Bowo dan pak To kini sudah memasuki kota Jakarta lagi, suasana hiruk pikuk kemacetan kota mulai terlihat lagi oleh Bowo, walau Bowo masih berduka tapi dia tidak ingin larut dalam kesedihan, karena dia tau, di mana pun dia berada pasti Ibu nya akan menyertai diri nya.
"Alhamdulillah kita sudah sampai di kota lagi ya Mas!"ucap pak To yang melebarkan senyum nya."Iya pak, Alhamdulillah,"jawab Bowo."Gimana perasaan Mas sekarang,apa sudah lebih tenang?"tanya Pak To seraya menoleh ke arah Bowo yang sedang merapikan rambut nya."Alhamdulillah sudah lebih baik pak,"jawab Bowo sumringah.Melihat Bowo yang sudah mulai mau tersenyum lagi,pak To merasa lega, karena selama perjalanan dari kampung nya Bowo,dia lebih banyak diam dan berzikir, mobil sudah mulai memasuki area Komplek, Bowo pun sudah bersiap untuk turun, saat mobil sudah memasuki pelataran rumah pak Kusuma, ternyata pak Kusuma dan juga Mili sudah menunggu di teras rumah, melihat keluarga baru nya ini,Bowo merasa haru, dia teringat lagi pada Ibu nya."Mas Bowo saya turut berduka cita ya,"Mili menyambut Bowo dengan ucapan duka cita."Iya Bowo,saya juga ikut berbelasungkawa atas meninggal nya Ibu kamu Bowo, kamu harus ikhlas dan sabar ya!"pak Kusuma menepuk pundak Bowo agar Bowo tetap bersemangat."Terima kasih Pak dan Mbak Mili,terima kasih untuk ucapan belasungkawa nya,terima kasih juga untuk semua kebaikan yang pak Kusuma dan Mbak Mili berikan kepada saya,"Bowo menundukkan kepala nya sebagai rasa hormat."Sama-sama Bowo,ya sudah kita ngobrol di dalam saja ya,kamu juga butuh istirahat Bowo!"ucap pak Kusuma yang jalan beriringan dengan Bowo,di ikuti Mili di samping papa nya.Lalu mereka beranjak menuju Ruang tamu,mereka melanjutkan obrolan nya di dalam ruang tamu."Sekarang gimana rencana kamu Bowo?"tanya pak Kusuma seraya dia seruput kopi yang Bik Nah suguhkan."Saya tetap fokus pada tujuan saya pak,saya ingin membuktikan pada Almarhum Ibu saya dan ingin mengangkat derajat Ibu saya walaupun beliau sudah tiada pak,"jawab Bowo dengan penuh keyakinan."Syukurlah,itu benar sekali Bowo,karena Almarhum Ibu kamu pasti melihat semua yang kamu lakukan dari atas sana,maka lakukan yang terbaik untuk nya,"sahut pak Kusuma membenarkan ucapan Bowo."Jadi gimana pa,Bowo bisa secepatnya mendaftar ke Kampus kan pa?"tanya Mili antusias."Iya pasti,mumpung sekarang ini kan Tahun ajaran baru,jadi untuk apa nunggu-nunggu lagi,"jawab pak Kusuma dengan semangat juga."Gimana Bowo?"tanya pak Kusuma pada Bowo."Saya terserah bapak saja!"jawab Bowo dengan sopan nya."Ok,sekarang kamu istirahat saja dulu,dan persiapkan persyaratan nya untuk besok!"ucap pak Kusuma dengan senyum gagah nya.****Pagi itu cuaca begitu cerah,matahari bersinar begitu indah di langit pagi hari,burung-burung berkicau dengan riang nya,Bowo yang sudah bangun sejak subuh tadi dia kini telah menyiapkan berkas-berkas yang akan di bawa nya untuk mendaftar Kuliah pagi ini,Bowo percaya diri,hanya saja dia butuh banyak belajar untuk menyesuaikan diri,karena dia pasti akan menemukan banyak hal-hal baru nanti nya.Setelah selesai bersiap-siap Bowo pergi ke ruang tamu untuk menemui pak Kusuma dan Mili,dengan dandanan sederhana,atasan kaos pendek berwarna hitam,celana jeans warna hitam juga,rambut klimis dan sepatu sport warna putih,Bowo terlihat lebih perfect dan gentel,Mili yang melihat penampilan Bowo kali ini dia tertegun,karena sebelum-sebelum nya Bowo tidak berpenampilan semenarik ini,entah apa yang di rasa Mili,tiba-tiba saja jantung nya berdetak lebih kencang dari sebelum