," ucap Bowo yang sudah melajukan mobil nya dengan pelan-pelan."Arsitek itu apa Mas?"tanya Parto yang masih memutar kepala nya untuk mengarah kan pandangan mata nya ke seluruh isi dalam mobil itu."Arsitek itu adalah seorang profesional yang bertugas untuk merencanakan dan merancang desain bangun
Ternyata orang yang berada di belakang pak Kusuma adalah Bik Nah yang ingin menyampaikan kabar soal Bu Nala istri pak Kusuma,selama ini tidak ada yang tau bahwa Istru pak Kusuma mengalami gangguan jiwa dan di rawat di RSJ (Rumah Sakit Jiwa).Bahkan Mili pun tidak mengetahui bahwa Ibu kandung nya masih hidup,selama ini pak Kusuma dan semua pegawai di rumah pak Kusuma tidak ada yang boleh dan berani memberi tau Mili soal kondisi Ibu nya,yang Mili tau bahwa Ibu nya selama ini telah meninggal Dunia."Ada apa Bik?"tanya pak Kusuma Lirih dan mengajak Bik Nah untuk menjauh dari ruang keluarga."Saya mau menyampaikan kabar soal Nyonya pada Tuan!"jawab Bik Nah dengan hati-hati."Iya Bik,gimana kabar istri saya?"tanya pak Kusuma dengan hati-hati."Nyonya sedang sakit demam Tuan,dan tadi Dokter merawat nya!"jawab Bik Nah sedih."Sejak kapan Nyonya sakit?"tanya pak Kusuma lagi dengan wajah kawatir."Sejak kemarin Tuan,"jawab Bik Nah lagi."Ya sudah besok saya ke Rumah Sakit Bik,sekarang Bibik ke
Pagi itu pak Kusuma sudah berangkat ke Rumah Sakit Jiwa untuk menjenguk Bu Nala istri nya, dengan di antar pak To, mereka pergi dengan diam-diam agar Mili tidak melihat nya dan akan banyak pertanyaan nanti nya.Pak Kusuma memilih tempat yang agak jauh dari kota untuk merawat Bu Nala, tujuan nya agar lebih aman saja, kurang lebih satu jam perjalanan untuk menuju Rumah Sakit dan kini mereka sudah sampai di parkiran Rumah Sakit Jiwa.Pak Kusuma menghubungi Bik Nah melalui sambungan telfon, dengan cepat nya Bik Nah menjemput pak Kusuma ke area parkir."Silahkan Tuan!" Bik Nah mempersilahkan pak Kusuma berjalan terlebih dulu."Di mana istri saya di rawat Bik?"tanya pak Kusuma serius."Di ruang Anggrek Tuan," jawab Bik Nah serius pula.Mereka pun berjalan dengan cepat menuju Ruang Anggrek, sesampai nya di tempat itu Pak Kusuma masuk ke dalam ruang rawat setelah mendapat ijin dari Dokter jaga.Setelah di dalam ruangan, pak Kusuma mendekati seorang wanita setengah baya dengan infus di tangan
"Bowo, kamu...?" Aji benar-benar terkejut dan tidak percaya dengan apa yang di lihat nya."Bang Aji, apa kabar bang?" tanya Bowo yang berusaha menguasai keadaan."Kalian saling kenal?" tanya pak Danu agak bingung."Bowo di sini jadi apa pak,wah dia bakal mengacaukan Proyek ini pasti?" belum apa-apa Aji sudah menuduh Bowo macam-macam."Apa maksud bang Aji?" tanya Bowo datar."Kamu cuman kuli mana bisa merancang bangunan seperti ini, paling juga ini gambar hasil nyolong punya orang!" tuduhan Aji makin menyakit kan."Bapak datang kesini untuk apa ya, Mas Bowo ini Arsitek kami lho, bapak jangan macam-macam di sini!" sahut pak Danu yang tidak suka dengan sikap Aji."Saya ini Mandor pak, dia kan cuma kuli, dia pernah kerja ikut saya dulu, jadi kuli saya!" ucap Aji yang pamer kemandoran nya."Iya bang Aji, saya memang pernah jadi kuli bang Aji, tapi itu dulu, dan saya sangat berterima kasih sama bang Aji, karena bang Aji mengusir saya, Alhamdulillah saya bisa seperti ini, kalau bang Aji mau
