"terima kasih ya Mbak," ucap Bowo yang lalu memesan secangkir kopi dan sebungkus rokok untuk diri nya itu."sama-sama Mas Bowo," sahut Mbak Murni ramah.Kedatangan Bowo yang tiba-tiba itu memang membuat Mbak Murni kaget dan salah tingkah, pasal nya selama ini dia memendam perasaan kepada Bowo,namun Mbak Murni berusaha untuk menyembunyikan perasaan nya itu, karena dia sebagai seorang perempuan tidak mungkin jika mengungkap kan perasaan nya terlebih dulu."Mas Bowo maaf, tapi sekarang Mas Bowo kelihatan lebih bersih dan rapi, jauh berbeda dengan dulu waktu Mas pertama datang kesini, kayak nya Mas kerjaan nya lebih bagus deh, iya kan Mas?" ucap Mbak Murni yang lalu bertanya pada Bowo soal pekerjaan Bowo lagi."masa sih Mbak, tapi menurut saya semua nya sama saja kok Mbak, mungkin karena lama tidak ketemu Mbak, jadi rasa nya beda, Mbak Murni juga terlihat beda kok, lebih kurus, diet ya Mbak?" Bowo pun menanggapi dan mengomentari perubahan Mbak Murni yang memang terlihat sedikit agak kurus
Sementara Aji sepanjang jalan dia kembali ke Proyek nya, wajah Aji sudah tidak menunjukkan keramahan sama sekali, wajah masam nya terlihat sangat jelas, ketika sudah sampai di Proyek, tiba-tiba dia menendang ember seperti biasa nya, hingga ember yang berisi adonan pasir itu pecah, hal itu membuat para pekerja nya kaget dan perhatian mereka tertuju ke arah Aji semua."Apa yang kalian lihat, kembali kerja!" Aji marah-marah tidak jelas.Dan Roni si penjilat itu mendekati Aji dengan sangat hati-hati dan sangat ketakutan."Bang Aji kenapa?" tanya Roni dengan ketakutan nya."Bowo sialan," jawab Aji singkat dengan tatapan penuh kebencian."Kenapa dengan Mas Bowo bang?" tanya Roni lagi."Dia ternyata sekarang jadi Arsitek, pembangunan Masjid yang berada di Blok sebelah, itu dia yang merancang," jawab Aji dengan tatapan yang penuh kebencian pada Bowo."Apa,jadi Mas Bowo bukan supir?" tanya Roni lagi."Bukan,jabatan dia lebih tinggi dari pada aku, sialan dia itu," Aji seakan tidak terima dengan
Parto, Joko dan Bowo terlihat begitu ceria tatkala mereka sedang asik ngobrol, tapi berbeda dengan Roni, dia tampak canggung dan lebih banyak diam, karena dia malu dengan Bowo, selama ini dia sudah memfitnah Bowo dan juga membenci Bowo, tapi saat ini justru Bowo memberi nya pekerjaan dengan tanpa persyaratan apa pun."Oh iya Ron, kok dari tadi diam saja,cerita lah sama kita biyar gak bingung!" ucap Bowo spontan."Cerita apa Mas?" tanya Roni singkat."Yo cerita apa saja, sampeyan apa gak kangen sama istri sampeyan di kampung Ron?" tanya Bowo yang sedikit agak menggoda Roni."Hehehe..ya kangen Mas, tapi kan saya harus kerja Mas," jawab Roni malu-malu."Roni diam saja mungkin mikirin bang Aji, iya Ron..?" Parto menggoda adik ipar nya juga sambil dia terkekeh, di ikuti tawa yang lain nya.Dan saat mereka sedang asik tertawa riang, tiba-tiba pak Danu datang ke Tenda dan menanyakan sesuatu pada Bowo."Mas Bowo, maaf ganggu sebentar, maaf ya bapak-bapak!" sapa pak Danu dengan sangat sopan."