nya."Mbak Mili,Mbak..,"Bowo menggerak-gerakkan tangan nya di depan wajah Mili yang masih bengong."Arjuna dunia nyata,"gumam nya masih belum sadar dengan keberadaan Bowo di depan nya."Mbak bicara apa?"tanya Bowo yang akhirnya membuyarkan hayalan Mili."Ah..anu..apa ya? Emm..aku gak apa-apa,k..kamu sudah siap kan Arjuna eh Bowo aduh Mas Bowo!"Mili jadi salah tingkah dan bicara nya pun terbata-bata."Saya sudah siap Mbak,"jawab Bowo dengan senyum manis nya."Pa,papa...,"Mili menghilangkan salah tingkah nya dengan memanggil-manggil papa nya,dia bingung dengan diri nya sendiri,kenapa dia bisa salah tingkah begini di depan Bowo,padahal dia setiap menghadapi cowok di mana saja,dia tidak pernah segrogi ini."Apa sayang,"jawab pak Kusuma yang mendekati putri nya."Mas Bowo sudah siap pa,ayok pergi sekarang!"sahut Mili yang terlihat lebih semangat dari sebelum nya."Ok,ayok kita jalan."Saat pak Kusuma sudah sampai di ruang tamu,beliau melihat Bowo juga tertegun,kali ini pesona Bowo benar-benar menghipnotis setiap orang."Ini Bowo kan?"tanya pak Kusuma seraya dia tunjuk Bowo."Iya pak saya Bowo,apa ada yang salah pak?"jawab Bowo seraya dia lihat diri nya sendiri."Kok beda ya,kamu terlihat lebih ganteng Bowo!"kata pak Kusuma dengan wajah keheranan."Iya kan pa,kata Mili juga a...,"Mili tidak melanjutkan kata-kata nya karena antusias nya Mili saat papa nya mengatakan bahwa Bowo ganteng,itu seakan di perjelas oleh Mili,sehingga pandangan papa nya menatap tajam pada Mili,sadar diri nya di perhatikan Mili pun tertunduk."Kamu senang sekali melihat penampilan Bowo yang berubah,jangan-jangan..,"pak Kusuma mesam mesem saat berkata pada Mili."Udah pa,udah ya jangan di terusin kata-kata papa!"sahut Mili dengan cepat sehingga kata-kata papa nya terputus."Kenapa,kamu malu?"tanya papa nya yang terus menggoda Mili."Udah ah,ayok kita berangkat!"Mili beranjak lebih dulu dan tersenyum tersipu-sipu hingga pipi nya merah merona.Melihat tingkah anak nya,pak Kusuma hanya geleng-geleng kepala,lalu dia mengikuti Mili di barengi Bowo yang sedari tadi senyum-senyum tersipu juga.Bowo,pak Kusuma dan Mili kini sudah duduk manis di dalam mobil,pak To kali ini yang bertugas mengantar mereka ke Kampus tempat Bowo ingin mendaftar Kuliah,Bowo dan Mili berada di kampus yang sama,pak Kusuma sengaja menempatkan di Kampus yang sama karena agar Bowo bisa menjaga Mili saat di kampus,pak Kusuma mulai mempercayakan Mili pada Bowo.Semua proses pendaftaran telah selesai,kini Bowo sudah resmi menjadi seorang Mahasiswa di sebuah Universitas ternama di Jakarta dengan mengambil jurusan Arsitektur,satu Jurusan dengan Mili."Alhamdulillah sekarang papa lega,ada Bowo yang akan membantu papa menjaga kamu sayang,"ucap pak Kusuma yang membuat Mili melongo."Jagain Mili pa,kan Mili sudah dewasa pa,untuk apa di jagain,"sahut Mili yang menghentikan makan nya dan pasang wajah cemberut,karena saat ini mereka sepulang dari Kampus mampir ke sebuah restauran untuk makan siang."Ya kan gak ada salah nya,karena kamu perempuan,jadi harus di awasi Sayang,"sahut pak Kusuma yang sedang Fokus memotong daging di piring nya.Sedangkan Bowo hanya diam sambil fokus makan soto kesukaan nya,dan sesekali dia pandangi kedua orang di hadapan nya yang sedang ribut sendiri."Emang Mas Bowo mau jagain Mili?"tanya Mili yang spontan di jawab anggukan oleh Bowo."Pasti mau dong Mbak,"jawab Bowo dengan spontan."Ih..apaan sih Mas Bowo ini,"Mili terlihat kesal karena Bowo juga mendukung papa nya."Emm..maaf Mbak kalau saya salah bicara!"Bowo dengan polos nya langsung