Sedangkan Mili sudah pergi bersama dengan Seto menuju Caffe tempat biasa mereka bertemu, Mili seakan lupa waktu karena sangat menikmati makan malam nya bersama dengan Seto, sang kekasih hati yang telah lama tidak jumpa."Honey,kamu kapan balik lagi ke Luar Negri?" tanya Mili pada Seto dengan gaya nya yang manja."Minggu depan honey, kenapa apa kamu mau ikut bersama ku?" jawab Seto dan kembali bertanya balik pada Mili."Kok cepet banget sih honey,aku kan masih kangen," jawab Mili lagi seraya dia potong daging sapi yang ada di piring nya."Kan aku harus kuliah honey, semua kan demi masa depan kita juga honey," sahut Seto yang mencolek hidung Bangir Mili."Eummm..so sweet honey, makin sayang deh sama kamu,nih maem!" Mili pun menyuapkan potongan daging kecil ke mulut Seto dengan garpu, dan Seto pun menyambut nya dengan mesra.Kedua sejoli ini seakan lupa jika mereka sedang di tempat umum, kemesraan yang serasa dunia milik berdua itu di rasakan Mili dan Seto, makan malam yang sangat romant
Keesokan hari nya saat bertemu dengan Bowo sikap Mili jadi berubah, bahkan dia tidak mau untuk ke kampus bersama-sama seperti biasanya."Mas berangkat aja duluan!" ucap Mili yang mengelap mulut nya setelah selesai menyantap sarapan pagi nya."Mbak Mili gak bareng saya?" tanya Bowo heran."Gak, aku mau di jemput Seto nanti," jawab Mili singkat."Papa gak setuju, sudah sana kamu bareng sama Seto aja ke kampus nya!" sahut pak Kusuma yang menimpali omongan mereka berdua."Mili berangkat sendiri aja pa, soal nya ada yang harus Mili beli dulu!" sahut Mili yang berbohong pada papa nya."Biyar Bowo yang temani kamu, mau beli apa memang nya?" tanya Pak Kusuma lagi."Gak jadi pa,ya sudah deh aku bareng Mas Bowo,"jawab Mili dengan mulut manyun dan wajah cemberut."Begitu dong anak papa, ya sudah sana berangkat!" ucap pak Kusuma sumringah.Dengan wajah yang cemberut, Mili mencium tangan Papa dan mengucap salam karena ingin berangkat ke kampus, begitu juga dengan Bowo,setelah itu mereka berjalan b
"Kamu salah Lin, justru dia sangat Profesional, karena dia sudah memiliki banyak Proyek di mana-mana, dan saat ini dia sedang Fokus dengan kursus memasak nya," ucap Bowo yang membela Mili."Apa, kursus masak, hahahah..lucu sekali Mili, seorang Arsitek yang notabene berkulik dengan pensil, kertas dan penggaris tapi berpindah menjadi Koki dengan pisau dan wajah di tangan nya..,ini sungguh lucu Bowo!" sahut Lin yang terus tertawa geli kala teringat Bowo yang mengatakan Mili akan berpindah Profesi."Sebenarnya itu bukan kemauan Mbak Mili, tapi karena dia ingin papa nya bahagia maka dia dengan ikhlas mengesampingkan karir nya yang sudah bagus, demi membahagiakan papa nya," ucap Bowo lagi-lagi memuji Mili."Rasanya elu sudah jatuh cinta sama Mili deh Wo!" ucap Lin dengan nada agak sewot."Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Bowo dengan kening mengkerut."Karena dari tadi elo ngebelain dan memuji nya terus," jawab Lin dengan raut wajah sewot nya."aku cuma bicara kenyataan saja Lin, bukan memu
Akan tetapi Mili pun menyadari akan sikap kasar nya pada Bowo, dia sudah menyesal karena dia telah lepas kendali.[["Ya ampun kenapa aku jadi bicara seperti itu sih sama Mas Bowo, aku harus minta maaf sama dia!"]] gumam Mili dalam hati, dia gelisah dan merasa bersalah.Sementara itu Bowo meninggalkan pak Kusuma yang sedang beristirahat di kamar nya, karena setelah di kamar nya pak Kusuma meminta Bowo untuk meninggalkan nya sendiri di kamar.Saat Bowo melewati Mili yang masih mondar mandir di ruang keluarga, Bowo hanya melemparkan senyuman tipis nya dan berlalu begitu saja."Mas Bowo!" panggil Mili pada Bowo yang membuat Bowo terhenti dan menoleh."Iya Mbak," jawab nya singkat.Dan Mili berjalan menghampiri Bowo yang tengah berdiri terpaku. Mas, aku minta maaf karena sudah kasar sama Mas Bowo!" ucap Mili seraya tertunduk menyesal."Gak apa-apa Mbak, apa yang Mbak Mili katakan itu benar semua, tidak seharusnya saya ikut campur dalam urusan pribadi Mbak Mili, dan mulai Minggu depan saya