Salah tingkah dan bingung terlihat jelas dari gerak gerik Aji, entah dia mau mulai dari mana untuk menjelaskan semua nya, pada kenyataan nya itu uang sudah Aji gunakan untuk kepentingan pribadi nya."Pak Aji, kok malah diam saja, ayok pak jelaskan!" ucap pak Dani sekali lagi."Anu Bos, uang itu sudah saya berikan pada mereka, itu kan bukti nya mereka sudah bubar dari Bos!" sahut Aji dengan gugup nya."Asal pak Aji tau ya, mereka bisa pulang karena gaji mereka selama dua bulan ini saya yang bayar, dan bapak hitung saja, mereka ada 20 orang dan kesemua nya tidak bapak bayar selama 2 bulan, silahkan bapak hitung sendiri, berapa uang yang harus saya keluarkan untuk mereka!?" sahut pak Dani dengan nada yang tegas dann jelas."E..anu..saya...," Aji sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi, dia kelimpukan seperti cacing kepanasan karena bingung, mau kabur gak mungkin, dan mau jujur itu pasti akan semakin malu."Sekarang saya minta pertanggung jawaban pak Aji,apa pun itu cara nya silahkan saja, y
Meskipun demikian Bowo dan Mili tetap meminta pak Kusuma untuk beristirahat, karena menurut mereka kesehatan orang tua nya jauh lebih penting, setelah mengantar pak Kusuma ke kamar nya, Mili dan Bowo pun keluar dari kamar dan menuju ke balkon lantai atas untuk ngobrol kembali."papa memang seperti itu Mas, orang nya tidak mau diam," ucap Mili yang hafal betul dengan kebiasaan papa nya itu."iya Mbak, seperti nya papa nya Mbak Mili muda nya sangat aktif dan tidak mau diam ya Mbak," sahut Bowo."menurut cerita papa sih begitu Mas, tapi yang Mili tau,papa memang orang nya suka ngulik Mas, apa pun yang bisa di jadikan bahan pembicaraan, pasti akan papa bahas dan pembahasan itu akan panjang, terkadang Mili sampai bosan dengar nya Mas, tapi walau begitu papa tetap tidak peduli, dan Mili tetap mengalah untuk mendengarkan semua cerita papa," ucap Mili yang menceritakan papa nya kepada Bowo."bagus itu Mbak, saya suka hal seperti itu, karena kita bisa bertanya hal yang tidak kita tau, dan papa
"Hallo Om Danu, apa kabar Om?" tanya Mili yang menyalami pak Danu."Sangat baik, dan lebih baik, karena Om punya partner kerja yang hebat seperti Mas Bowo ini," jawab Pak Danu yang bangga dengan kinerja Bowo."Semoga lancar ya Om proyek nya," ucap Mili sumringah."Aamiin," Bowo dan pak Danu pun serempak mengamini nya."Om juga do'a kan kalian berjodoh," ucapan pak Danu membuat Bowo dan Mili bengong sesaat lalu tertawa."Hahahahah.., Om Danu ada-ada saja sih, kami ini cuma teman Om dan lebih ke kakak adik aja sih, iya kan Mas!" sahut Mili yang di balas anggukan oleh Bowo."Tapi Om berharap kalian bisa bersama-sama lho!" ucap pak Danu lagi."Jodoh, maut dan rejeki itu kan semua sudah di atur oleh yang Maha Kuasa Om, jadi kita jalani saja apa yang sudah Allah takdirkan untuk kita, meski apa pun itu yang merubah hidup kita, ya keputusan kita sendiri," sahut Bowo yang menimpali nya."Benar sekali, kita jalani saja apa yang sudah menjadi kehendak Nya," sahut pak Danu lagi membenarkan ucapan
Sedangkan Mili sudah pergi bersama dengan Seto menuju Caffe tempat biasa mereka bertemu, Mili seakan lupa waktu karena sangat menikmati makan malam nya bersama dengan Seto, sang kekasih hati yang telah lama tidak jumpa."Honey,kamu kapan balik lagi ke Luar Negri?" tanya Mili pada Seto dengan gaya nya yang manja."Minggu depan honey, kenapa apa kamu mau ikut bersama ku?" jawab Seto dan kembali bertanya balik pada Mili."Kok cepet banget sih honey,aku kan masih kangen," jawab Mili lagi seraya dia potong daging sapi yang ada di piring nya."Kan aku harus kuliah honey, semua kan demi masa depan kita juga honey," sahut Seto yang mencolek hidung Bangir Mili."Eummm..so sweet honey, makin sayang deh sama kamu,nih maem!" Mili pun menyuapkan potongan daging kecil ke mulut Seto dengan garpu, dan Seto pun menyambut nya dengan mesra.Kedua sejoli ini seakan lupa jika mereka sedang di tempat umum, kemesraan yang serasa dunia milik berdua itu di rasakan Mili dan Seto, makan malam yang sangat romant
Keesokan hari nya saat bertemu dengan Bowo sikap Mili jadi berubah, bahkan dia tidak mau untuk ke kampus bersama-sama seperti biasanya."Mas berangkat aja duluan!" ucap Mili yang mengelap mulut nya setelah selesai menyantap sarapan pagi nya."Mbak Mili gak bareng saya?" tanya Bowo heran."Gak, aku mau di jemput Seto nanti," jawab Mili singkat."Papa gak setuju, sudah sana kamu bareng sama Seto aja ke kampus nya!" sahut pak Kusuma yang menimpali omongan mereka berdua."Mili berangkat sendiri aja pa, soal nya ada yang harus Mili beli dulu!" sahut Mili yang berbohong pada papa nya."Biyar Bowo yang temani kamu, mau beli apa memang nya?" tanya Pak Kusuma lagi."Gak jadi pa,ya sudah deh aku bareng Mas Bowo,"jawab Mili dengan mulut manyun dan wajah cemberut."Begitu dong anak papa, ya sudah sana berangkat!" ucap pak Kusuma sumringah.Dengan wajah yang cemberut, Mili mencium tangan Papa dan mengucap salam karena ingin berangkat ke kampus, begitu juga dengan Bowo,setelah itu mereka berjalan b