meminta maaf."Sudah lah,Mas Bowo nih sekongkol sama papa kan?"raut wajah Mili terlihat lucu saat dia menuduh Bowo."Oh,tidak Mbak,saya gak sekongkol sama bapak lho,"Bowo menyangkal,dan melontarkan senyum manis nya pada Mili,yang hasil nya justru buat Mili salah tingkah lagi.Setelah mereka selesai makan lalu mereka pun melanjutkan perjalanan nya untuk pulang,selama dalam perjalanan pulang,Mili hanya terdiam dan fokus dengan ponsel nya,dia rupanya sedang melihat-liaht desain bangunan yang indah-indah di seluruh dunia ini,dia tampak serius mengamati nya,dia juga mempelajari masing-masing dari desain itu,dia juga mencari tau siapa arsitek yang sudah mencetuskan bangunan-bangunan istimewa itu."lagi lihat apa sih sayang,kok serius banget?"tanya pak Kusuma yang melirik anak nya itu."ini lho pa,Mili sedang lihat bangunan-bangunan yang memiliki nilai tinggi,semua bangunan ini pasti mengeluarkan banyak biaya pa,"jawab Mili yang menunjuk kan beberapa gambar desain sebuah bangunan yang indah dan megah itu melalui ponsel nya dan pak Kusuma pun segera melihat nya."bangunan ini di bangun oleh beberapa orang arsitek ternama di dunia ini sayang,mereka berkolaborasi bersama,dan itu lah hasil nya,sekeren itu,kamu dan Bowo suatu saat nanti pasti bisa seperti mereka,yang terpenting kalian benar-benar tekun mempelajari semua nya dengan baik,"ucap pak Kusuma dengan do'a terbaik yang di lontarkan nya."Aamiin pak,"Bowo pun mengamini nya."Aamiin pa,terima kasih do'a nya ya pa,love you papa,"dan tiba-tiba saja Mili memeluk papa nya dengan manja."dasar anak manja,"pak Kusuma pun mengusap lembut kepala anak nya.Melihat keakraban bapak dan anak itu,spontan Bowo ingat dengan almarhumah Bu Mini,dia pun teringat juga dengan almarhumah bapak nya.[["andai saja kedua orang tuaku masih ada,mungkin mereka juga akan memperlakukan hal yang sama seperti apa yang pak Kusuma lakukan kepada Mbak Mili,semoga saja kedua orang tua ku menjadi penghuni syurga nya Allah,Aamiin,"]] dalam hati Bowo pun bergumam sendiri,dia meratapi nasib nya yang harus menjadi seorang yatim piatu,tapi itu semua tidak akan pernah menyurutkan semangat nya untuk maju,justru dia jadikan semua itu semangat nya untuk bisa sukses dan bisa membanggakan kedua orang tua nya.Setelah beberapa menit kemudian sampai lah mereka di rumah pak Kusuma,satu persatu dari mereka pun turun dari Mobil,Mili,pak Kusuma dan juga Bowo pun mulai memasuki rumah."pak saya permisi ke kamar ya,"ucap Bowo yang berpamitan kepada pak Kusuma."iya Bowo,bapak juga mau langsung istirahat,"sahut pak Kusuma."Mili antar ya pa!"sahut Mili yang menimpali obrolan mereka."iya sayang,ayok!"Dan kini mereka pun sudah melangkah menuju lantai atas,karena memang letak kamar mereka semua berada di lantai atas."pa,menurut papa,Mas Bowo itu mampu gak ya ambil jurusan arsitek?"tanya Mili yang sedikit agak ragu dengan kemampuan Bowo."pasti mampu,karena semua sudah kelihatan dari cara Bowo mengerjakan taman rumah kita,semua hampir sempurna,meskipun masih ada sebagian yang belum rapi,tapi sedikit-demi sedikit bisa di pelajari Bowo nanti di kampus,"jawab pak Kusuma yang yakin dengan kemampuan Bowo."semoga saja ya pa,kalau memang Mas Bowo bisa di andalkan,Mili bakal ajak dia untuk menghendel proyek-proyek yang rekan-rekan Mili miliki pa,"sahut Mili serius."itu ide bagus Nak,tapi untuk sementara mungkin biyarkan saja Bowo mendalami dunia arsitektur nya,baik secara materi maupun praktek,kalau dia sudah memiliki bekal itu semua,baru ajak dia untuk turun ke lapangan,"usul pak