Kereta yang mereka tumpangi mulai memasuki Ibu Kota Jakarta, mereka bertiga mulai membuka mata nya, setelah semalaman terlelap.
"Mas Bowo sebentar lagi kita turun!" ucap Parto yang mulai menyiapkan tas ransel yang dia bawa, begitu juga dengan Roni yang sudah menyiapkan tas ransel nya juga."Oh nggeh (iya) mas," jawab Bowo dan mulai sibuk juga menyiapkan tas bawaan nya.Mereka ber tiga masing-masing hanya membawa satu tas ransel besar untuk tempat pakaian, karena rata-rata kalau laki-laki itu kemana-mana bawaan nya lebih simpel di banding perempuan.Setelah tiba di Stasiun mereka beristirahat sebentar untuk mencari sarapan, dan mereka menuju ke warung nasi yang berada di depan Stasiun.Mereka makan dengan lahap nya, karena perut mereka juga sudah merasa lapar, Parto sambil mengeluarkan secarik kertas alamat yang dia dapat dari teman nya yang sudah di Kota lebih dulu, Makan pun sudah selesai, mereka melanjutkan menghisap rokok setelah nya."Mas tau alamat ini gak?" tanya Parto pada pedagang nasi seraya dia tunjukkan kertas itu, dengan seksama pedagang nasi itu membaca nya, dia mengangguk paham."Dari sini nanti mas naik Metro Mini, bilang turun di Pondok Indah, nah nanti sampai di sana mas tanya lokasi nya, pasti pada tau, ini kan komplek nya para artis terkenal mas," pedagang Nasi itu menjelaskan dengan gamblang.Setelah mendapat petunjuk, lantas merekapun membayar makanan yang sudah mereka makan tersebut, dan melanjutkan kembali perjalanannya.perasaan Bowo senang, dia ingat dengan kata-kata tukang nasi tadi bahwa tempat yang mereka tuju itu banyak artis terkenal nya."Mas Parto, nanti kita bakal ketemu artis ya mas?"ucap Bowo sumringah."Ya gak tau juga mas, artis kan sibuk pol mas,"jawab Parto sekena nya."Siapa tau dapet bojo(istri) artis ya mas,"Hahahahaha....Mereka tertawa terbahak tatkala Roni nyeletuk seperti itu.PONDOK INDAH...PONDOK INDAH...Kenek Metro Mini itu berteriak, itu arti nya mereka harus turun karena sudah sampai di tempat tujuan, setelah turun dari Metro Mini mereka celingukan bingung harus kemana."Mas ini kita kemana?"tanya Roni yang nyengir kepanasan, peluh sudah menetes di tubuh mereka, sehingga kulit mereka tampak hitam legam, nampak sekali kalau mereka baru tiba dari kampung.Dari kejauhan nampak seorang Satpam menghampiri mereka yang celingukan, pandangan mereka pun tertuju ke Satpam itu dan mereka saling pandang."Cari siapa bang?"tanya Satpam itu pada mereka."Saya cari alamat ini pak," Parto membuka kertas yang di genggamnya sejak tadi, kertas yang sudah mulai lusuh dan sedikit robek karena bercampur keringat.Pak Satpam membaca alamat itu dan dia langsung paham, karena alamat yang di tuju adalah komplek perumahan yang dia jaga."Ayo ikut saya bang! ini tukang yang kerja di Blok D ya?" tanya pak Satpam itu seraya menuntun mereka."Kami gak tau blok apa pak, pokok nya alamat ini yang di kasih ke kami," jawab Bowo santai."Oh ok, ok."Dan pak Satpam mengantar mereka hingga ke gang, dia tunjukkan tempat itu dan di tinggal nya kembali ke pos Satpam, mereka celingukan lagi dan berjalan menuju deretan bangunan yang belum jadi,dari kejauhan Parto melihat Joko teman nya yang mengajak kerja."Joko, ko...woey...," Parto melambaikan tangan nya memanggil Joko yang sedang sibuk mengangkat pasir, lalu Joko menoleh karena merasa ada yang memanggil nya."Woey Parto, tunggu sebentar ya!" jawab Joko setengah berteriak."Yoi," jawab Parto lega karena sudah beertemu teman nya.Joko adalah teman Parto waktu kerja nguli juga di Luar Pulau, dan mereka terpisah karena kerjaan nya telah selesai, dan kini Joko menghubungi Parto lagi karena ada kerjaan yang sama, Joko seorang duda yang tidak pernah pulang ke kampung halaman