Jatuh tersungkur di hadapan Bowo yang tengah duduk di teras Masjid,dia berhambur mendekati nya tatkala melihat si Bapak,entah kenapa dengan si Bapak ini tiba-tiba jatuh pingsan.
"Pak,Bapak!"Bowo menepuk-nepuk pelan pipi si Bapak,tapi Bapak ini tidak bereaksi apa-apa,Bowo bingung dan meminta pertolongan orang yang melintas di area Masjid,dan tidak berapa lama kemudian ada beberapa orang yang sudah membantu,dengan segera mereka membawa si Bapak ke Rumah Sakit terdekat dengan Komplek Perumahan.Sesampai nya di Rumah sakit si Bapak sudah mendapat perawatan,sedangkan Bowo bingung,dia harus menunggu si Bapak di Rumah sakit sampai sadar kembali."Keluarga pasien!"panggil salah seorang perawat yang sudah berdiri di ambang pintu ruang pemeriksaan,dengan tergopoh Bowo mendekat."Saya bu,"jawab Bowo panik."Kami sudah memeriksa nya dan kondisi pasien baik-baik saja,untung bapak segera membawa nya ke Rumah sakit,dan tolong selesaikan administrasi nya segera,kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat!"perawat itu memberikan penjelasan dan menyodorkan kertas putih berisi tulisan angka-angka,Bowo membaca nya dengan seksama,sejumlah uang yang harus di bayar sudah tertera di situ,dia garuk garuk kepala bingung,dia tidak mengenal si bapak,tapi dia harus membayar biyaya itu semua,sungguh sulit,jangankan untuk membayar biyaya rumah sakit,untuk makan saja dia bingung,Bowo kembali duduk di deretan kursi yang berada di pinggir ruangan,dia memijat kening nya berkali-kali dan ingin menghubungi Parto,tapi dia celingukan mencari-cari di mana ransel nya,dia menepuk jidat nya keras,dia ingat ransel nya tertinggal di Masjid,ponsel nya pun tertinggal karena dia dengan spontan setelah melihat si Bapak itu tadi ambruk dia simpan ponsel itu di atas ransel nya.("Aduh ya Allah kok aku bodo gini,ranselku keri (ketinggalan),duh gimana ini,mana ponselku juga aku tarok di sana,goblok..goblok,")Bowo bicara sendiri dan bingung,dia mondar mandir gelisah gak karuan,sesekali dia gigit bibir bawah nya untuk menghilangkan kekalutan.Saat ini si Bapak sudah di pindah ke Ruang rawat,dan sudah sadarkan diri,seorang perawat memberi tau Bowo bahwa si Bapak sudah sadar,dia pun merasa lega dan bergegas menemui si Bapak."Bapak sudah sadar!"tanya Bowo setengah ketakutan."Iya mas,terima kasih mas sudah bantu saya,kalau gak ada si mas mungkin saya sudah gak tertolong,penyakit jantung saya ini memang sudah parah mas,"ucap si Bapak panjang lebar dengan suara lirih,meski selang infus masih nempel di hidung nya."Sama-sama pak,kita kan sebagai manusia memang sudah seharusnya saling tolong pak,"Jawab Bowo dengan sopan nya."Iya,benar..oh iya nama saya Kusuma,mas nama nya siapa?"tanya pak Kusuma lagi."Saya Bowo pak,"Jawab nya singkat dan agak malu-malu."Mas Bowo,bisa tolong bantu saya sedikit duduk mas!"pinta si bapak."Tapi pak,saya takut,itu selang nya kan masih di hidung bapak,"jawab Bowo ragu-ragu."Ah gak apa-apa mas,"pak Kusuma melepas selang itu dari hidung nya,hal itu membuat Bowo kebingungan."Wah jangan pak,nanti Dokter marah pak!"Bowo dengan spontan berdiri untuk mencegah pak Kusuma melepas selang infus nya,tapi pak Kusuma tetap melepas nya,dan Bowo pun tidak berani mencegah nya lagi,dan lalu dia membantu pak Kusuma berbaring setengah duduk."Nah,begini kan lebih enak kita ngobrol nya mas!"ucap pak Kusuma yang tersenyum lebar,Bowo pun ikut lega."Tapi bapak mesti banyak istirahat,biyar cepat