Kusuma dengan apa yang dia tau,karena beliau sendiri juga seorang arsitek yang sudah sangat berpengalaman menangani berbagai macam proyek,mulai dari proyek biasa hingga proyek dengan skala besar."baik pa,ya sudah pa,sekarang papa istirahat ya,good night papa,"lalu Mili pun mencium kening papa nya yang sudah tumbuh kerutan itu."good night sayang anak papa,"hal yang sama pun pak Kusuma ucapkan.Setelah itu Mili pun keluar dari kamar papa nya dan kembali menuju ke kamar nya sendiri untuk beristirahat,namun saat Mili ingin ke kamar nya,sekilas di lihat nya Bowo sedang berdiri di ujung balkon,Bowo terlihat sedang menatap langit hitam yang bertabur bintang-bintang indah itu.Dengan langkah hati-hati,Mili pun mendekati Bowo,dia lalu mensejajarkan diri nya berdiri di samping Bowo."langit nya indah ya Mas,cerah di penuhi bintang-bintang,"ucapan Mili spontan membuat Bowo kaget dan langsung menoleh ke arah Mili."Mbak Mili,kok tiba-tiba sudah ada di sini,"sahut Bowo."Mas Bowo sedang melamunin apa sih,Mas Bowo ingat dengan almarhumah orang tua Mas ya?"tanya Mili yang menatap dalam wajah Bowo."aduh,gimana ya,kalau saya jujur iya,apa saya ini tidak kelihatan lemah Mbak,"jawab Bowo yang kembali menatap ke atas langit malam itu."kerinduan terhadap orang tua itu bukan suatu hal yang memalukan Mas,justru itu tanda nya Mas Bowo sangat sayang dengan mereka,buat saya itu hal wajar sih Mas,jadi sah-sah saja jika seorang pria menyampaikan kerinduan nya pada orang tua,"ucap Mili yang saat itu wajah nya mulai terlihat sedih,karena spontan juga dia ingat dengan mama nya yang sudah meninggal."Mbak Mili benar,tapi saya minta maaf karena sudah buat Mbak Mili jadi ikut sedih,"sahut Bowo dengan tatapan nanar kepada Mili."gak apa-apa Mas,saya masih ada papa,tapi kalau Mas Bowo kan sudah tidak ada siapa-siapa lagi,jadi Mas Bowo jangan berfikir kalau kami ini orang lain,anggap Mili dan papa itu keluarga Mas Bowo sendiri,kita jalani hidup ini sama-sama Mas,dengan segala suka dan duka nya,"ucapan Mili membuat hati Bowo sangat tersentuh,karena dia tidak menyangka kalau Mili akan berucap seperti itu."saya gak tau lagi harus berterima kasih dengan cara apa Mbak,pak Kusma dan Mbak Mili sangat baik pada saya,padahal saya ini siapa,dan derajat saya ini apa,tapi kalian memperlakukan saya begitu baik nya,Allah pasti akan membalas semua kebaikan yang bapak dan Mbak Mili lakukan kepada saya,pasti itu,"Bowo pun mengungkap kan perasaan hati nya,karena dia benar-benar merasa sangat tersanjung,namun hal itu tidak lantas membuat Bowo besar kepala,tapi itu justru membuat Bowo semakin ingin membuktikan bahwa dia bisa sukses agar pak Kusuma,Mili dan almarhumah kedua orang tua nya bangga pada nya."Aamiin Mas,buat kami semua manusi itu sama Mas,apa yang kami punya ini hanya titipan saja,karena kami tidak akan membawa semua ini ke akhirat,kami hanya akan membawa kebaikan yang kami punya."Mbak Mili benar,saya sangat setuju dengan pendapat Mbak Mili,karena apa yang kita punya semua nya milik Allah,dan akan kembali kepada Allah,"sahut Bowo yang setuju dengan apa yang Mili ucapkan itu.Dari itu semua Bowo pun merasa ada ketertarikan kepada Mili, karena selain cantik,baik,Mili juga memiliki pengetahuan yang luas,hanya satu yang Bowo inginkan dari seorang wanita,dia ingin memiliki seorang pendamping hidup yang mau menutup aurot nya di rumah maupun di luar rumah,tapi Bowo percaya,jika Mili bisa di arah kan untuk merubah penampilan nya,tapi semua itu butuh waktu,Bowo yakin suatu saat nanti dia akan membawa Mili ke jalan