nya, dia hanya merantau dari Kota satu ke Kota yang lain nya.Sambil menunggu Joko, mereka bertiga duduk-duduk di teras Rumah yang hampir jadi, walau masih berantakan tapi setidak nya cukup untuk berteduh, seperti biasa rokok menemani obrolan mereka, tapi beda dengan Roni, dia tidak merokok.Bowo menatap semua bangunan itu, dalam benak nya berfikir, ada yang salah dengan penempatan salah satu bangunan ini.karena menurut Bowo bangunan itu menutup akses jalan menuju gang sebelah nya, padahal jika di bikin jalan akan memudahkan para penghuni komplek yang tinggal di blok itu tanpa harus berputar."Mas Bowo," Parto mengagetkan Bowo yang tengah melamun."Iya mas, ada apa?" Bowo terperangah."Malah ngelamun, mikir opo toh?" tanya Parto yang posisinya sudah bersandar di tembok."Gak ada mas, saya cuma ngelihat bangunan ini aja," jawab Bowo datar."Nih rokok, jangan ngelamun nanti kesambet!"sahut Parto asal juga.Bowo mengambil nya satu batang dan menyalakan nya, dia hisap dan melepas nya dengan lega, seperti biasa Bowo pandai memainkan asap rokok yang dia keluarkan dari dalam mulut nya dengan bentuk lingkaran-lingkaran.Setelah menunggu beberapa jam lama nya akhir nya Joko istirahat juga, dengan langkah yang lelah Joko menghampiri mereka ber tiga."Maaf ya Tok lama," ucap Joko yang biasa memanggil Parto dengan sebutan Tok."Gak apa-apa Kok."Joko menyalami Parto, Bowo dan Roni, lalau dia duduk di antara mereka dan ikut menyalakan sebatang rokok yang dia ambil milik Parto."Ini satu kampung ya mas sama si Partok?" tanya Joko pada Roni dan Bowo."Iya mas," jawab Bowo dan Roni kompak."Ini adek Ipar saya Ko, Parto menunjuk Roni, dan ini tetangga saya, biasa teman satu tongkrongan di kampung," sembari menunjuk pada Bowo."Oh oke oke mas, tapi ya gini kerjaan nya mas, jadi kuli," ucap Joko agak malu-malu."Kalau saya kerja apa saja gak masalah mas, yang penting halal," jawab Bowo santai."Saya tadi sudah bilang sama mandor kalau ada mas bertiga, kata mandor saya habis istirahat bisa langsung ikut kerja, untuk tidur nanti bareng-bareng di sana mas, Joko menunjuk Sebuah Rumah besar di ujung jalan, itu Rumah milik boss, tapi di pakek untuk mess, sekarang kita ke sana yuk!" Joko berdiri dan melangkah terlebih dahulu.Pekerja yang membangun Perumahan itu cukup banyak hanya saja mereka di bagi tim, tiap tim ada 10 orang yang memiliki tugas sendiri-sendiri."Mari masuk mas!"Joko mengajak mereka masuk."Gede amat ini Rumah Ko?" tanya Parto yang memperhatikan isi rumah itu."Nama nya juga Rumah nya Boss, ya pasti bagus dan besar Tok," jawab Joko santai."Ini kamar kita ber empat, itu lemari kecil buat tempat pakaian,"Joko menunjukkan kamar tidur mereka, di kamar itu hanya ada kasur lantai tanpa bantal dan selimut, maka dengan segera mereka meletakkan tas di pojok ruangan dan berganti pakaian ala kadar nya saja, Bowo mengganti pakaian nya dengan kaos bahan tanpa lengan dan celana pendek saja, dia sudah terbiasa dengan Panas matahari, jadi buat nya itu tidak masalah, Setelah beres semua Joko membawa mereka ber tiga menemui Mandor nyaMereka sudah berkumpul di depan rumah yang masih setengah jadi, Mandor bangunan yang biasa di panggil bang Aji itu menjelaskan tugas mereka ber tiga."Buat kalian bertiga yang biasa kerja bangunan seperti ini siapa?" Mandor itu berdiri dengan tegap seraya dia silangkan kedua tangan nya dada."Saya bang," Parto tunjuk tangan."Kamu nama nya siapa?" tanya Mandor itu."Saya Parto boss," jawab Parto cepat."Kamu ikut pasang keramik ya, dan yang lain bantu-bantu serabutan dulu, mana yang repot ya itu yang di bantu!" Mandor itu menjelaskan tugas mereka bertiga.Parto, Bowo dan Roni pun mengangguk paham, dan setelah Mandor pergi mereka pun mulai bekerja.Parto mulai membantu para senior nya memasang keramik, Roni dan Bowo membantu mengangkat pasir dan batu bata, Bowo sangat bersemangat hingga panas nya terik matahari tidak dia rasakan.Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang menjelang sore, di jam segitu biasanya pekerja di beri waktu untuk istirahat sejenak, mereka menyeduh kopi panas untuk tem