"terima kasih ya Mbak," ucap Bowo yang lalu memesan secangkir kopi dan sebungkus rokok untuk diri nya itu."sama-sama Mas Bowo," sahut Mbak Murni ramah.Kedatangan Bowo yang tiba-tiba itu memang membuat Mbak Murni kaget dan salah tingkah, pasal nya selama ini dia memendam perasaan kepada Bowo,namun Mbak Murni berusaha untuk menyembunyikan perasaan nya itu, karena dia sebagai seorang perempuan tidak mungkin jika mengungkap kan perasaan nya terlebih dulu."Mas Bowo maaf, tapi sekarang Mas Bowo kelihatan lebih bersih dan rapi, jauh berbeda dengan dulu waktu Mas pertama datang kesini, kayak nya Mas kerjaan nya lebih bagus deh, iya kan Mas?" ucap Mbak Murni yang lalu bertanya pada Bowo soal pekerjaan Bowo lagi."masa sih Mbak, tapi menurut saya semua nya sama saja kok Mbak, mungkin karena lama tidak ketemu Mbak, jadi rasa nya beda, Mbak Murni juga terlihat beda kok, lebih kurus, diet ya Mbak?" Bowo pun menanggapi dan mengomentari perubahan Mbak Murni yang memang terlihat sedikit agak kurus
Sementara Aji sepanjang jalan dia kembali ke Proyek nya, wajah Aji sudah tidak menunjukkan keramahan sama sekali, wajah masam nya terlihat sangat jelas, ketika sudah sampai di Proyek, tiba-tiba dia menendang ember seperti biasa nya, hingga ember yang berisi adonan pasir itu pecah, hal itu membuat para pekerja nya kaget dan perhatian mereka tertuju ke arah Aji semua."Apa yang kalian lihat, kembali kerja!" Aji marah-marah tidak jelas.Dan Roni si penjilat itu mendekati Aji dengan sangat hati-hati dan sangat ketakutan."Bang Aji kenapa?" tanya Roni dengan ketakutan nya."Bowo sialan," jawab Aji singkat dengan tatapan penuh kebencian."Kenapa dengan Mas Bowo bang?" tanya Roni lagi."Dia ternyata sekarang jadi Arsitek, pembangunan Masjid yang berada di Blok sebelah, itu dia yang merancang," jawab Aji dengan tatapan yang penuh kebencian pada Bowo."Apa,jadi Mas Bowo bukan supir?" tanya Roni lagi."Bukan,jabatan dia lebih tinggi dari pada aku, sialan dia itu," Aji seakan tidak terima dengan
Parto, Joko dan Bowo terlihat begitu ceria tatkala mereka sedang asik ngobrol, tapi berbeda dengan Roni, dia tampak canggung dan lebih banyak diam, karena dia malu dengan Bowo, selama ini dia sudah memfitnah Bowo dan juga membenci Bowo, tapi saat ini justru Bowo memberi nya pekerjaan dengan tanpa persyaratan apa pun."Oh iya Ron, kok dari tadi diam saja,cerita lah sama kita biyar gak bingung!" ucap Bowo spontan."Cerita apa Mas?" tanya Roni singkat."Yo cerita apa saja, sampeyan apa gak kangen sama istri sampeyan di kampung Ron?" tanya Bowo yang sedikit agak menggoda Roni."Hehehe..ya kangen Mas, tapi kan saya harus kerja Mas," jawab Roni malu-malu."Roni diam saja mungkin mikirin bang Aji, iya Ron..?" Parto menggoda adik ipar nya juga sambil dia terkekeh, di ikuti tawa yang lain nya.Dan saat mereka sedang asik tertawa riang, tiba-tiba pak Danu datang ke Tenda dan menanyakan sesuatu pada Bowo."Mas Bowo, maaf ganggu sebentar, maaf ya bapak-bapak!" sapa pak Danu dengan sangat sopan."
