Dengan sangat hati-hati Bowo menghubungi keluarga Parto di kampung, menceritakan kondisi Parto saat ini,istri Parto menangis histeris saat tau bahwa suami nya mengalami kecelakaan dan kondisi nya kritis,tanpa pikir panjang lagi Istri Parto dan juga Roni berangkat ke Ibu Kota untuk menjenguk Parto.Seperti biasa dengan kereta cepat mereka berangkat saat itu juga,tentu nya semua biyaya tiket dan lain-lain di tanggung oleh perusahaan,bahkan pribadi Bowo pun memberi sumbangan pada keluarga Parto.Mereka membutuhkan waktu sekitar semalaman untuk sampai di Ibu Kota,karena letak desa mereka berada di lereng gunung ,sesampai nya di setasiun Bowo pun sudah menunggu dengan Mobil mewah nya."Mbak Nik!"Bowo menyalami istri Parto dan juga Roni tapi istri Parto justru malah menangis terisak."Mas mu kenapa Mas Bowo?"tanya Mbak Nik yang menangis tersedu,hingga orang-orang yang berada di stasiun mengalihkan perhatian nya pada Mbak Nik dan Bowo."Kita kerumah sakit dulu yok Mbak!"Bowo menuntun Mbak Nik
Setelah malam tiba Bowo kembali ke rumah dan beristirahat,seperti biasa dia melaksanakan kewajiban nya terlebih dahulu sebelum beristirahat untuk tidur.Dreeettt...Dreeettt...Saat Bowo hendak merebahkan tubuhnya, tiba-tiba Ponsel nya berdering,dia raih dari atas meja dan melihat siapa yang menelfon nya,keningnya mengkerut karena nomor yang tidak dia kenal yang telah menelfon nya,tapi Bowo tetap mengangkat nya.["Assalamu'alaikum,"] sapa seorang perempuan dari sebrang sana.["Wa'alaikumsalam,maaf ini dengan siapa ya?"] tanya Bowo dengan sangat sopan meski itu obrolan melalui panggilan telefon.["Perkenalkan nama saya Bulan,"] jawab Perempuan itu dengan suara yang sangat lembut.["Nama yang indah,tapi maaf apa kita pernah bertemu sebelum nya Mbak?"] tanya Bowo sedikit agak berhati-hati.["Belum Mas,karena saya dapat nomor Mas Bowo dari kartu nama yang Abah berikan pada saya,"] jawab Bulan dengan nada yang jelas.["Abah..,Abah Jaya bukan?"] tanya Bowo memastikan.["Iya benar Mas,dan mak
Dan Bowo pun menjadi Imam Shalat di Masjid itu,Bulan yang mendengar nya pun merasakan bangga dan salut kepada Bowo,dia tidak menyangka sama sekali kalau Bowo tidak hanya cerdas tapi dia juga Sholeh,setelah Shalat pun Bowo menyempatkan diri untuk mengaji,Bulan yang mendengar nya pun semakin kagum karena ternyata selain itu dia juga pandai mengaji."Masyaallah Mas,suara Mas ketika mengaji tadi sangat merdu sekali,"ucap Bulan dengan wajah berseri."Kok Mbak tau kalau itu suara saya!"sahut Bowo agak heran."Mas,kita kan sering ngobrol,jadi hal yang gak mungkin kan kalau saya gak hafal dengan suara Mas,"ucap Bulan seraya tersenyum menatap Bowo,hal itu membuat Bowo jadi salah tingkah."Terima kasih lho Mbak,"sahut Bowo malu."Terima kasih untuk apa Mas?"tanya Bulan bingung."Untuk perhatian nya Mbak,sampai hafal lho sama suara saya,"jawab Bowo bangga."Ya sudah sama-sama Mas,"jawab Bulan seraya tersenyum dengan manis nya.Setelah mereka berbasa-basi lumayan lama akhir nya mereka pun beranja
Setelah beberapa menit saling diam akhirnya pak Kusuma sadar bahwa diri nya sudah berada di dalam Mobil."Pak kok gak jalan?"tanya pak Kusuma datar."Soal nya Tuan diam saja dari tadi,saya ajak bicara saja Tuan diam saja,"jawab pak To seraya nyengir kuda."Aduh,maaf To,saya kepikiran sama Bu Nala terus,tadi dia mengamuk lagi To,sedih jika melihat nya,"keluh pak Kusuma pada supir pribadi nya itu."Astaqfirullah halazim,terus sekarang gimana Tuan?"tanya pak To panik."Sekarang sudah di bawa Bik Nah kembali ke kamar nya,dan mungkin sudah di suntik kan obat penenang,"jawab pak Kusuma sedih."Kasihan Nyonya Nala,beliau orang yang sangat baik,tapi harus menerima ujian seberat ini,semoga Nyonya cepat sehat ya Tuan!"ucap pak To yang di Aamini oleh pak Kusuma."Ya sudah kita pulang saja To!""Baik Tuan!"Pak To pun mulai menyalakan mesin Mobil nya dan melaju meninggalkan rumah sakit jiwa itu,sedangkan pak Kusuma yang setiap kali usai menjenguk Bu Nala pasti semua kenangan indah masa-masa dia m
