Keesokan harinya setelah solat subuh Bowo pun mengecek kembali pintu gerbang rumah nya yang penyok itu,dia pun berfikir untuk memperbaiki nya dan memasang dengan bahan yang lebih tebal lagi,lalu datanglah pakde Jono yang menghampiri Bowo."Orang-orang itu kurang ajar sekali ya Le,"ucap pakde Jono yang berdiri di samping Bowo sambil menatap pintu gerbang yang penyok itu."Iya pakde,tapi yang buat saya bingung untuk apa mereka melakukan ini semua kepada saya?"sahut Bowo yang bingung dan bertanya-tanya sendiri."coba kamu ingat-ingat lagi,apa ada orang yang pernah kamu sakiti Le?"tanya pakde Jono serius,Bowo pun terdiam sejenak dan dia mengingat-ingat nya,tapi karena tidak pernah ada orang yang dia sakiti,maka dia pun bingung lagi."saya tidak pernah menyakiti siapa pun pakde,"jawab Bowo penuh keyakinan."kamu yakin Le?"pakde Jono pun meyakinkan sekali lagi."iya pakde saya yakin,"sahut Bowo dengan jelas.Dan mereka pun terdiam masih memandangi pintu gerbang itu,terlihat pakde Jono yang
Tapi Mak Ijah curiga dengan pakde Jono,karena untuk apa pakde Jono mengambil foto guci-guci di ruang tamu rumah majikan nya itu,Mak Ijah terus melanjutkan pekerjaan nya,seperti biasa Mak Ijah mengelap semua perabot yang berada di ruang tamu itu,lalu menyapu dan mengepel lantai nya hingga bersih,lalu Mak Ijah menyalakan wewangian elektrik yang di pasang di ruang tamu itu,agar ruang tamu selalu harum dan segar.Setelah Mak Ijah selesai membersihkan ruang tamu,dia pun menemui suami nya yaitu pak Tono yang sedang bersih-bersih rumput di halaman belakang."Pak,tau gak tadi Ibu lihat apa?"tanya Mak Ijah serius."Ya mana saya tau Bu,kan dari tadi bapak di sini,"jawab pak Tono yang masih sibuk dengan pekerjaan nya."Ibu tadi mergokin pakde satpam di ruang tamu pak,"sahut Mak Ijah serius."Terus kalau pakde satpam di ruang tamu kenapa Bu?"tanya pak Tono datar."Ya gak apa-apa sih pak,tapi yang aneh nya Ibu lihat,pakde satpam itu mengambil foto guci-guci mahal milik Den Bowo pak,"jawab Mak Ijah
Terdengar jelas di telinga Bowo, saat ia tidak sengaja menguping pembicaraan tetangganya yang sedang membicarakan dirinya dan keluarganya tersebut."Itu loh Bu, keluarganya Bu Mini, hari gini masih aja ngutang di warung, apa gak malu ya ngutang belanjaan Mulu" ucap salah satu dari segerombolan ibu-ibu itu."Iya bener Bu, tadi pagi aja saya dengar cerita dari ibu warung, katanya Bu Mini itu udah sering banget ngutang, dan hutang nya pun sudah numpuk di warung katanya" Sahut salah satu ibu-ibu yang lainnya."Ya maklum lah, namanya juga orang miskin Bu Bu, sudah pasti hutangnya banyak, kalau tidak berhutang belanjaan, mana mungkin bisa makan mereka, apa lagi anaknya Bu mini itu, kerjaannya gitu-gitu aja, udah gitu jarang kerja pula, gimana mau ada uang coba, ya kan!"Mendengar akan obrolan tersebut, Bowo pun menghela nafas panjang."Ya Allah, berikanlah kesabaran kepada hamba mu ini, astagfirulahal adzim" gumam Bowo dalam hati, yang lalu ia melanjutkan perjalanan untuk menuju pulang ke ru
Kereta yang mereka tumpangi mulai memasuki Ibu Kota Jakarta, mereka bertiga mulai membuka mata nya, setelah semalaman terlelap."Mas Bowo sebentar lagi kita turun!" ucap Parto yang mulai menyiapkan tas ransel yang dia bawa, begitu juga dengan Roni yang sudah menyiapkan tas ransel nya juga."Oh nggeh (iya) mas," jawab Bowo dan mulai sibuk juga menyiapkan tas bawaan nya.Mereka ber tiga masing-masing hanya membawa satu tas ransel besar untuk tempat pakaian, karena rata-rata kalau laki-laki itu kemana-mana bawaan nya lebih simpel di banding perempuan.Setelah tiba di Stasiun mereka beristirahat sebentar untuk mencari sarapan, dan mereka menuju ke warung nasi yang berada di depan Stasiun.Mereka makan dengan lahap nya, karena perut mereka juga sudah merasa lapar, Parto sambil mengeluarkan secarik kertas alamat yang dia dapat dari teman nya yang sudah di Kota lebih dulu, Makan pun sudah selesai, mereka melanjutkan menghisap rokok setelah nya."Mas tau alamat ini gak?" tanya Parto pada peda