Tapi Mak Ijah curiga dengan pakde Jono,karena untuk apa pakde Jono mengambil foto guci-guci di ruang tamu rumah majikan nya itu,Mak Ijah terus melanjutkan pekerjaan nya,seperti biasa Mak Ijah mengelap semua perabot yang berada di ruang tamu itu,lalu menyapu dan mengepel lantai nya hingga bersih,lalu Mak Ijah menyalakan wewangian elektrik yang di pasang di ruang tamu itu,agar ruang tamu selalu harum dan segar.Setelah Mak Ijah selesai membersihkan ruang tamu,dia pun menemui suami nya yaitu pak Tono yang sedang bersih-bersih rumput di halaman belakang."Pak,tau gak tadi Ibu lihat apa?"tanya Mak Ijah serius."Ya mana saya tau Bu,kan dari tadi bapak di sini,"jawab pak Tono yang masih sibuk dengan pekerjaan nya."Ibu tadi mergokin pakde satpam di ruang tamu pak,"sahut Mak Ijah serius."Terus kalau pakde satpam di ruang tamu kenapa Bu?"tanya pak Tono datar."Ya gak apa-apa sih pak,tapi yang aneh nya Ibu lihat,pakde satpam itu mengambil foto guci-guci mahal milik Den Bowo pak,"jawab Mak Ijah
Keesokan harinya setelah solat subuh Bowo pun mengecek kembali pintu gerbang rumah nya yang penyok itu,dia pun berfikir untuk memperbaiki nya dan memasang dengan bahan yang lebih tebal lagi,lalu datanglah pakde Jono yang menghampiri Bowo."Orang-orang itu kurang ajar sekali ya Le,"ucap pakde Jono yang berdiri di samping Bowo sambil menatap pintu gerbang yang penyok itu."Iya pakde,tapi yang buat saya bingung untuk apa mereka melakukan ini semua kepada saya?"sahut Bowo yang bingung dan bertanya-tanya sendiri."coba kamu ingat-ingat lagi,apa ada orang yang pernah kamu sakiti Le?"tanya pakde Jono serius,Bowo pun terdiam sejenak dan dia mengingat-ingat nya,tapi karena tidak pernah ada orang yang dia sakiti,maka dia pun bingung lagi."saya tidak pernah menyakiti siapa pun pakde,"jawab Bowo penuh keyakinan."kamu yakin Le?"pakde Jono pun meyakinkan sekali lagi."iya pakde saya yakin,"sahut Bowo dengan jelas.Dan mereka pun terdiam masih memandangi pintu gerbang itu,terlihat pakde Jono yang
"bagaimana Dok, Abah sakit apa?" tanya Bowo serius."Beliau kurang tidur Mas, dan banyak fikiran,"jawab Dokter Bram serius, mendengar Jawaban Dokter Bram seketika Bowo pun menarik nafas berat."Lalu bagaimana Dok?" tanya Bowo yang meminta solusi pada Dokter Bram."Saya akan berikan obat nya nanti, karena kondisi beliau sangat lemah, maka saya infus gak apa-apa ya Mas?" tanya Dokter Bram yang meminta persetujuan dari Bowo."Ok Dok,lakukan yang terbaik agar Abah sehat kembali Dok!" jawab Bowo tegas."Ok," dan dengan cekatan Dokter Bram pun memasang selang infus di tangan Abah Jaya karena Dokter Bram sudah mempersiapkan semua nya sebelum nya.Terlihat Abah Jaya yang sudah pasrah dengan apa yang Dokter itu lakukan karena beliau sudah merasa tubuh nya sangat lemah, Abah Jaya memang tidak pernah tidur sepanjang malam sejak Bulan sang putri kesayangan nya itu meninggal, beliau tidak henti-henti nya berdo'a dan berzikir setiap hari,beliau meratapi nasib nya yang kini hanya tinggal seorang dir