itu.Setiap hari kini Bowo dan Mili berangkat ke Kampus bersama-sama,karena satu jurusan jadi mereka hanya membawa satu mobil saja,dan Bowo yang sudah bisa menyetir mobil sejak dari kampung,sekarang Bowo lah yang di percaya pak Kusuma untuk membawa salah satu mobil milik nya di antara beberapa mobil-mobil yang lain."Mas Bowo sudah lama ya bisa nyetir mobil?"tanya Mili pada Bowo yang sedang fokus menyetir."Iya Mbak,sudah dari dulu,yah tapi di kampung kan saya cuma nyetirin mobil nya orang mbak,"jawab Bowo seraya menoleh pada Mili dan lalu kembali Fokus pada jalanan."Oh,bagus dong Mas,tapi kalau Luar Kota,Mas berani gak?"tanya Mili lagi."Berani Mbak,kan saya juga sering kirim barang keluar kota sama tetangga saya Mas Parto,"jawab Bowo serius."Bagus dong,"sahut Mili."Hehe..iya Mbak,"sahut Bowo lagi."Jadi gini Mas,kalau saya ada proyek,Mas bisa kan nemenin saya?"tanya Mili dengan wajah sumringah."Bisa Mbak,emang nya Mbak Mili sering ya keluar kota?"tanya Bowo seraya melirik Mili."Emm..enggak juga sih,cuman dari pada sama pak To yang tidak bisa di ajak diskusi,lebih baik kan sama Mas Bowo,apa lagi kita satu jurusan Mas,iya kan?"jawab Mili dengan sumringah dan happy."Hehe..pak To juga kan pinter Mbak,"sahut Bowo seraya nyengir kuda."Pinter apaan Mas,pinter nyetir doang,"keluh Mili seraya bibir nya manyun.Mili dan Bowo ngobrol begitu asik nya,hingga tanpa mereka sadari,mereka telah sampai di Kampus,Bowo dengan cekatan memarkir mobil nya,dan mereka turun menuju ruang kelas masing-masing.Bowo yang notabene memiliki otak cerdas,dia dengan cepat menerima semua materi yang Dosen berikan,hingga pertanyaan demi pertanyaan Bowo libas habis,ini kelas pertama Bowo,tapi Bowo merasa bisa menguasai nya dengan mudah.Plok..plok..plok..plok..Suara tepuk tangan terdengar sangat riuh tatkala Bowo menjelaskan sebuah konsep Arsitektur dengan gamblang."Luar biasa,anda benar-benar cerdas,bisa menjelaskan sebuah konsep dengan secepat dan secermat ini!"Dosen pun ikut kagum dengan performa Bowo."Terima kasih pak,tapi ini hanya sebagian kecil yang saya tau,selebih nya saya masih harus banyak belajar,"jawab Bowo dengan tegas."Kamu benar,terus lah mencari dan mencari!"sahut sang Dosen seraya menepuk pundak Bowo dan memberikan sebuah senyuman kebanggaan.Dosen mulai menutup pelajaran,dan ini mata kuliah terakhir Bowo,selebih nya Bowo memiliki jam bebas,dia tidak ingin melewatkan waktu luang nya,dia pergi ke Perpustakaan Kampus untuk membaca buku-buku seputar Arsitektur dan bangunan-bangunan Moderen."Hay manis,penampilan kamu luar biasa,saya ikut bangga,"tiba-tiba ada seorang perempuan yang berbicara di belakang nya dan spontan Bowo menoleh,seorang gadis cantik dengan penampilan menarik,rambut sebahu,hidung mungil,bibir sensual,dan mata bening,dia memaki dres sedengkul dan sepatu sport yang cool,dialah Lin teman satu kelas Bowo."Hay Lin,"sapa Bowo dengan malu-malu."Kamu hebat lho,mampu membuat Dosen pelit pujian itu membuka suara untuk melontarkan kata-kata indah untuk kamu,"ucap Lin dengan suara lirih,karena ruang perpustakaan bukan ntempat untuk ngobrol."Memang nya Dosen itu tidak pernah memuji ya?"tanya Bowo dengan suara lirih juga."Sama sekali tidak pernah,dan baru tadi dia melontarkan satu kata-kata indah,dan itu buat kamu!"jawab Lin dengan pasti."Kamu tau dari mana,kita kan sama-sama Mahasiswa baru di sini?"tanya Bowo yang merasa agak bingung."Aku tau dari mamaku,"jawab Lin lagi."Mama kamu temen baik nya ya?"tanya Bowo."Iya lah boy,mamaku kan Dosen juga di kampus ini!"jawab Lin