sehat pak!"nasehat Bowo yang membuat pak Kusuma terdiam menatap lekat Bowo,dan tatapan pak Kusuma membuat Bowo bingung,dan salah tingkah"anu..apa saya salah bicara pak,saya minta maaf ya pak!"Bowo ketakutan."Selama ini saya hanya tinggal bersama anak perempuan saya satu-satu nya,dia terlalu sibuk dengan kuliah nya,dia seorang Arsitek,karir nya juga sudah bagus,banyak desain-desain nya yang sudah di pakai di Ibu kota ini,"cerita pak Kusuma panjang lebar."Sekarang apa bapak mau menghubungi anak bapak?"tanya Bowo lagi."Gak usah,nanti biyar supir saya saja yang kesini!"jawab pak Kusuma."Baik pak,sekarang silahkan bapak istirahat ya!"ucap Bowo pelan."Kamu ambil itu kursi,duduk di dekat saya sini,saya tidak mau istirahat,saya mau ngobrol saja sama mas,mas ini asalnya dari mana?"tanya pak Kusuma yang sudah tidak terlihat sakit,Bowo memindahkan kursi yang berada di dekat meja ke samping ranjang pak Kusuma,lantas dia menarik nafas berat."Saya dari kampung pak,"jawab Bowo singkat."Terus di Ibu Kota ini kamu kerja apa?""Saya kuli pak,tapi saya sudah di pecat,"jawab Bowo seraya tersenyum malu-malu."Lho,kenapa kok di pecat?"tanya pak Kusuma kaget."Anu pak,Mandor saya tidak cocok dengan kerjaan saya,"jawab Bowo datar."Kami bisa kerja apa memang nya?""Saya kerja apa saja mau pak,"dalam hati Bowo bingung."Apa saja?"tanya pak Kusuma menegaskan sekali lagi."Iya pak apa saja,"jawab Bowo lagi."Ya udah,kebetulan taman di belakang rumah saya patung-patung nya ada yang rusak,bisa bantu saya memperbaiki?""Tentu saja bisa pak,"dengan semangat Bowo menjawab,karena dia sedang membutuhkan pekerjaan."Baiklah,kalau gitu nanti pulang mas ikut saya ya,soal tempat tinggal tenang saja,saya ada banyak kamar di rumah!"ucap pak Kusuma."Siap pak,tapi maaf ransel tempat pakaian saya tertinggal di Masjid pak!"keluh Bowo."Oh iya,mobil saya juga masih di sana,nanti saya telfon supir saya untuk mengambil mobil sekaligus bawa ransel mas Bowo!"sahut pak Kusuma.Obrolan Bowo dan pak Kusuma semakin nyambung dan asik,hingga pak Kusuma lupa kalau dirinya sedang di Rawat di Rumah sakit,seperti nya cerita perjalanan Bowo hingga sampai di Ibu Kota ini cukup menarik perhatian pak Kusuma.☆☆☆☆Hari ini pak Kusuma sudah membawa Bowo pulang ke Rumah,Bowo yang takjub dengan kemegahan rumah pak Kusuma,dia hanya melongo,rumah pak Kusuma yang memiliki pelataran segede lapangan itu membuat Bowo bingung, di tambah lagi dengan bangunan Rumah yang megah menjulang tinggi juga panjang itu membuat hati Bowo bertanya-tanya"ini orang gali uang nya di mana ya?"Bowo garuk-garuk kepala,kok bisa ya bikin rumah segede ini.Pak Kusuma yang biasanya tertutup dengan tamu-tamu nya,kali ini dia berbeda,dia langsung membawa Bowo masuk kedalam Rumah,dia berfikir Bowo tidak akan mungkin berbuat jahat,karena dia sudah Baik menyelamatkan Nyawa nya.Melihat segala kemewahan yang berada di dalam rumah milik Pak Kusuma,Bowo semakin bingung,pandangan Bowo menyapu bersih seisi ruangan,Lantai Marmer yang kinclong,Lukisan-lukisan bernilai tinggi,guci-guci yang harga nya ratusan juta,juga masih banyak lagi benda-benda unik lain nya.Bowo tidak tau harus berkata apa,dia hanya bisa diam dan menikmati keindahan dan kemegahan yang berada di hadapan nya."Tuan Kusuma sudah pulang,bagaimana kondisi Tuan?"tanya Bik Nah salah seorang Asisten rumah tangga di rumah pak Kusuma.Di rumah pak Kusuma terdapat dua orang Asisten rumah tangga,yaitu Bik Nah