"Mili juga ikut dalam proyek itu,apa aku gak salah dengar?"tanya Seto kepada kedua teman nya itu."iya bro,mereka satu tim,"jawab Nero yang tau banyak tentang proyek itu."lalu apa peran cowok kampung itu di proyek pembangunan jembatan itu,apa elu tau Nero?"tanya Seto serius."dia punya peran penting di sana bro,"jawab Boy menimpali nya."ya apa peran dia di sana to*ol,"sahut Seto sambil menoel kepala Boy,hingga Boy nyengir kesakitan,karena dia menoel nya dengan kasar."yang gue tau,Bowo itu punya keahlian dalam bidang desain patung dan bangunan yang berskala besar,jadi dia bisa di bilang punya peran utama di proyek itu,"sahut Nero serius."oh,jadi dia punya keahlian,ok lah kalau begitu,kita lihat saja nanti,apa dia akan bertahan sebagai Mahasiswa teladan di kampus ini,"ucap Seto dengan tatapan bengis nya.Entah dendam apa yang Seto pendam kepada Bowo sehingga dia sebenci itu kepada Bowo,setelah itu mereka bertiga pun kembali ke kelas mereka untuk mengikuti mata kuliah.Sementara itu
Keesokan hari nya Bowo bangun seperti biasa nya,dia mulai menjalani aktifitas pagi nya seperti biasa,walau tetap saja bayang-bayang sang istri tercinta masih terus teringat namun dia berfikir untuk tidak terus-terusan larut dalam duka,pakaian rapi dan juga wangi sudah Bowo kenakan pagi itu,karena dia akan menjalani aktifitas nya di kampus lagi."selamat pagi Den Bowo!"sapa Mak Ijah dengan ramah."pagi Mak,"balas Bowo sama ramah nya."pagi ini mau sarapan apa Den?"tanya Mak Ijah yang berdiri di samping Bowo dengan sapu dan lap di tangan nya."saya sarapan di kampus saja Mak,soal nya saya buru-buru,"sahut Bowo sambil merapikan lagi pakaian nya."oh ya sudah kalau begitu Den,hati-hati di jalan ya Den,semangat!"ucap Mak Ijah yang memberikan semangat pada Bowo sang majikan."terima kasih Mak,"sahut Bowo yang tersenyum kepada Mak Ijah.Setelah itu Bowo berpamitan kepada Mak Ijah dan lalu dia melangkah keluar menuju ke garasi Mobil nya,tapi saat sampai di garasi ternyata pakde Jono sudah men
Hari-hari telah Bowo lewati dan minggu pun telah berlalu begitu cepat,tidak mudah bagi Bowo untuk melupakan semua kenangan indah nya bersama Bulan,setiap hari Bowo selalu mendatangi makam istri tercinta nya,sehingga makam Bulan selalu terlihat segar dan wangi karena di taburi bunga-bunga yang harum di setiap hari nya oleh Bowo.[["sayang,Mas yakin kamu sudah bahagia di sana,beristirahat lah dengan tenang sayang,tunggu Mas di surga ya sayang,"]] gumam Bowo dalam hati seraya menaburkan bunga mawar yang telah di beri wewangian.Tak lama kemudian datang juga Abah Jaya yang di temani oleh Bik Inah,dengan langkah yang sudah mulai lemah Abah Jaya di tuntun Bik Inah menuju ke makam."Nak Bowo ada di sini juga?"sapa Abah Jaya yang bertanya dengan lirih dan lalu Bowo pun menoleh kan pandangan nya menuju sumber suara."Abah!"sapa Bowo kembali yang lalu mencium punggung tangan Abah mertua nya itu."sudah lama kamu di sini Nak Bowo?"tanya Abah Jaya."lumayan lama Bah,karena di rumah sedang tidak a
