Salah tingkah dan bingung terlihat jelas dari gerak gerik Aji, entah dia mau mulai dari mana untuk menjelaskan semua nya, pada kenyataan nya itu uang sudah Aji gunakan untuk kepentingan pribadi nya."Pak Aji, kok malah diam saja, ayok pak jelaskan!" ucap pak Dani sekali lagi."Anu Bos, uang itu sudah saya berikan pada mereka, itu kan bukti nya mereka sudah bubar dari Bos!" sahut Aji dengan gugup nya."Asal pak Aji tau ya, mereka bisa pulang karena gaji mereka selama dua bulan ini saya yang bayar, dan bapak hitung saja, mereka ada 20 orang dan kesemua nya tidak bapak bayar selama 2 bulan, silahkan bapak hitung sendiri, berapa uang yang harus saya keluarkan untuk mereka!?" sahut pak Dani dengan nada yang tegas dann jelas."E..anu..saya...," Aji sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi, dia kelimpukan seperti cacing kepanasan karena bingung, mau kabur gak mungkin, dan mau jujur itu pasti akan semakin malu."Sekarang saya minta pertanggung jawaban pak Aji,apa pun itu cara nya silahkan saja, y
Meskipun demikian Bowo dan Mili tetap meminta pak Kusuma untuk beristirahat, karena menurut mereka kesehatan orang tua nya jauh lebih penting, setelah mengantar pak Kusuma ke kamar nya, Mili dan Bowo pun keluar dari kamar dan menuju ke balkon lantai atas untuk ngobrol kembali."papa memang seperti itu Mas, orang nya tidak mau diam," ucap Mili yang hafal betul dengan kebiasaan papa nya itu."iya Mbak, seperti nya papa nya Mbak Mili muda nya sangat aktif dan tidak mau diam ya Mbak," sahut Bowo."menurut cerita papa sih begitu Mas, tapi yang Mili tau,papa memang orang nya suka ngulik Mas, apa pun yang bisa di jadikan bahan pembicaraan, pasti akan papa bahas dan pembahasan itu akan panjang, terkadang Mili sampai bosan dengar nya Mas, tapi walau begitu papa tetap tidak peduli, dan Mili tetap mengalah untuk mendengarkan semua cerita papa," ucap Mili yang menceritakan papa nya kepada Bowo."bagus itu Mbak, saya suka hal seperti itu, karena kita bisa bertanya hal yang tidak kita tau, dan papa
"Hallo Om Danu, apa kabar Om?" tanya Mili yang menyalami pak Danu."Sangat baik, dan lebih baik, karena Om punya partner kerja yang hebat seperti Mas Bowo ini," jawab Pak Danu yang bangga dengan kinerja Bowo."Semoga lancar ya Om proyek nya," ucap Mili sumringah."Aamiin," Bowo dan pak Danu pun serempak mengamini nya."Om juga do'a kan kalian berjodoh," ucapan pak Danu membuat Bowo dan Mili bengong sesaat lalu tertawa."Hahahahah.., Om Danu ada-ada saja sih, kami ini cuma teman Om dan lebih ke kakak adik aja sih, iya kan Mas!" sahut Mili yang di balas anggukan oleh Bowo."Tapi Om berharap kalian bisa bersama-sama lho!" ucap pak Danu lagi."Jodoh, maut dan rejeki itu kan semua sudah di atur oleh yang Maha Kuasa Om, jadi kita jalani saja apa yang sudah Allah takdirkan untuk kita, meski apa pun itu yang merubah hidup kita, ya keputusan kita sendiri," sahut Bowo yang menimpali nya."Benar sekali, kita jalani saja apa yang sudah menjadi kehendak Nya," sahut pak Danu lagi membenarkan ucapan
Sedangkan Mili sudah pergi bersama dengan Seto menuju Caffe tempat biasa mereka bertemu, Mili seakan lupa waktu karena sangat menikmati makan malam nya bersama dengan Seto, sang kekasih hati yang telah lama tidak jumpa."Honey,kamu kapan balik lagi ke Luar Negri?" tanya Mili pada Seto dengan gaya nya yang manja."Minggu depan honey, kenapa apa kamu mau ikut bersama ku?" jawab Seto dan kembali bertanya balik pada Mili."Kok cepet banget sih honey,aku kan masih kangen," jawab Mili lagi seraya dia potong daging sapi yang ada di piring nya."Kan aku harus kuliah honey, semua kan demi masa depan kita juga honey," sahut Seto yang mencolek hidung Bangir Mili."Eummm..so sweet honey, makin sayang deh sama kamu,nih maem!" Mili pun menyuapkan potongan daging kecil ke mulut Seto dengan garpu, dan Seto pun menyambut nya dengan mesra.Kedua sejoli ini seakan lupa jika mereka sedang di tempat umum, kemesraan yang serasa dunia milik berdua itu di rasakan Mili dan Seto, makan malam yang sangat romant