Aji mulai kebingungan untuk mencari cara agar pembangunan cepat selesai, tapi dana yang pemilik rumah berikan sudah habis, tinggal sisa untuk para pekerja, mereka di bayar harian, akhirnya pun Aji memilih bahan bangunan dengan kualitas abal-abal, harga nya murah tapi bentuk sama,ide sudah Aji dapatkan,kini saat nya memerintah para pekerja nya untuk mempercepat pembangunan dan lembur."Mulai hari ini kalian harus lembur tiap hari,saya tidak mau tau!" perintah Aji dengan suara lantang dan berkacak pinggang."Tiap hari bang?" sahut salah seorang pekerja."Iya,tiap hari dan kalau belum saya perintahkan berhenti, jangan ada yang berhenti!" ucap nya lagi."Apa ini tidak kelewatan bang?"sahut Bowo dengan berani nya."Apa nya yang kelewatan? kalian tinggal kerjain aja apa yang saya perintahkan dan jangan ada yang membantah!" sahut Aji lagi."Bayaran mereka abang korupsi, tapi kerjaan mereka abang tambahi, apa itu nama nya tidak kelewatan,"sahut Bowo yang meletakkan cangkul nya di atas gunduka
Jatuh tersungkur di hadapan Bowo yang tengah duduk di teras Masjid,dia berhambur mendekati nya tatkala melihat si Bapak,entah kenapa dengan si Bapak ini tiba-tiba jatuh pingsan."Pak,Bapak!"Bowo menepuk-nepuk pelan pipi si Bapak,tapi Bapak ini tidak bereaksi apa-apa,Bowo bingung dan meminta pertolongan orang yang melintas di area Masjid,dan tidak berapa lama kemudian ada beberapa orang yang sudah membantu,dengan segera mereka membawa si Bapak ke Rumah Sakit terdekat dengan Komplek Perumahan.Sesampai nya di Rumah sakit si Bapak sudah mendapat perawatan,sedangkan Bowo bingung,dia harus menunggu si Bapak di Rumah sakit sampai sadar kembali."Keluarga pasien!"panggil salah seorang perawat yang sudah berdiri di ambang pintu ruang pemeriksaan,dengan tergopoh Bowo mendekat."Saya bu,"jawab Bowo panik."Kami sudah memeriksa nya dan kondisi pasien baik-baik saja,untung bapak segera membawa nya ke Rumah sakit,dan tolong selesaikan administrasi nya segera,kami akan memindahkan pasien ke ruang r
Bowo sudah mulai mengerjakan renofasi taman seperti yang di instruksikan oleh Mili anak Pak Kusuma,dengan penuh semangat dan keseriusan Bowo mengerjakan tugas nya,meski dia seorang diri,tapi semangat nya luar biasa,Bowo yang tidak memiliki keahlian di bidang ukiran tapi dia mampu mengerjakan nya dengan baik dan rapi,bahkan Bowo juga menata taman dengan indah dan rapi.Mili yang saat itu sedang berada di balkon kamar nya,dia terkejut melihat perubahan taman belakang yang begitu rapi dan indah ketika di lihat dari atas,Fikiran Mili pun mulai menebak-nebak,apa iya kalau Bowo itu hanya lulusan SMK (sekolah menengah kejuruan)?,Mili pun penasaran dan turun untuk menemui Bowo.Sesampai di bawah,Mili tidak menemukan Bowo,dia mencari-cari ke sudut-sudut taman,dan ternyata Bowo sedang ngulik sesuatu di belakang tembok sebuah patung."Mas Bowo lagi ngapain?"tanya Mili yang lagi-lagi tertegun melihat hasil karya Bowo,ternyata si Bowo sedang membuat Lukisan pegunungan."Eh Mbak Mili,ini saya lagi