bangga."Hah..mama kamu Dosen di sini?"Bowo kaget dan mlongo."HUSSSSTTTTT...Salah seorang dari mahasiswa memperingatkan agar tidak berisik,karena saat Bowo bilang"hah"dia mengeluarkan suara agak keras,karena di rasa obrolan mereka nyambung,maka Bowo dan Lin pun berpindah tempat,tapi sebelum meninggalkan Perpustakaan Bowo meminjam sebuah buku terlebih dulu untuk dia bawa pulang.Saat dia keluar dari Perpustakaan bersama dengan Lin,tiba-tiba dia lihat Mili yang sedang berjalan ke arah nya."Mbak Mili..!"panggil Bowo pada Mili,mendengar Bowo memanggil Mili sontak Lin kaget,karena Mili adalah saingan terberat nya di Kampus ini."Kamu kenal gadis nyebelin itu?"tanya Lin yang mulai sewot."Iya,kok di bilang gadis nyebelin sih?"tanya Bowo heran.Lin ingin menjawab tapi Mili keburu nyampek terlebih dahulu dan Lin tidak ingin bicara lagi,dia memilih pergi meninggalkan Bowo dan Mili."Mas Bowo dari mana?"tanya Mili yang menatap Bowo lalu menatap Lin yang sudah berlalu pergi meninggalkan mereka."Saya dari Perpustakaan Mbak,ini tadi pinjam buku!"jawab Bowo sambil menunjukkan buku di tangan nya."Dia tadi..,siapa?"Mili menyilangkan tangan nya di belakang."Teman satu kelasku Mbak,tapi tadi kayak nya kenal sama Mbak Mili?"tanya Bowo yang memberi tau Mili."Iya..,dia bermasalah dengan aku waktu orientasi beberapa minggu yang lalu,dia sempat berkata kasar dengan salah seorang Mahasiswi,dan aku mencoba melerai,tapi dia malah berkata kasar juga padaku,tapi ya sudahlah,nama nya juga Kampus,persaingan itu pasti ada,"jawab Mili dengan tenang sambil berjalan beriringan dengan Bowo menuju kantin."Mbak Mili gak dendam kan sama dia?"tanya Bowo tiba-tiba."Tentu tidak Mas,hal seperti itu harus di sikapi dengan sabar dan iklas Mas,gak boleh di lawan!"jawab Mili tetap dengan senyum manis nya."Syukurlah Mbak,karena dendam itu tidak baik,lebih baik kita ajak dia kejalan yang benar,itu solusi nya,"sahut Bowo sama bijak nya."Yaps betul Mas."Mereka sudah tiba di kantin,Bowo memesan makanan dan minuman yang sama untuk nya dan Mili setelah dia menanyakan terlebih dulu pada Mili."Sudah Mbak!"ucap Bowo yang telah kembali dari memesan makanan."Ok,makasih ya Mas,"sahut Mili di sertai senyum manis dari nya.Sambil menunggu makanan dan minuman dateng,mereka ngobrol dengan asik nya,sesekali mereka terlihat tertawa riang,dan pesanan mereka telah tiba,lalu dengan lahap nya mereka makanan sambil berbincang ringan.Semua apa yang mereka lakukan berdua begitu dekat hingga Mereka lupa waktu,dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka berduaa dari kejauhan,dan entah untuk apa dia mengawasi dari kejauhan...Lin yang sedang duduk di kejauhan,dia terus saja memoerhatikan Mili dan Bowo,mata nya menatap tajam dari kejauhan,seakan dia iri dengan Mili yang begitu dekat dengan Bowo."Lin,lo ngapain sih ngeliatin mereka terus?"seorang gadis tomboy menghampiri Lin dengan sebotol minuman di tangan nya,gadis yang selalu memakai topi,kaos oblong dan celana panjang dengan sederet kantong di celana nya itu bernama Reta,dia teman satu kelas Bowo dan juga Lin."Gue penasaran aja,ada hubungan apa sih Bowo sama gadis nyebelin itu?"jawab Lin yang mulai sewot."Yaelah Lin,biyar aja kalik mereka ada hubungan,atau..jangan-jangan lo naksir sama si Bowo!"Reta tanpa basa basi lagi langsung menuduh Lin."Ih..apaan sih,gue itu selera nya tinggi,bukan pria seperti Bowo itu!"jawab Lin dengan tatapan jijik pada Bowo dan Mili."Bowo kan tajir Lin!""Dari mana elo tau Ta?"tanya Lin serius."Elo liat aja mobil yang doi bawa,bukan mobil biasa,tapi mobil mewah dengan harga tidak main-main!"jawab Reta dengan santai nya ser
