****
Hari ini Parto meminta ijin pada Aji,dia ijin pada Aji untuk menemui istri nya yang datang ke Ibu kota,padahal dia pergi untuk menemui Bowo,dia pun harus berkorban uang 200 ribu untuk menutup mulut adek ipar nya itu agar tidak bilang pada Aji bahwa dia ijin untuk bertemu dengan Bowo.Parto pergi sendiri,karena sebelum nya Roni sudah di ajak tapi tidak mau,dan akhirnya Parto pergi sendiri dengan meminjam ponsel milik Roni agar bisa berkomunikasi dengan Bowo ketika di jalan.Sedangkan di tempat lain,Bowo pun sudah siap dengan dandanan nya yang sederhana,kebetulan hari ini hari minggu,jadi Bowo tidak pergi ke Kampus,maka dia bisa dengan bebas pulang kapan saja."Sudah rapi mau pergi kemana kamu Bowo?"tanya Pak Kusuma yang melihat Bowo duduk di teras."Oh Bapak,saya mau bertemu dengan tetangga kampung saya pak,"jawab Bowo dengan sopan."Oh,kok belum jalan?"tanya Pak Kusuma lagi."Masih nunggu taksi online pak,"jawab Bowo yang di tanggapi dengan kekehan oleh pak Kusuma,kok Bapak ketawa?"tanya Bowo heran."Kamu ini gimana sih Bowo,di garasi mobil kan nganggur semua,ngapain kamu panggil taksi online?"jawab pak Kusuma seraya meletakkan bokong nya di kursi."Ya tapi itu kan bukan punya Bowo,malu saya pak,"sahut Bowo."Malu kenapa Bowo,anggap saja saya ini Bapak kamu sendiri,dan apa yang ada di rumah ini juga milik kamu,karena nanti nya juga akan jadi milik kamu,"ucap pak Kusuma tanpa dia sadari.Deg...Hati Bowo seketika kaget,entah apa yang pak Kusuma kata kan,kenapa beliau bisa bicara seperti itu,seketika fikiran Bowo melayang kemana-mana,tapi dia berusaha menghilangkan semua fikiran gila itu dari otak nya."Maaf pak,Bapak barusan bicara apa?"ucap Bowo sedikit agak ragu."Bicara apa? Bicara mobil kan Wo,ah kamu ini,pak To! Pak..!!"pak Kusuma memanggil supir pribadi nya,dengan tergopoh-gopoh pak To datang menghampiri pak Kusuma."Iya Tuan ada yang bisa saya bantu?"tanya pak To dengan sangat sopan."Keluarkan mobil yang merah ya!"perintah pak Kusuma yang di jawab dengan anggukan dan dengan secepat kilat pak To sudah lenyap dari pandangan mata."Pak,gak usah,itu mobil mahal punya bapak,mobil itu kan koleksi kesayangan bapak!"sahut Bowo yang merasa tidak enak hati."Gak penting lagi itu Bowo,sudah bawa saja!"pak Kusuma memaksa Bowo."Tapi pak...Belum sempat Bowo melanjutkan kata-kata nya,pak To pun sudah memarkir mobil mewah itu di depan rumah."Pak,kasih kunci nya sama Bowo,mobil itu biyar di bawa sama Bowo!"ucap pak Kusuma lantang,supir pun segera memberikan kunci mobil pada Bowo."Monggo Mas!"kata pak To sembari dia berikan kunci Mobil itu pada Bowo."Makasih pak,"ucap nya pada pak To,dan Terima kasih ya pak,saya sebenar nya tidak enak kalau harus seperti ini pak,"ucap Bowo pada pak Kusuma dengan malu-malu."Sudah sana berangkat,nanti teman kamu lama nunggu!"sahut pak Kusuma dengan senyuman."Saya permisi pak,Assalamu'alaikum,""Wa'alaikumsalam."Setelah berpamitan Bowo pun menaiki Mobil yang harga nya ratusa juta itu dengan perasaan lega,setelah keluar dari area komplek,Bowo membuka ponsel nya yang berlogo Apel separo itu,dia cari nomor Parto di kolom chat,tapi dia tidak menemukan nya,Bowo tidak mengetahui kalau ponsel Parto itu hanya ponsel biasa,di ulang nya berkali-kali hingga sampai bawah,dan ternyata nomor Parto tidak tersambung ke Aplikasi chat,akhir nya Bowo pun menghubungi Parto dengan panggilan telfon biasa.Tulilat...tulikit...Mendengar dering telfon Parto yang suara nya memekak kan telinga orang-orang yang berada di dalam angkot,seketika pandangan mereka beralih ke arah Parto,mereka memandang Parto dengan pandangan mengintimidasi,ada juga remaja yang seketika terkekeh mendengar nya,melihat reaksi orang yang berbeda-beda,Parto pun cengengesan dan segera merogoh ponsel nya dari dalam saku celana bahan nya,dia lihat itu panggilan dari Bowo,Parto pun langsung mengangkat nya.