yang tugas nya di dapur,dan satu lagi nama nya Bik Tum dia bertugas membersihkan rumah,selain itu ada juga supir nama nya pak To,ada lagi tukang kebun dan juga Satpam."Saya baik-baik saja Bik,oh iya tolong buatkan minum untuk Mas Bowo ya Bik!"perintah pak Kusuma yang langsung di laksanakan oleh Bik Nah."Tidak usah repot-repot pak!"ucap Bowo yang terus merunduk ketakutan."Hanya minuman Mas,tidak ada yang repot kok,ayo silahkan duduk Mas!"pak Kusuma mempersilahkan Bowo duduk,dan Bowo pun menuruti apa perintah pak Kusuma,saat duduk di Sofa yang sangat empuk itu,Bowo merasakan kenyamanan yang luar biasa,berkali-kali dia mengusap dasar Sofa("apik banget (bagus banget)") dalam hati Bowo bergumam sendiri."Saya langsung kerja saja Pak!"ucap Bowo."Istirahat saja dulu,nanti saya kasih tau kerjaan kamu apa,kita ngobrol dulu saja!"sahut Pak Kusuma."Baik pak."Dan Bik Nah datang kembali membawa nampan berisi dua gelas air minum,lalu Bik Nah meletakkan nya di atas meja dan dia pergi lagi setelah mempersilahkan tamu nya untuk minum,di tengah obrolan Pak Kusuma dan Bowo yang asik,tiba-tiba datang seorang gadis yang berperawakan tinggi,putih,montok dan pasti nya cantik,hidung bangir yang indah,serta bibir tipis merona dengan polesan lipstik berwarna pink,dia datang dari luar dengan menenteng gulungan-gulungan kertas Karton yang semua nya itu berisi gambar desain rumah,tergopoh-gopoh gadis itu memasuki rumah,hingga Pak Kusuma dan juga Bowo bingung melihat nya."Papa,...Dia Mili,anak satu-satu nya pak Kusuma,dia baru datang dari Luar kota untuk mengerjakan proyek pembangunan rumah."Hallo anak papa,apa kabar sayang?"Pak Kusuma memeluk erat Mili,begitu juga dengan Mili yang memeluk papa nya dengan manja."Papa kata nya habis masuk rumah sakit ya,kan Mili sudah sering bilang pa,kalau kemana-mana bawa pak To,biyar papa ada yang jagain!"ucap Mili yang kawatir dengan papa nya."Papa baik-baik saja kok sayang,untung ada Mas Bowo ini yang bantu papa,kalau tidak ada dia,mungkin kita tidak berkumpul seperti ini lagi!"sahut Pak Kusuma yang bangga dengan kepahlawanan Bowo.Sedangkan Bowo hanya mesam-mesem sambil tertunduk malu-malu dan gak ada gagah-gagah nya sama sekali."Oh,Mas ini yang nolong papa,terima kasih ya Mas atas bantuan nya!"ucap Mili seraya tersenyum memaksa."Oh nggeh Mbak (oh iya mbak) sama-sama,"jawab Bowo dengan suara terbata-bata."Mas mau minta imbalan apa,karena sudah menolong papa saya!"Mili tiba-tiba bicara asal saja."Tidak Mbak,saya ikhlas kok bantu papa nya Mbak,"jawab Bowo gugup."Mili..,Bowo ini akan papa minta untuk memperbaiki patung-patung di taman belakang,itung-itung papa balas budi ke dia dengan cara memberi nya pekerjaan,"Pak Kusuma menjelaskan nya pada Mili anak semata wayang nya itu."Memang nya dia bisa pa?"tanya Mili seraya dia pandangi Bowo dari atas hingga ke bawah."Dia ini kan kuli,tapi baru di pecat dari kerjaan karena dia berantem dengan Mandor nya,alasan nya apa tapi papa tidak tau."Jadi gini pak,Mandor tempat saya bekerja itu orang nya curang,gaji para pekerja tidak di bayar secara utuh,jadi para pekerja mengeluh,dan saya memberanikan diri untuk protes,eh malah saya di ajak berantem,ya saya tantangin,orang saya laki-laki,"Bowo menceritakan dengan antusias."Oh,jadi Mas ini di pecat karena membela teman-teman nya Mas ya? Bagus sih,tapi kamu harus mengorbankan pekerjaan kamu,"sahut Mili menanggapi cerita Bowo."Itu arti nya dia di pecat bukan