Hari yang cerah itu Bowo mengunjungi proyek nya yang berada di kawasan Elit itu, proyek pembangunan Masjid itu sudah tinggal menghitung hari semua nya beres dan berdiri sempurna,bangunan Masjid Nan indah dan megah itu sepenuh nya hasil karya tangan unik nya Bowo,karena desain dan semua tata letak pun Bowo yang menangani nya."Ini maha karya luar biasa Mas,hasil yang sempurna dan menarik,"ucap pak Danu yang tengah berdiri berjajar dengan Bowo menatap hasil karya mereka."Pencapain yang luar biasa dari gigih nya para pekerja dan tegas nya kepemimpinan bapak,dan ini lah hasil nya!"Bowo memuji pak Danu lalu menjabat tangan nya dengan penuh kebanggaan."Kapan kita punya Proyek bareng lagi Mas Bowo?"tanya pak Danu dengan rasa bangga."Saat ini saya sedang ada Proyek pembangunan Mall pak,tapi sayang nya sudah ada Pemborong dan sedang berjalan,jika ada Proyek lain lagi pasti akan saya kabari pak,"ucap Bowo memberi tau pak Danu."Wah,Mas Bowo ini benar-benar luar biasa ya, tendernya gak ada ma
Mbak Nik, Roni dan Parto tidak percaya kalau itu rumah Bowo, karena mereka tau bagaimana kehidupan Bowo di kampung, sangat miskin dan jauh dari kata mewah.Mereka semua turun dari taksi itu lalu Joko membuka pintu gerbang nya dengan sangat percaya diri, karena selama ini Joko lah yang Bowo beri kepercayaan untuk membantu menjaga rumah mewah nya itu."Mas ini rumah siapa?" tanya Mbak Nik yang bingung sembari mendorong kursi roda Parto."Gak tau juga Dek," jawab Parto yang juga bingung.Joko yang sudah lebih dulu membuka kan pintu dia menunggu Parto, Roni dan Mbak Nik yang masih bengong di halaman rumah Bowo."Tok, Mbak, Roni ayok masuk sini!" ucap Joko dengan suara agak lantang.Dan mendengar panggilan Joko, mereka pun mendekat walau masih saja ragu dan bingung."Kok, ini rumah siapa?" tanya Parto."Ini rumah Mas Bowo, ayok masuk!" jawab Joko cengengesan."Ah mana mungkin Mas Bowo punya rumah sebagus ini," sahut Roni yang selalu iri dengan Bowo."Serius ini rumah Mas Bowo, saya juga wak
Setelah obrolan singkat melalui sambungan telefon antara Bowo dan Dokter pribadi nya usai, Bowo pun kembali mendekati Parto."Tahan sebentar ya Mas, Dokter nya sudah jalan ke sini!" ucap Bowo yang ikut memijit Parto."Ini tadi kenapa Mbak kok Mas Parto jadi sakit kepala?" tanya Joko serius."Gak kenapa-kenapa Mas, tadi nya mau bantu saya beresin baju-baju ke dalam tas, tapi sama saya gak boleh, eh Mas Parto langsung bilang kalau sakit kepala," jawab Mbak Nik yang juga terlihat cemas.Kurang lebih 30 menit menunggu dan akhirnya Dokter pribadi Bowo datang juga, setelah masuk Dokter langsung memeriksa kondisi Parto, saat itu Parto sudah di pindahkan tidur nya di kamar tamu dan di temani Mbak Nik istri nya, sehingga Dokter bisa dengan mudah untuk memeriksa nya.Di luar kamar tampak Bowo dan yang lain nya sangat cemas, mereka hanya mondar-mandir dan terdiam dengan fikiran nya masing-masing, pasal nya baru saja mereka bercanda begitu asik nya, tapi tiba-tiba Parto sakit lagi."Mas Bowo, apa
Dengan senyum kebingungan Bulan pun kembali duduk, dia sedikit mengkerutkan kening nya dan bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan orang-orang itu?"kenapa semua jadi bertepuk tangan untuk saya?" tanya Bulan seraya dia tatap mereka."sungguh luar biasa penjelasan yang Ibu CEO sampaikan kepada kami, hingga kami semua kagum dengan ibu," puji Bowo pada Bulan."CEO, maksud Mas Bowo apa?" tanya Bulan yang pura-pura tidak paham."Oh maaf maksud saya Ibu Bulan ini cocok menjadi seorang CEO, itu maksud saya Bu!" kilah Bowo yang tidak ingin membahas hal ini di depan para pekerja."Aduh Mas Bowo ini ada-ada aja sih," umpat Bulan seraya tersipu malu.Dan rapat singkat pun telah usai, mereka semua sudah kembali ke tempat kerja mereka masing-masing, sedangkan di kantor hanya tinggal Bowo dan Bulan saja."Mbak, saya minta maaf ya, mungkin kata-kata saya tadi ada yang membuat Mbak tersinggung!" ucap Bowo yang tiba-tiba saja meminta maaf."oh, it's ok Mas, gak ada kok kata-kata yang menyingggung pe