["Assalamu'alaikum,Mas Bowo,"] suara Parto terdengar sumringah.["Wa'alaikumsalam Mas Parto,udah sampai di mana Mas?"]tanya Bowo yang sudah sampai lebih dulu di sebuah taman yang letak nya di pinggir kota.["Sedikit lagi saya sampai Mas,"] suara Parto yang bercampur dengan klakson angkot yang di pencet berkali-kali oleh si supir karena sambil mencari penumpang.["Ok,ya sudah hati-hati ya Mas Parto!"] ucap Bowo dan mengakhiri telfon nya dengan ucapan salam.Kurang lebih 30 menit Parto baru sampai di taman,karena macetnya jalanan Ibu kota membuat nya harus berlama-lama di dalam angkot,sesampai di taman Parto kebingungan mencari Bowo,dia pun menghubungi Bowo dan mengangkat telfon Parto dengan cepat,Bowo memberitau posisi nya dan Parto mencari nya."Mas Bowo!"panggil Parto pada Bowo yang tengah duduk di kursi panjang area taman,mendengar nama nya di panggil sontak Bowo menoleh,dia simpan ponsel nya dalam saku celana dan berdiri menghampiri Parto."Mas Parto pripon kabare (gimana kabar nya)?"Bowo menjabat tangan Parto dengan perasaan yang sangat senang dan lega."Aku baik Mas,sampeyan juga sehat-sehat kan Mas Bowo?"tanya Parto yang melihat penampilan Bowo dari atas ke bawah dan keatas lagi."Seperti yang sampeyan lihat Mas,"sahut Bowo dengan merentangkan kedua tangan nya.Karena banyak hal yang ingin mereka obrolin,maka mereka pun berpindah ke tempat duduk,tempat di mana tadi Bowo menunggu Parto."Mas Bowo,saya ikut berduka cita ya atas meninggal nya Mbok Mini,maaf saya ndak bisa pulang Mas!"ucap Parto yang menyampaikan penyesalan nya atas meninggalnya Mbok Mini."Terima kasih Mas,yah mungkin itu sudah takdur Ibu saya Mas,hanya saja saya merasa bersalah karena telah meninggalkan Ibuk sendiri di Rumah waktu itu,"wajah Bowo tampak memelas."Ikhlaskan Mas,biyar Mbok Mini tenang!"sahut Parto."Pasti Mas,saya sudah ikhlas Mas,oh iya Rokok Mas!"melihat Bowo mengeluarkan rokok mahal,Parto bengong."Gaya sampeyan Mas,rokok nya mahal ini,pasti kerjaan nya enak yo,pakaian sampeyan juga beda,udah gitu wangi banget Mas..haha?"ucap Parto seraya mengambil sebatang dan menyalakan nya dan terkekeh lagi."Ah sampeyan bisa aja Mas,ini rokok di kasih bos saya Mas,rokok sisa..hahahahah,"Bowo terpaksa berbohong,karena dia tidak ingin menyombongkan apa pun yang dia dapat sekarang,Bowo berfikir biyar saja mereka tau sendiri suatu saat nanti."Enak ya kalau rokok mahal tuh..hehehe!"ucap Parto terkekeh."Bawa aja Mas kalau mau,gimana Mas kerjaan nya di sana,aman kan?"tanya Bowo yang bermain-main dengan asap rokok yang di hisap nya."Wah,boleh nih aku bawa?"Parto memastikan lagi dan di tanggapi Bowo dengan anggukan,kerjaan nya masih sama Mas,bang Mandor tetep bayar nya lelet,"keluh Parto sambil kelepas kelepus menghisap rokok nya.Mereka ngobrol ngalor ngidul terlihat sangat asik,sesekali terlihat canda tawa yang seru hingga siang hari bolong,karena perut sudah keroncongan mereka pun pergi untuk makan siang,dan Bowo beranjak untuk mengambil mobil yang dia parkir di tempat parkir area taman,saat Bowo kembali Parto pun kaget dengan apa yang di lihat nya...Parto kaget dengan mobil mewah yang Bowo kendarai, Parto berhambur menuju ke mobil Bowo yang sudah berhenti di pinggir taman, Bowo membukakan pintu untuk Parto dan Parto pun dengan senyum merekah naik keatas mobil yang Bowo bawa."Mas,edian tenan niki (gila bener ini) mobil nya bagus banget, adem, wangi, pasti Bos sampeyan orang kaya raya ya Mas?"Parto yang tadi naik angkot berpanas-panasan, bau keringat bercampur asap kenalpot membuat sesak dada, kini dia menaiki mobil yang sangat nyaman, wajah sumringah dan keheranan Parto semakin terlihat."Pripon Mas (gimana Mas) enak ya mobil nya, Bos saya orang nya kaya Mas, beliau seorang Kontraktor yang sangat sukses, Anak nya juga seorang Arsitek Mas," ucap Bowo yang sudah melajukan mobil nya dengan pelan-pelan."Arsitek itu apa Mas?"tanya Parto yang masih memutar kepala nya untuk mengarah kan pandangan mata nya ke seluruh isi dalam mobil itu."Arsitek itu adalah seorang profesional yang bertugas untuk merencanakan dan merancang desain bangun