salah dia kan?"timpal pak Kusuma."Iya pa,ya sudah kalau begitu,Mili terserah papa saja."Mili awal nya ragu dengan Bowo,karena patung-patung di taman belakang rumah pak Kusuma itu sangat rumit pembuatan nya,setiap lekuk dan ukiran nya membutuhkan sentuhan tangan seniman ukir-ukiran,tapi Mili ingin melihat dan penasaran dengan cara kerja Bowo,dan juga hasil dari pekerjaan Bowo,dan akhir nya Mili setuju jika Bowo ingin membangun kembali patung-patung itu."Oh iya Mas Bowo,..."Panggil saya Bowo aja pak!""Kenapa?""Biyar lebih gampang pak!"jawab Bowo dengan sopan nya."Oh,baiklah Bowo,nanti saya suruh Bik Tum beli baju untuk kamu ya!"pak Kusuma ingat bahwa Bowo tidak memiliki pakaian ganti."Gak usah pak,biyar saja!"sahut Bowo dengan cepat."Papa untuk apa beli baju buat dia?"tanya Mili penuh tanda tanya."Mili..,kasihan Bowo,tas ransel isi pakaian dan juga ponsel dia hilang,dan itu gara-gara nolongin papa,jadi maka nya papa banyak hutang budi sama Bowo!"jawab Pak Kusuma menjelaskan pada Mili."Oh..ya sudah terserah papa,dan sekarang lebih baik papa istirahat saja dulu,ok!"ucap Mili yang masih kawatir dengan papa nya."Papa mau antar Bowo dulu ke kamar nya sayang!"sahut Pak Amarta."Gak usah pa,nanti biyar Mili aja yang kasih tau dia pa!"ucap Mili seraya menuntun papa nya pergi ke kamar tidur.Bowo yang di tinggal sendirian di ruang tamu,dia bingung harus ngapain dan berbuat apa,dia hanya terdiam sambil melihat-lihat sekeliking ruangan itu,jarak beberapa menit saja Mili sudah kembali ke ruang tamu untuk menemui Bowo."Mas mari saya antar untuk melihat taman belakang dan juga kamar nya Mas,siapa nama Mas?"Mili mengingat-ingat nama Bowo."Bowo Mbak!"sahut nya."Yah,itu dia."Mili dan Bowo berjalan beriringan,mereka tampak sedang berbincang,tapi entah apa yang di perbincangkan hanya mereka yang tau."Ini taman nya Mas!"ucap Mili memberi tau Bowo."Wah,gede banget Mbak,"sahut Bowo yang lagi-lagi kagum,karena taman belakang rumah Pak Kusuma sangat luas dan indah,taman yang penuh dengan bunga-bunga beraneka rupa dan warna,patung-patung yang unik dengan ukiran-ukiran indah."Dan itu patung-patung yang harus Mas perbaiki!"Mili menunjuk beberapa patung dengan bentuk seseorang yang membawa Bola dunia di tangan nya,dan juga masih ada patung-patung yang lain nya.Bowo sudah mulai mengerjakan renofasi taman seperti yang di instruksikan oleh Mili anak Pak Kusuma,dengan penuh semangat dan keseriusan Bowo mengerjakan tugas nya,meski dia seorang diri,tapi semangat nya luar biasa,Bowo yang tidak memiliki keahlian di bidang ukiran tapi dia mampu mengerjakan nya dengan baik dan rapi,bahkan Bowo juga menata taman dengan indah dan rapi.Mili yang saat itu sedang berada di balkon kamar nya,dia terkejut melihat perubahan taman belakang yang begitu rapi dan indah ketika di lihat dari atas,Fikiran Mili pun mulai menebak-nebak,apa iya kalau Bowo itu hanya lulusan SMK (sekolah menengah kejuruan)?,Mili pun penasaran dan turun untuk menemui Bowo.Sesampai di bawah,Mili tidak menemukan Bowo,dia mencari-cari ke sudut-sudut taman,dan ternyata Bowo sedang ngulik sesuatu di belakang tembok sebuah patung."Mas Bowo lagi ngapain?"tanya Mili yang lagi-lagi tertegun melihat hasil karya Bowo,ternyata si Bowo sedang membuat Lukisan pegunungan."Eh Mbak Mili,ini saya lagi