Bowo dan pak To kini sudah memasuki kota Jakarta lagi, suasana hiruk pikuk kemacetan kota mulai terlihat lagi oleh Bowo, walau Bowo masih berduka tapi dia tidak ingin larut dalam kesedihan, karena dia tau, di mana pun dia berada pasti Ibu nya akan menyertai diri nya."Alhamdulillah kita sudah sampai di kota lagi ya Mas!"ucap pak To yang melebarkan senyum nya."Iya pak, Alhamdulillah,"jawab Bowo."Gimana perasaan Mas sekarang,apa sudah lebih tenang?"tanya Pak To seraya menoleh ke arah Bowo yang sedang merapikan rambut nya."Alhamdulillah sudah lebih baik pak,"jawab Bowo sumringah.Melihat Bowo yang sudah mulai mau tersenyum lagi,pak To merasa lega, karena selama perjalanan dari kampung nya Bowo,dia lebih banyak diam dan berzikir, mobil sudah mulai memasuki area Komplek, Bowo pun sudah bersiap untuk turun, saat mobil sudah memasuki pelataran rumah pak Kusuma, ternyata pak Kusuma dan juga Mili sudah menunggu di teras rumah, melihat keluarga baru nya ini,Bowo merasa haru, dia teringat lag
Lin yang sedang duduk di kejauhan,dia terus saja memoerhatikan Mili dan Bowo,mata nya menatap tajam dari kejauhan,seakan dia iri dengan Mili yang begitu dekat dengan Bowo."Lin,lo ngapain sih ngeliatin mereka terus?"seorang gadis tomboy menghampiri Lin dengan sebotol minuman di tangan nya,gadis yang selalu memakai topi,kaos oblong dan celana panjang dengan sederet kantong di celana nya itu bernama Reta,dia teman satu kelas Bowo dan juga Lin."Gue penasaran aja,ada hubungan apa sih Bowo sama gadis nyebelin itu?"jawab Lin yang mulai sewot."Yaelah Lin,biyar aja kalik mereka ada hubungan,atau..jangan-jangan lo naksir sama si Bowo!"Reta tanpa basa basi lagi langsung menuduh Lin."Ih..apaan sih,gue itu selera nya tinggi,bukan pria seperti Bowo itu!"jawab Lin dengan tatapan jijik pada Bowo dan Mili."Bowo kan tajir Lin!""Dari mana elo tau Ta?"tanya Lin serius."Elo liat aja mobil yang doi bawa,bukan mobil biasa,tapi mobil mewah dengan harga tidak main-main!"jawab Reta dengan santai nya ser
Selesai makan siang,Aji dan Roni kembali ke pos satpam PT untuk menanyakan soal kedatangan CEO nya."Apa lagi pak?"tanya Satpam yang mendahului."Kapan CEO kalian datang?"jawab Aji dan bertanya balik."Pulang saja pak,percuma nungguin juga,udah sana pulang!"satpam itu mengusir Aji dan Roni."Awas kamu ya,baru jadi satpam aja sudah belagu lo,"Aji meradang dan marah-marah sambil meninggalkan pos satpam.Tapi ketika dia masih menunjuk-nunjuk si satpam sambil berjalan mundur,Aji hampir saja tertabrak mobil mewah di belakang nya.Ckikikikit...sett...Dengan cepat sang pengemudi mengunjak rem mobil nya,teriakan dari dalam mobil pun terdengar,Aji gelagapan kaget dan langsung mengeluarkan kata-kata kasar."A*ji*ng kau da...Aji tidak melanjutkan kata-kata nya karena mobil itu masih diam di tempat dan orang di dalam nya justru membuka kaca Mobil."Maaf bang,saya tidak sengaja!"ucap pria itu dengan sopan nya,tapi ketika Aji menoleh dia pun kaget dengan apa yang di lihat nya,hal yang sama di lak
****Hari ini Parto meminta ijin pada Aji,dia ijin pada Aji untuk menemui istri nya yang datang ke Ibu kota,padahal dia pergi untuk menemui Bowo,dia pun harus berkorban uang 200 ribu untuk menutup mulut adek ipar nya itu agar tidak bilang pada Aji bahwa dia ijin untuk bertemu dengan Bowo.Parto pergi sendiri,karena sebelum nya Roni sudah di ajak tapi tidak mau,dan akhirnya Parto pergi sendiri dengan meminjam ponsel milik Roni agar bisa berkomunikasi dengan Bowo ketika di jalan.Sedangkan di tempat lain,Bowo pun sudah siap dengan dandanan nya yang sederhana,kebetulan hari ini hari minggu,jadi Bowo tidak pergi ke Kampus,maka dia bisa dengan bebas pulang kapan saja."Sudah rapi mau pergi kemana kamu Bowo?"tanya Pak Kusuma yang melihat Bowo duduk di teras."Oh Bapak,saya mau bertemu dengan tetangga kampung saya pak,"jawab Bowo dengan sopan."Oh,kok belum jalan?"tanya Pak Kusuma lagi."Masih nunggu taksi online pak,"jawab Bowo yang di tanggapi dengan kekehan oleh pak Kusuma,kok Bapak keta