Ternyata orang yang berada di belakang pak Kusuma adalah Bik Nah yang ingin menyampaikan kabar soal Bu Nala istri pak Kusuma,selama ini tidak ada yang tau bahwa Istru pak Kusuma mengalami gangguan jiwa dan di rawat di RSJ (Rumah Sakit Jiwa).Bahkan Mili pun tidak mengetahui bahwa Ibu kandung nya masih hidup,selama ini pak Kusuma dan semua pegawai di rumah pak Kusuma tidak ada yang boleh dan berani memberi tau Mili soal kondisi Ibu nya,yang Mili tau bahwa Ibu nya selama ini telah meninggal Dunia."Ada apa Bik?"tanya pak Kusuma Lirih dan mengajak Bik Nah untuk menjauh dari ruang keluarga."Saya mau menyampaikan kabar soal Nyonya pada Tuan!"jawab Bik Nah dengan hati-hati."Iya Bik,gimana kabar istri saya?"tanya pak Kusuma dengan hati-hati."Nyonya sedang sakit demam Tuan,dan tadi Dokter merawat nya!"jawab Bik Nah sedih."Sejak kapan Nyonya sakit?"tanya pak Kusuma lagi dengan wajah kawatir."Sejak kemarin Tuan,"jawab Bik Nah lagi."Ya sudah besok saya ke Rumah Sakit Bik,sekarang Bibik ke
Pagi itu pak Kusuma sudah berangkat ke Rumah Sakit Jiwa untuk menjenguk Bu Nala istri nya, dengan di antar pak To, mereka pergi dengan diam-diam agar Mili tidak melihat nya dan akan banyak pertanyaan nanti nya.Pak Kusuma memilih tempat yang agak jauh dari kota untuk merawat Bu Nala, tujuan nya agar lebih aman saja, kurang lebih satu jam perjalanan untuk menuju Rumah Sakit dan kini mereka sudah sampai di parkiran Rumah Sakit Jiwa.Pak Kusuma menghubungi Bik Nah melalui sambungan telfon, dengan cepat nya Bik Nah menjemput pak Kusuma ke area parkir."Silahkan Tuan!" Bik Nah mempersilahkan pak Kusuma berjalan terlebih dulu."Di mana istri saya di rawat Bik?"tanya pak Kusuma serius."Di ruang Anggrek Tuan," jawab Bik Nah serius pula.Mereka pun berjalan dengan cepat menuju Ruang Anggrek, sesampai nya di tempat itu Pak Kusuma masuk ke dalam ruang rawat setelah mendapat ijin dari Dokter jaga.Setelah di dalam ruangan, pak Kusuma mendekati seorang wanita setengah baya dengan infus di tangan
"Bowo, kamu...?" Aji benar-benar terkejut dan tidak percaya dengan apa yang di lihat nya."Bang Aji, apa kabar bang?" tanya Bowo yang berusaha menguasai keadaan."Kalian saling kenal?" tanya pak Danu agak bingung."Bowo di sini jadi apa pak,wah dia bakal mengacaukan Proyek ini pasti?" belum apa-apa Aji sudah menuduh Bowo macam-macam."Apa maksud bang Aji?" tanya Bowo datar."Kamu cuman kuli mana bisa merancang bangunan seperti ini, paling juga ini gambar hasil nyolong punya orang!" tuduhan Aji makin menyakit kan."Bapak datang kesini untuk apa ya, Mas Bowo ini Arsitek kami lho, bapak jangan macam-macam di sini!" sahut pak Danu yang tidak suka dengan sikap Aji."Saya ini Mandor pak, dia kan cuma kuli, dia pernah kerja ikut saya dulu, jadi kuli saya!" ucap Aji yang pamer kemandoran nya."Iya bang Aji, saya memang pernah jadi kuli bang Aji, tapi itu dulu, dan saya sangat berterima kasih sama bang Aji, karena bang Aji mengusir saya, Alhamdulillah saya bisa seperti ini, kalau bang Aji mau