Dengan sangat hati-hati Bowo menghubungi keluarga Parto di kampung, menceritakan kondisi Parto saat ini,istri Parto menangis histeris saat tau bahwa suami nya mengalami kecelakaan dan kondisi nya kritis,tanpa pikir panjang lagi Istri Parto dan juga Roni berangkat ke Ibu Kota untuk menjenguk Parto.Seperti biasa dengan kereta cepat mereka berangkat saat itu juga,tentu nya semua biyaya tiket dan lain-lain di tanggung oleh perusahaan,bahkan pribadi Bowo pun memberi sumbangan pada keluarga Parto.Mereka membutuhkan waktu sekitar semalaman untuk sampai di Ibu Kota,karena letak desa mereka berada di lereng gunung ,sesampai nya di setasiun Bowo pun sudah menunggu dengan Mobil mewah nya."Mbak Nik!"Bowo menyalami istri Parto dan juga Roni tapi istri Parto justru malah menangis terisak."Mas mu kenapa Mas Bowo?"tanya Mbak Nik yang menangis tersedu,hingga orang-orang yang berada di stasiun mengalihkan perhatian nya pada Mbak Nik dan Bowo."Kita kerumah sakit dulu yok Mbak!"Bowo menuntun Mbak Nik
Setelah malam tiba Bowo kembali ke rumah dan beristirahat,seperti biasa dia melaksanakan kewajiban nya terlebih dahulu sebelum beristirahat untuk tidur.Dreeettt...Dreeettt...Saat Bowo hendak merebahkan tubuhnya, tiba-tiba Ponsel nya berdering,dia raih dari atas meja dan melihat siapa yang menelfon nya,keningnya mengkerut karena nomor yang tidak dia kenal yang telah menelfon nya,tapi Bowo tetap mengangkat nya.["Assalamu'alaikum,"] sapa seorang perempuan dari sebrang sana.["Wa'alaikumsalam,maaf ini dengan siapa ya?"] tanya Bowo dengan sangat sopan meski itu obrolan melalui panggilan telefon.["Perkenalkan nama saya Bulan,"] jawab Perempuan itu dengan suara yang sangat lembut.["Nama yang indah,tapi maaf apa kita pernah bertemu sebelum nya Mbak?"] tanya Bowo sedikit agak berhati-hati.["Belum Mas,karena saya dapat nomor Mas Bowo dari kartu nama yang Abah berikan pada saya,"] jawab Bulan dengan nada yang jelas.["Abah..,Abah Jaya bukan?"] tanya Bowo memastikan.["Iya benar Mas,dan mak
Dan Bowo pun menjadi Imam Shalat di Masjid itu,Bulan yang mendengar nya pun merasakan bangga dan salut kepada Bowo,dia tidak menyangka sama sekali kalau Bowo tidak hanya cerdas tapi dia juga Sholeh,setelah Shalat pun Bowo menyempatkan diri untuk mengaji,Bulan yang mendengar nya pun semakin kagum karena ternyata selain itu dia juga pandai mengaji."Masyaallah Mas,suara Mas ketika mengaji tadi sangat merdu sekali,"ucap Bulan dengan wajah berseri."Kok Mbak tau kalau itu suara saya!"sahut Bowo agak heran."Mas,kita kan sering ngobrol,jadi hal yang gak mungkin kan kalau saya gak hafal dengan suara Mas,"ucap Bulan seraya tersenyum menatap Bowo,hal itu membuat Bowo jadi salah tingkah."Terima kasih lho Mbak,"sahut Bowo malu."Terima kasih untuk apa Mas?"tanya Bulan bingung."Untuk perhatian nya Mbak,sampai hafal lho sama suara saya,"jawab Bowo bangga."Ya sudah sama-sama Mas,"jawab Bulan seraya tersenyum dengan manis nya.Setelah mereka berbasa-basi lumayan lama akhir nya mereka pun beranja
Setelah beberapa menit saling diam akhirnya pak Kusuma sadar bahwa diri nya sudah berada di dalam Mobil."Pak kok gak jalan?"tanya pak Kusuma datar."Soal nya Tuan diam saja dari tadi,saya ajak bicara saja Tuan diam saja,"jawab pak To seraya nyengir kuda."Aduh,maaf To,saya kepikiran sama Bu Nala terus,tadi dia mengamuk lagi To,sedih jika melihat nya,"keluh pak Kusuma pada supir pribadi nya itu."Astaqfirullah halazim,terus sekarang gimana Tuan?"tanya pak To panik."Sekarang sudah di bawa Bik Nah kembali ke kamar nya,dan mungkin sudah di suntik kan obat penenang,"jawab pak Kusuma sedih."Kasihan Nyonya Nala,beliau orang yang sangat baik,tapi harus menerima ujian seberat ini,semoga Nyonya cepat sehat ya Tuan!"ucap pak To yang di Aamini oleh pak Kusuma."Ya sudah kita pulang saja To!""Baik Tuan!"Pak To pun mulai menyalakan mesin Mobil nya dan melaju meninggalkan rumah sakit jiwa itu,sedangkan pak Kusuma yang setiap kali usai menjenguk Bu Nala pasti semua kenangan indah masa-masa dia m