Mereka sudah berkumpul di depan rumah yang masih setengah jadi, Mandor bangunan yang biasa di panggil bang Aji itu menjelaskan tugas mereka ber tiga."Buat kalian bertiga yang biasa kerja bangunan seperti ini siapa?" Mandor itu berdiri dengan tegap seraya dia silangkan kedua tangan nya dada."Saya bang," Parto tunjuk tangan."Kamu nama nya siapa?" tanya Mandor itu."Saya Parto boss," jawab Parto cepat."Kamu ikut pasang keramik ya, dan yang lain bantu-bantu serabutan dulu, mana yang repot ya itu yang di bantu!" Mandor itu menjelaskan tugas mereka bertiga.Parto, Bowo dan Roni pun mengangguk paham, dan setelah Mandor pergi mereka pun mulai bekerja.Parto mulai membantu para senior nya memasang keramik, Roni dan Bowo membantu mengangkat pasir dan batu bata, Bowo sangat bersemangat hingga panas nya terik matahari tidak dia rasakan.Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang menjelang sore, di jam segitu biasanya pekerja di beri waktu untuk istirahat sejenak, mereka menyeduh kopi panas untuk tem
Aji mulai kebingungan untuk mencari cara agar pembangunan cepat selesai, tapi dana yang pemilik rumah berikan sudah habis, tinggal sisa untuk para pekerja, mereka di bayar harian, akhirnya pun Aji memilih bahan bangunan dengan kualitas abal-abal, harga nya murah tapi bentuk sama,ide sudah Aji dapatkan,kini saat nya memerintah para pekerja nya untuk mempercepat pembangunan dan lembur."Mulai hari ini kalian harus lembur tiap hari,saya tidak mau tau!" perintah Aji dengan suara lantang dan berkacak pinggang."Tiap hari bang?" sahut salah seorang pekerja."Iya,tiap hari dan kalau belum saya perintahkan berhenti, jangan ada yang berhenti!" ucap nya lagi."Apa ini tidak kelewatan bang?"sahut Bowo dengan berani nya."Apa nya yang kelewatan? kalian tinggal kerjain aja apa yang saya perintahkan dan jangan ada yang membantah!" sahut Aji lagi."Bayaran mereka abang korupsi, tapi kerjaan mereka abang tambahi, apa itu nama nya tidak kelewatan,"sahut Bowo yang meletakkan cangkul nya di atas gunduka
Jatuh tersungkur di hadapan Bowo yang tengah duduk di teras Masjid,dia berhambur mendekati nya tatkala melihat si Bapak,entah kenapa dengan si Bapak ini tiba-tiba jatuh pingsan."Pak,Bapak!"Bowo menepuk-nepuk pelan pipi si Bapak,tapi Bapak ini tidak bereaksi apa-apa,Bowo bingung dan meminta pertolongan orang yang melintas di area Masjid,dan tidak berapa lama kemudian ada beberapa orang yang sudah membantu,dengan segera mereka membawa si Bapak ke Rumah Sakit terdekat dengan Komplek Perumahan.Sesampai nya di Rumah sakit si Bapak sudah mendapat perawatan,sedangkan Bowo bingung,dia harus menunggu si Bapak di Rumah sakit sampai sadar kembali."Keluarga pasien!"panggil salah seorang perawat yang sudah berdiri di ambang pintu ruang pemeriksaan,dengan tergopoh Bowo mendekat."Saya bu,"jawab Bowo panik."Kami sudah memeriksa nya dan kondisi pasien baik-baik saja,untung bapak segera membawa nya ke Rumah sakit,dan tolong selesaikan administrasi nya segera,kami akan memindahkan pasien ke ruang r
Bowo sudah mulai mengerjakan renofasi taman seperti yang di instruksikan oleh Mili anak Pak Kusuma,dengan penuh semangat dan keseriusan Bowo mengerjakan tugas nya,meski dia seorang diri,tapi semangat nya luar biasa,Bowo yang tidak memiliki keahlian di bidang ukiran tapi dia mampu mengerjakan nya dengan baik dan rapi,bahkan Bowo juga menata taman dengan indah dan rapi.Mili yang saat itu sedang berada di balkon kamar nya,dia terkejut melihat perubahan taman belakang yang begitu rapi dan indah ketika di lihat dari atas,Fikiran Mili pun mulai menebak-nebak,apa iya kalau Bowo itu hanya lulusan SMK (sekolah menengah kejuruan)?,Mili pun penasaran dan turun untuk menemui Bowo.Sesampai di bawah,Mili tidak menemukan Bowo,dia mencari-cari ke sudut-sudut taman,dan ternyata Bowo sedang ngulik sesuatu di belakang tembok sebuah patung."Mas Bowo lagi ngapain?"tanya Mili yang lagi-lagi tertegun melihat hasil karya Bowo,ternyata si Bowo sedang membuat Lukisan pegunungan."Eh Mbak Mili,ini saya lagi