"terima kasih ya Mbak," ucap Bowo yang lalu memesan secangkir kopi dan sebungkus rokok untuk diri nya itu."sama-sama Mas Bowo," sahut Mbak Murni ramah.Kedatangan Bowo yang tiba-tiba itu memang membuat Mbak Murni kaget dan salah tingkah, pasal nya selama ini dia memendam perasaan kepada Bowo,namun Mbak Murni berusaha untuk menyembunyikan perasaan nya itu, karena dia sebagai seorang perempuan tidak mungkin jika mengungkap kan perasaan nya terlebih dulu."Mas Bowo maaf, tapi sekarang Mas Bowo kelihatan lebih bersih dan rapi, jauh berbeda dengan dulu waktu Mas pertama datang kesini, kayak nya Mas kerjaan nya lebih bagus deh, iya kan Mas?" ucap Mbak Murni yang lalu bertanya pada Bowo soal pekerjaan Bowo lagi."masa sih Mbak, tapi menurut saya semua nya sama saja kok Mbak, mungkin karena lama tidak ketemu Mbak, jadi rasa nya beda, Mbak Murni juga terlihat beda kok, lebih kurus, diet ya Mbak?" Bowo pun menanggapi dan mengomentari perubahan Mbak Murni yang memang terlihat sedikit agak kurus
Sementara Aji sepanjang jalan dia kembali ke Proyek nya, wajah Aji sudah tidak menunjukkan keramahan sama sekali, wajah masam nya terlihat sangat jelas, ketika sudah sampai di Proyek, tiba-tiba dia menendang ember seperti biasa nya, hingga ember yang berisi adonan pasir itu pecah, hal itu membuat para pekerja nya kaget dan perhatian mereka tertuju ke arah Aji semua."Apa yang kalian lihat, kembali kerja!" Aji marah-marah tidak jelas.Dan Roni si penjilat itu mendekati Aji dengan sangat hati-hati dan sangat ketakutan."Bang Aji kenapa?" tanya Roni dengan ketakutan nya."Bowo sialan," jawab Aji singkat dengan tatapan penuh kebencian."Kenapa dengan Mas Bowo bang?" tanya Roni lagi."Dia ternyata sekarang jadi Arsitek, pembangunan Masjid yang berada di Blok sebelah, itu dia yang merancang," jawab Aji dengan tatapan yang penuh kebencian pada Bowo."Apa,jadi Mas Bowo bukan supir?" tanya Roni lagi."Bukan,jabatan dia lebih tinggi dari pada aku, sialan dia itu," Aji seakan tidak terima dengan
Parto, Joko dan Bowo terlihat begitu ceria tatkala mereka sedang asik ngobrol, tapi berbeda dengan Roni, dia tampak canggung dan lebih banyak diam, karena dia malu dengan Bowo, selama ini dia sudah memfitnah Bowo dan juga membenci Bowo, tapi saat ini justru Bowo memberi nya pekerjaan dengan tanpa persyaratan apa pun."Oh iya Ron, kok dari tadi diam saja,cerita lah sama kita biyar gak bingung!" ucap Bowo spontan."Cerita apa Mas?" tanya Roni singkat."Yo cerita apa saja, sampeyan apa gak kangen sama istri sampeyan di kampung Ron?" tanya Bowo yang sedikit agak menggoda Roni."Hehehe..ya kangen Mas, tapi kan saya harus kerja Mas," jawab Roni malu-malu."Roni diam saja mungkin mikirin bang Aji, iya Ron..?" Parto menggoda adik ipar nya juga sambil dia terkekeh, di ikuti tawa yang lain nya.Dan saat mereka sedang asik tertawa riang, tiba-tiba pak Danu datang ke Tenda dan menanyakan sesuatu pada Bowo."Mas Bowo, maaf ganggu sebentar, maaf ya bapak-bapak!" sapa pak Danu dengan sangat sopan."
Salah tingkah dan bingung terlihat jelas dari gerak gerik Aji, entah dia mau mulai dari mana untuk menjelaskan semua nya, pada kenyataan nya itu uang sudah Aji gunakan untuk kepentingan pribadi nya."Pak Aji, kok malah diam saja, ayok pak jelaskan!" ucap pak Dani sekali lagi."Anu Bos, uang itu sudah saya berikan pada mereka, itu kan bukti nya mereka sudah bubar dari Bos!" sahut Aji dengan gugup nya."Asal pak Aji tau ya, mereka bisa pulang karena gaji mereka selama dua bulan ini saya yang bayar, dan bapak hitung saja, mereka ada 20 orang dan kesemua nya tidak bapak bayar selama 2 bulan, silahkan bapak hitung sendiri, berapa uang yang harus saya keluarkan untuk mereka!?" sahut pak Dani dengan nada yang tegas dann jelas."E..anu..saya...," Aji sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi, dia kelimpukan seperti cacing kepanasan karena bingung, mau kabur gak mungkin, dan mau jujur itu pasti akan semakin malu."Sekarang saya minta pertanggung jawaban pak Aji,apa pun itu cara nya silahkan saja, y