Bowo dan pak To kini sudah memasuki kota Jakarta lagi, suasana hiruk pikuk kemacetan kota mulai terlihat lagi oleh Bowo, walau Bowo masih berduka tapi dia tidak ingin larut dalam kesedihan, karena dia tau, di mana pun dia berada pasti Ibu nya akan menyertai diri nya."Alhamdulillah kita sudah sampai di kota lagi ya Mas!"ucap pak To yang melebarkan senyum nya."Iya pak, Alhamdulillah,"jawab Bowo."Gimana perasaan Mas sekarang,apa sudah lebih tenang?"tanya Pak To seraya menoleh ke arah Bowo yang sedang merapikan rambut nya."Alhamdulillah sudah lebih baik pak,"jawab Bowo sumringah.Melihat Bowo yang sudah mulai mau tersenyum lagi,pak To merasa lega, karena selama perjalanan dari kampung nya Bowo,dia lebih banyak diam dan berzikir, mobil sudah mulai memasuki area Komplek, Bowo pun sudah bersiap untuk turun, saat mobil sudah memasuki pelataran rumah pak Kusuma, ternyata pak Kusuma dan juga Mili sudah menunggu di teras rumah, melihat keluarga baru nya ini,Bowo merasa haru, dia teringat lag
Lin yang sedang duduk di kejauhan,dia terus saja memoerhatikan Mili dan Bowo,mata nya menatap tajam dari kejauhan,seakan dia iri dengan Mili yang begitu dekat dengan Bowo."Lin,lo ngapain sih ngeliatin mereka terus?"seorang gadis tomboy menghampiri Lin dengan sebotol minuman di tangan nya,gadis yang selalu memakai topi,kaos oblong dan celana panjang dengan sederet kantong di celana nya itu bernama Reta,dia teman satu kelas Bowo dan juga Lin."Gue penasaran aja,ada hubungan apa sih Bowo sama gadis nyebelin itu?"jawab Lin yang mulai sewot."Yaelah Lin,biyar aja kalik mereka ada hubungan,atau..jangan-jangan lo naksir sama si Bowo!"Reta tanpa basa basi lagi langsung menuduh Lin."Ih..apaan sih,gue itu selera nya tinggi,bukan pria seperti Bowo itu!"jawab Lin dengan tatapan jijik pada Bowo dan Mili."Bowo kan tajir Lin!""Dari mana elo tau Ta?"tanya Lin serius."Elo liat aja mobil yang doi bawa,bukan mobil biasa,tapi mobil mewah dengan harga tidak main-main!"jawab Reta dengan santai nya ser
Selesai makan siang,Aji dan Roni kembali ke pos satpam PT untuk menanyakan soal kedatangan CEO nya."Apa lagi pak?"tanya Satpam yang mendahului."Kapan CEO kalian datang?"jawab Aji dan bertanya balik."Pulang saja pak,percuma nungguin juga,udah sana pulang!"satpam itu mengusir Aji dan Roni."Awas kamu ya,baru jadi satpam aja sudah belagu lo,"Aji meradang dan marah-marah sambil meninggalkan pos satpam.Tapi ketika dia masih menunjuk-nunjuk si satpam sambil berjalan mundur,Aji hampir saja tertabrak mobil mewah di belakang nya.Ckikikikit...sett...Dengan cepat sang pengemudi mengunjak rem mobil nya,teriakan dari dalam mobil pun terdengar,Aji gelagapan kaget dan langsung mengeluarkan kata-kata kasar."A*ji*ng kau da...Aji tidak melanjutkan kata-kata nya karena mobil itu masih diam di tempat dan orang di dalam nya justru membuka kaca Mobil."Maaf bang,saya tidak sengaja!"ucap pria itu dengan sopan nya,tapi ketika Aji menoleh dia pun kaget dengan apa yang di lihat nya,hal yang sama di lak
****Hari ini Parto meminta ijin pada Aji,dia ijin pada Aji untuk menemui istri nya yang datang ke Ibu kota,padahal dia pergi untuk menemui Bowo,dia pun harus berkorban uang 200 ribu untuk menutup mulut adek ipar nya itu agar tidak bilang pada Aji bahwa dia ijin untuk bertemu dengan Bowo.Parto pergi sendiri,karena sebelum nya Roni sudah di ajak tapi tidak mau,dan akhirnya Parto pergi sendiri dengan meminjam ponsel milik Roni agar bisa berkomunikasi dengan Bowo ketika di jalan.Sedangkan di tempat lain,Bowo pun sudah siap dengan dandanan nya yang sederhana,kebetulan