Keesokan hari nya saat bertemu dengan Bowo sikap Mili jadi berubah, bahkan dia tidak mau untuk ke kampus bersama-sama seperti biasanya."Mas berangkat aja duluan!" ucap Mili yang mengelap mulut nya setelah selesai menyantap sarapan pagi nya."Mbak Mili gak bareng saya?" tanya Bowo heran."Gak, aku mau di jemput Seto nanti," jawab Mili singkat."Papa gak setuju, sudah sana kamu bareng sama Seto aja ke kampus nya!" sahut pak Kusuma yang menimpali omongan mereka berdua."Mili berangkat sendiri aja pa, soal nya ada yang harus Mili beli dulu!" sahut Mili yang berbohong pada papa nya."Biyar Bowo yang temani kamu, mau beli apa memang nya?" tanya Pak Kusuma lagi."Gak jadi pa,ya sudah deh aku bareng Mas Bowo,"jawab Mili dengan mulut manyun dan wajah cemberut."Begitu dong anak papa, ya sudah sana berangkat!" ucap pak Kusuma sumringah.Dengan wajah yang cemberut, Mili mencium tangan Papa dan mengucap salam karena ingin berangkat ke kampus, begitu juga dengan Bowo,setelah itu mereka berjalan b
"Kamu salah Lin, justru dia sangat Profesional, karena dia sudah memiliki banyak Proyek di mana-mana, dan saat ini dia sedang Fokus dengan kursus memasak nya," ucap Bowo yang membela Mili."Apa, kursus masak, hahahah..lucu sekali Mili, seorang Arsitek yang notabene berkulik dengan pensil, kertas dan penggaris tapi berpindah menjadi Koki dengan pisau dan wajah di tangan nya..,ini sungguh lucu Bowo!" sahut Lin yang terus tertawa geli kala teringat Bowo yang mengatakan Mili akan berpindah Profesi."Sebenarnya itu bukan kemauan Mbak Mili, tapi karena dia ingin papa nya bahagia maka dia dengan ikhlas mengesampingkan karir nya yang sudah bagus, demi membahagiakan papa nya," ucap Bowo lagi-lagi memuji Mili."Rasanya elu sudah jatuh cinta sama Mili deh Wo!" ucap Lin dengan nada agak sewot."Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Bowo dengan kening mengkerut."Karena dari tadi elo ngebelain dan memuji nya terus," jawab Lin dengan raut wajah sewot nya."aku cuma bicara kenyataan saja Lin, bukan memu
Akan tetapi Mili pun menyadari akan sikap kasar nya pada Bowo, dia sudah menyesal karena dia telah lepas kendali.[["Ya ampun kenapa aku jadi bicara seperti itu sih sama Mas Bowo, aku harus minta maaf sama dia!"]] gumam Mili dalam hati, dia gelisah dan merasa bersalah.Sementara itu Bowo meninggalkan pak Kusuma yang sedang beristirahat di kamar nya, karena setelah di kamar nya pak Kusuma meminta Bowo untuk meninggalkan nya sendiri di kamar.Saat Bowo melewati Mili yang masih mondar mandir di ruang keluarga, Bowo hanya melemparkan senyuman tipis nya dan berlalu begitu saja."Mas Bowo!" panggil Mili pada Bowo yang membuat Bowo terhenti dan menoleh."Iya Mbak," jawab nya singkat.Dan Mili berjalan menghampiri Bowo yang tengah berdiri terpaku. Mas, aku minta maaf karena sudah kasar sama Mas Bowo!" ucap Mili seraya tertunduk menyesal."Gak apa-apa Mbak, apa yang Mbak Mili katakan itu benar semua, tidak seharusnya saya ikut campur dalam urusan pribadi Mbak Mili, dan mulai Minggu depan saya
Dengan sangat hati-hati Bowo menghubungi keluarga Parto di kampung, menceritakan kondisi Parto saat ini,istri Parto menangis histeris saat tau bahwa suami nya mengalami kecelakaan dan kondisi nya kritis,tanpa pikir panjang lagi Istri Parto dan juga Roni berangkat ke Ibu Kota untuk menjenguk Parto.Seperti biasa dengan kereta cepat mereka berangkat saat itu juga,tentu nya semua biyaya tiket dan lain-lain di tanggung oleh perusahaan,bahkan pribadi Bowo pun memberi sumbangan pada keluarga Parto.Mereka membutuhkan waktu sekitar semalaman untuk sampai di Ibu Kota,karena letak desa mereka berada di lereng gunung ,sesampai nya di setasiun Bowo pun sudah menunggu dengan Mobil mewah nya."Mbak Nik!"Bowo menyalami istri Parto dan juga Roni tapi istri Parto justru malah menangis terisak."Mas mu kenapa Mas Bowo?"tanya Mbak Nik yang menangis tersedu,hingga orang-orang yang berada di stasiun mengalihkan perhatian nya pada Mbak Nik dan Bowo."Kita kerumah sakit dulu yok Mbak!"Bowo menuntun Mbak Nik