Selesai makan siang,Aji dan Roni kembali ke pos satpam PT untuk menanyakan soal kedatangan CEO nya."Apa lagi pak?"tanya Satpam yang mendahului."Kapan CEO kalian datang?"jawab Aji dan bertanya balik."Pulang saja pak,percuma nungguin juga,udah sana pulang!"satpam itu mengusir Aji dan Roni."Awas kamu ya,baru jadi satpam aja sudah belagu lo,"Aji meradang dan marah-marah sambil meninggalkan pos satpam.Tapi ketika dia masih menunjuk-nunjuk si satpam sambil berjalan mundur,Aji hampir saja tertabrak mobil mewah di belakang nya.Ckikikikit...sett...Dengan cepat sang pengemudi mengunjak rem mobil nya,teriakan dari dalam mobil pun terdengar,Aji gelagapan kaget dan langsung mengeluarkan kata-kata kasar."A*ji*ng kau da...Aji tidak melanjutkan kata-kata nya karena mobil itu masih diam di tempat dan orang di dalam nya justru membuka kaca Mobil."Maaf bang,saya tidak sengaja!"ucap pria itu dengan sopan nya,tapi ketika Aji menoleh dia pun kaget dengan apa yang di lihat nya,hal yang sama di lak
****Hari ini Parto meminta ijin pada Aji,dia ijin pada Aji untuk menemui istri nya yang datang ke Ibu kota,padahal dia pergi untuk menemui Bowo,dia pun harus berkorban uang 200 ribu untuk menutup mulut adek ipar nya itu agar tidak bilang pada Aji bahwa dia ijin untuk bertemu dengan Bowo.Parto pergi sendiri,karena sebelum nya Roni sudah di ajak tapi tidak mau,dan akhirnya Parto pergi sendiri dengan meminjam ponsel milik Roni agar bisa berkomunikasi dengan Bowo ketika di jalan.Sedangkan di tempat lain,Bowo pun sudah siap dengan dandanan nya yang sederhana,kebetulan hari ini hari minggu,jadi Bowo tidak pergi ke Kampus,maka dia bisa dengan bebas pulang kapan saja."Sudah rapi mau pergi kemana kamu Bowo?"tanya Pak Kusuma yang melihat Bowo duduk di teras."Oh Bapak,saya mau bertemu dengan tetangga kampung saya pak,"jawab Bowo dengan sopan."Oh,kok belum jalan?"tanya Pak Kusuma lagi."Masih nunggu taksi online pak,"jawab Bowo yang di tanggapi dengan kekehan oleh pak Kusuma,kok Bapak keta
Parto kaget dengan mobil mewah yang Bowo kendarai, Parto berhambur menuju ke mobil Bowo yang sudah berhenti di pinggir taman, Bowo membukakan pintu untuk Parto dan Parto pun dengan senyum merekah naik keatas mobil yang Bowo bawa."Mas,edian tenan niki (gila bener ini) mobil nya bagus banget, adem, wangi, pasti Bos sampeyan orang kaya raya ya Mas?"Parto yang tadi naik angkot berpanas-panasan, bau keringat bercampur asap kenalpot membuat sesak dada, kini dia menaiki mobil yang sangat nyaman, wajah sumringah dan keheranan Parto semakin terlihat."Pripon Mas (gimana Mas) enak ya mobil nya, Bos saya orang nya kaya Mas, beliau seorang Kontraktor yang sangat sukses, Anak nya juga seorang Arsitek Mas," ucap Bowo yang sudah melajukan mobil nya dengan pelan-pelan."Arsitek itu apa Mas?"tanya Parto yang masih memutar kepala nya untuk mengarah kan pandangan mata nya ke seluruh isi dalam mobil itu."Arsitek itu adalah seorang profesional yang bertugas untuk merencanakan dan merancang desain bangun