hari ini hari minggu,jadi Bowo tidak pergi ke Kampus,maka dia bisa dengan bebas pulang kapan saja."Sudah rapi mau pergi kemana kamu Bowo?"tanya Pak Kusuma yang melihat Bowo duduk di teras."Oh Bapak,saya mau bertemu dengan tetangga kampung saya pak,"jawab Bowo dengan sopan."Oh,kok belum jalan?"tanya Pak Kusuma lagi."Masih nunggu taksi online pak,"jawab Bowo yang di tanggapi dengan kekehan oleh pak Kusuma,kok Bapak keta
Parto kaget dengan mobil mewah yang Bowo kendarai, Parto berhambur menuju ke mobil Bowo yang sudah berhenti di pinggir taman, Bowo membukakan pintu untuk Parto dan Parto pun dengan senyum merekah naik keatas mobil yang Bowo bawa."Mas,edian tenan niki (gila bener ini) mobil nya bagus banget, adem, wangi, pasti Bos sampeyan orang kaya raya ya Mas?"Parto yang tadi naik angkot berpanas-panasan, bau keringat bercampur asap kenalpot membuat sesak dada, kini dia menaiki mobil yang sangat nyaman, wajah sumringah dan keheranan Parto semakin terlihat."Pripon Mas (gimana Mas) enak ya mobil nya, Bos saya orang nya kaya Mas, beliau seorang Kontraktor yang sangat sukses, Anak nya juga seorang Arsitek Mas," ucap Bowo yang sudah melajukan mobil nya dengan pelan-pelan."Arsitek itu apa Mas?"tanya Parto yang masih memutar kepala nya untuk mengarah kan pandangan mata nya ke seluruh isi dalam mobil itu."Arsitek itu adalah seorang profesional yang bertugas untuk merencanakan dan merancang desain bangun
Ternyata orang yang berada di belakang pak Kusuma adalah Bik Nah yang ingin menyampaikan kabar soal Bu Nala istri pak Kusuma,selama ini tidak ada yang tau bahwa Istru pak Kusuma mengalami gangguan jiwa dan di rawat di RSJ (Rumah Sakit Jiwa).Bahkan Mili pun tidak mengetahui bahwa Ibu kandung nya masih hidup,selama ini pak Kusuma dan semua pegawai di rumah pak Kusuma tidak ada yang boleh dan berani memberi tau Mili soal kondisi Ibu nya,yang Mili tau bahwa Ibu nya selama ini telah meninggal Dunia."Ada apa Bik?"tanya pak Kusuma Lirih dan mengajak Bik Nah untuk menjauh dari ruang keluarga."Saya mau menyampaikan kabar soal Nyonya pada Tuan!"jawab Bik Nah dengan hati-hati."Iya Bik,gimana kabar istri saya?"tanya pak Kusuma dengan hati-hati."Nyonya sedang sakit demam Tuan,dan tadi Dokter merawat nya!"jawab Bik Nah sedih."Sejak kapan Nyonya sakit?"tanya pak Kusuma lagi dengan wajah kawatir."Sejak kemarin Tuan,"jawab Bik Nah lagi."Ya sudah besok saya ke Rumah Sakit Bik,sekarang Bibik ke
Pagi itu pak Kusuma sudah berangkat ke Rumah Sakit Jiwa untuk menjenguk Bu Nala istri nya, dengan di antar pak To, mereka pergi dengan diam-diam agar Mili tidak melihat nya dan akan banyak pertanyaan nanti nya.Pak Kusuma memilih tempat yang agak jauh dari kota untuk merawat Bu Nala, tujuan nya agar lebih aman saja, kurang lebih satu jam perjalanan untuk menuju Rumah Sakit dan kini mereka sudah sampai di parkiran Rumah Sakit Jiwa.Pak Kusuma menghubungi Bik Nah melalui sambungan telfon, dengan cepat nya Bik Nah menjemput pak Kusuma ke area parkir."Silahkan Tuan!" Bik Nah mempersilahkan pak Kusuma berjalan terlebih dulu."Di mana istri saya di rawat Bik?"tanya pak Kusuma serius."Di ruang Anggrek Tuan," jawab Bik Nah serius pula.Mereka pun berjalan dengan cepat menuju Ruang Anggrek, sesampai nya di tempat itu Pak Kusuma masuk ke dalam ruang rawat setelah mendapat ijin dari Dokter jaga.Setelah di dalam ruangan, pak Kusuma mendekati seorang wanita setengah baya dengan infus di tangan