Setelah beberapa menit berlalu,akhir nya Mobil jenazah pun sampai di rumah duka,suasana haru sudah menyelimuti kedatangan jenazah Bulan,begitu juga dengan Abah Jaya yang sudah tidak bisa berkata apa-apa,di temani saudara dan juga sahabat nya pak Kusuma,beliau hanya terdiam dan terus-terusan berzikir agar diri nya kuat.Suara sirine Ambulance yang sebelum nya terdengar sangat lantang,kini suara itu telah terhenti,Abah Jaya mulai keluar dari dalam rumah nya,beliau menghampiri peti jenazah sang putri tercinta nya itu."Anak Abah,Neng cantik!"ucap Abah Jaya yang sudah bercucuran air mata.Setelah itu peti jenazah pun mulai di masuk kan kedalam rumah duka,susana haru sudah mulai terlihat,sahabat dan semua pekerja Bulan sudah menangis sedih,mereka semua meratapi kepergian sang majikan muda nya itu,sungguh hal yang tidak mereka sangka,hari bahagia Bulan berubah menjadi duka cita.makin "Nak Bowo,iklas kan Nak Bulan,agar kepergian nya tidak terbebani,Abah sudah pasrah dengan ini semua,"ucap A
Hari telah berganti,sepekan sudah Bulan terbujur koma di rumah sakit,sejak hari itu juga Bowo belum sehari pun pulang ke rumah nya,banyak dari para sahabat termasuk Bu Salsa dan juga kedua rekan Arsitek nya itu datang ke rumah sakit untuk menjenguk Bulan,para Asisten rumah tangga mereka pun juga bergantian menjenguk ke rumah sakit."Bowo,kamu harus sabar,kami do'a kan semoga Bulan cepat sadar dari koma nya dan cepat sembuh kembali!"ucap Bu Salsa yang saat itu berada di rumah sakit."Aamiin Bu,terima kasih Ibu dan bapak semua sudah berkenan hadir untuk menjenguk istri saya!"sahut Bowo yang saat itu masih sedih,namun tidak selesu sebelum nya."sama-sama Bowo,kami ini kan rekan kerja Bulan,kami juga sudah sangat rindu dengan kebersamaan kita di proyek,"Tama menimpali nya."betul sekali Bowo,"sahut Boby yang juga membenarkan kata-kata Tama.Suport dan dukungan untuk Bowo telah rekan-rekan nya berikan,begitu juga do'a-do'a yang tiada henti dari para penjenguk,tidak hanya sahabat dan rekan
Sambil menangis dan memukul-mukul kan kepalan tangan nya dengan pelan ke dinding,Bowo pun meratapi nasib pernikahan nya,dia tidak ingin kehilangan orang yang di sayangi untuk kedua kali nya."Nak Bowo sabar ya,semua ini sudah takdir Tuhan Nak!"ucap pak Kusuma seraya mengusap punggung Bowo dengan lembut."Mas harus sabar,Mas tidak boleh seperti ini,lebih baik Mas ambil air wudu dan berdo'a kepada Allah minta kelancaran operasi nya Bulan!"sahut Mili yang ikut memberi kan nasehat kepada Bowo.Mendengar nasehat-nasehat dari orang terdekat nya,lantas Bowo pun mulai menarik nafas panjang dan lalu mengusap air mata nya."Mbak Mili benar,sebaik nya saya ambil air wudu dan berdo'a untuk istriku,saya permisi!"dan Bowo pun melangkah dengan cepat menuju ke Musola yang ada di rumah sakit itu,niat Mili ingin mengikuti Bowo,namun pak Kusuma mencegah nya."jangan Nak,biyar kan Bowo sendiri!"ucap pak Kusuma yang lalu menghentikan langkah Mili."iya Nak,mungkin Bowo butuh sendiri,saya bingung jika suda