Ternyata orang yang berada di belakang pak Kusuma adalah Bik Nah yang ingin menyampaikan kabar soal Bu Nala istri pak Kusuma,selama ini tidak ada yang tau bahwa Istru pak Kusuma mengalami gangguan jiwa dan di rawat di RSJ (Rumah Sakit Jiwa).Bahkan Mili pun tidak mengetahui bahwa Ibu kandung nya masih hidup,selama ini pak Kusuma dan semua pegawai di rumah pak Kusuma tidak ada yang boleh dan berani memberi tau Mili soal kondisi Ibu nya,yang Mili tau bahwa Ibu nya selama ini telah meninggal Dunia."Ada apa Bik?"tanya pak Kusuma Lirih dan mengajak Bik Nah untuk menjauh dari ruang keluarga."Saya mau menyampaikan kabar soal Nyonya pada Tuan!"jawab Bik Nah dengan hati-hati."Iya Bik,gimana kabar istri saya?"tanya pak Kusuma dengan hati-hati."Nyonya sedang sakit demam Tuan,dan tadi Dokter merawat nya!"jawab Bik Nah sedih."Sejak kapan Nyonya sakit?"tanya pak Kusuma lagi dengan wajah kawatir."Sejak kemarin Tuan,"jawab Bik Nah lagi."Ya sudah besok saya ke Rumah Sakit Bik,sekarang Bibik ke
Pagi itu pak Kusuma sudah berangkat ke Rumah Sakit Jiwa untuk menjenguk Bu Nala istri nya, dengan di antar pak To, mereka pergi dengan diam-diam agar Mili tidak melihat nya dan akan banyak pertanyaan nanti nya.Pak Kusuma memilih tempat yang agak jauh dari kota untuk merawat Bu Nala, tujuan nya agar lebih aman saja, kurang lebih satu jam perjalanan untuk menuju Rumah Sakit dan kini mereka sudah sampai di parkiran Rumah Sakit Jiwa.Pak Kusuma menghubungi Bik Nah melalui sambungan telfon, dengan cepat nya Bik Nah menjemput pak Kusuma ke area parkir."Silahkan Tuan!" Bik Nah mempersilahkan pak Kusuma berjalan terlebih dulu."Di mana istri saya di rawat Bik?"tanya pak Kusuma serius."Di ruang Anggrek Tuan," jawab Bik Nah serius pula.Mereka pun berjalan dengan cepat menuju Ruang Anggrek, sesampai nya di tempat itu Pak Kusuma masuk ke dalam ruang rawat setelah mendapat ijin dari Dokter jaga.Setelah di dalam ruangan, pak Kusuma mendekati seorang wanita setengah baya dengan infus di tangan
"Bowo, kamu...?" Aji benar-benar terkejut dan tidak percaya dengan apa yang di lihat nya."Bang Aji, apa kabar bang?" tanya Bowo yang berusaha menguasai keadaan."Kalian saling kenal?" tanya pak Danu agak bingung."Bowo di sini jadi apa pak,wah dia bakal mengacaukan Proyek ini pasti?" belum apa-apa Aji sudah menuduh Bowo macam-macam."Apa maksud bang Aji?" tanya Bowo datar."Kamu cuman kuli mana bisa merancang bangunan seperti ini, paling juga ini gambar hasil nyolong punya orang!" tuduhan Aji makin menyakit kan."Bapak datang kesini untuk apa ya, Mas Bowo ini Arsitek kami lho, bapak jangan macam-macam di sini!" sahut pak Danu yang tidak suka dengan sikap Aji."Saya ini Mandor pak, dia kan cuma kuli, dia pernah kerja ikut saya dulu, jadi kuli saya!" ucap Aji yang pamer kemandoran nya."Iya bang Aji, saya memang pernah jadi kuli bang Aji, tapi itu dulu, dan saya sangat berterima kasih sama bang Aji, karena bang Aji mengusir saya, Alhamdulillah saya bisa seperti ini, kalau bang Aji mau
"terima kasih ya Mbak," ucap Bowo yang lalu memesan secangkir kopi dan sebungkus rokok untuk diri nya itu."sama-sama Mas Bowo," sahut Mbak Murni ramah.Kedatangan Bowo yang tiba-tiba itu memang membuat Mbak Murni kaget dan salah tingkah, pasal nya selama ini dia memendam perasaan kepada Bowo,namun Mbak Murni berusaha untuk menyembunyikan perasaan nya itu, karena dia sebagai seorang perempuan tidak mungkin jika mengungkap kan perasaan nya terlebih dulu."Mas Bowo maaf, tapi sekarang Mas Bowo kelihatan lebih bersih dan rapi, jauh berbeda dengan dulu waktu Mas pertama datang kesini, kayak nya Mas kerjaan nya lebih bagus deh, iya kan Mas?" ucap Mbak Murni yang lalu bertanya pada Bowo soal pekerjaan Bowo lagi."masa sih Mbak, tapi menurut saya semua nya sama saja kok Mbak, mungkin karena lama tidak ketemu Mbak, jadi rasa nya beda, Mbak Murni juga terlihat beda kok, lebih kurus, diet ya Mbak?" Bowo pun menanggapi dan mengomentari perubahan Mbak Murni yang memang terlihat sedikit agak kurus