Terdengar jelas di telinga Bowo, saat ia tidak sengaja menguping pembicaraan tetangganya yang sedang membicarakan dirinya dan keluarganya tersebut.
"Itu loh Bu, keluarganya Bu Mini, hari gini masih aja ngutang di warung, apa gak malu ya ngutang belanjaan Mulu" ucap salah satu dari segerombolan ibu-ibu itu."Iya bener Bu, tadi pagi aja saya dengar cerita dari ibu warung, katanya Bu Mini itu udah sering banget ngutang, dan hutang nya pun sudah numpuk di warung katanya" Sahut salah satu ibu-ibu yang lainnya."Ya maklum lah, namanya juga orang miskin Bu Bu, sudah pasti hutangnya banyak, kalau tidak berhutang belanjaan, mana mungkin bisa makan mereka, apa lagi anaknya Bu mini itu, kerjaannya gitu-gitu aja, udah gitu jarang kerja pula, gimana mau ada uang coba, ya kan!"Mendengar akan obrolan tersebut, Bowo pun menghela nafas panjang."Ya Allah, berikanlah kesabaran kepada hamba mu ini, astagfirulahal adzim" gumam Bowo dalam hati, yang lalu ia melanjutkan perjalanan untuk menuju pulang ke rumahnya.Setibanya Bowo di rumah, ia pun langsung berbaring di atas tempat tidurnya.Bowo berusaha melupakan tentang apa yang baru saja ia dengar, namun hal itu cukup sulit baginya, karena semua pembicaraan yang ia dengar dari tetangganya itu seakan-akan terus menjerit di telinganya."kenapa? kenapa? omongon itu terus terbayang di fikiran ku, ya Allah berikanlah hamba kesabaran lebih" ucap Bowo sembari menggaruk-garuk kepalanya dengan cukup keras.Namun tiba-tiba dengan tergesa-gesanya Bowo pun langsung keluar dari kamarnya, karena ia mendengar Ibunya yang menjerit kesakitan."Loh ibu, ibu kenapa? Tanya Bowo kepada ibunya yang sudah bersandar di sofa yang berada di ruang tamunya tersebut."Gak papa sayang, mungkin hanya kecapean saja" sahut Bu Mini, ibu kandung Bowo."Ibu habis jualan keliling lagi kan?" tanya Bowo serius kepada ibunya."Iya nak"Sebenarnya Bowo sudah sering melarang Ibu nya untuk berjualan sebelum-sebelumnya, Namun Bu Mini tidak menurutinya, karena menurut nya berjualan itu adalah hal yang sangat menyenangkan, selain mendapatkan penghasilan, ia juga bisa bersilaturahmi dengan banyak orang."Sudah lah jangan keliling lagi Bu, kalau sakit begini kan Ibu juga yang susah," Sahut Bowo lagi menasehati ibunya."Ibu tau itu nak, tapi kamu juga tau sendiri kan, bagaimana keadaan ekonomi di keluarga kita! Ibu harus kerja nak, uhuk...uhuk" sahutbu Mini yang masih berbaring lemah itu."Kan Bowo juga kerja Bu, ya meski hasilnya gak seberapa tapi kan cukup buat beli beras Bu," Bowo berkata datar masih sambil memijat kaki Ibu nya sambil sesekali dia hisap rokok di tangan nya yang tinggal separuh itu."Ibu bingung nak, jika terus-terusan diam di rumah," sahut Bu Mini lemah."Ya sudah ibu tunggu di sini dulu bentar ya! Bowo mau ke warung sebelah dulu beli obat untuk ibu," Bowo memasangkan selimut kain pada Ibu nya dan beranjak ke warung.Seperti biasa lingkungan Desa jika sore hari banyak orang pada ngobrol di teras Rumah nya, kadang ada juga yang ngobrol di pinggir jalan untuk para pemudanya."Mas Bowo? sini dulu bentar!" panggil Parto yang sedang duduk nongkrong di sebrang jalan itu."Oh iya tunggu bentar mas!" teriak Bowo dengan nada agak lantang, karena Parto berada di sebrang jalan."Siap mas." jawab Parto keras juga.Selesai membayar obat dan rokok, Bowopun menyebrangi jalan mendekati Parto, di situ mereka berkumpul dengan beberapa orang."Kok beli obat mas, memangnya siapa yang sakit?" tanya salah satu dari mereka."Ini beli obat untuk Ibu mas," Sahut Bowo yang ikut duduk di samping Angga."Sakit apa Mbah Mini mas?" tanya nya lagi, yang memanggil Bu Mini dengan sebutan Mbah."Batuk-batuk sama demam mas, maklum mas, faktor usia," Sahut Bowo lagi, yang lalu ia menyalakan rokok yang baru saja ia belinya tersebut."Bu Mini itu kan sudah tua Bowo, jadi jangan di biarin keliling" celetuk seorang bapak-bapak."Sudah saya larang pak, tapi Ibu gak mau diem, ya mau gimana lagi," jawab Bowo santai seraya dia main kan asap rokok nya membentuk lingkaran-lingkaran asap yang akhir nya memudar."Makanya cepet nikah Wo! biar ada yang ngurusin kamu dan Ibu kamu," Ujarnya bapak-bapak yang lainnya."Aduh pak pak masih belum siap saya, pekerjaan dan penghasilan aja belum pasti kok" sahut Bowo cengar cengir."Aku manggil mas Bowo tadi mau nawarin kerjaan mas, tapi kerjaanya itu nguli mas," Timpal Parto di tengah obrolan Biwo dan bapak-bapak yang lainnya."Alah kalau sekarang itu mau kerja apa aja yang penting halal mas, tapi kalau boleh tau tempat nya di daerah mana mas?" tanya Bowo serius."Di luar Kota mas, nanti berangkatnya barengan juga sama saya kok mas" Sahut Parto."Tapi saya hanya lulusan SMA loh mas, apa iya bisa di terima kerja? Tanya Bowo dengan ketidak tahuannya itu."Loh mas Bowo gak lihat saya, saya loh hanya lulusan SD mas, pekerjaannya itu kan menjadi kuli bangunan saja, jadi gak perlu pakek ijazah ini Ono ini Ono mas, hahaha. cukup tenaga saja kok mas," sahut Parto sembari cengengesan."Ya udah saya mau mas, memang kapan berangkatnya mas?""Dua hari lagi Mas, kita berangkat bertiga sama si Roni adik ipar ku,""Ok lah kalau begitu mas, ya sudah saya pulang dulu kasih tau Ibu ku, mari semua nya," sapa Bowo berpamitan pada mereka.Bowo melangkah pulang dengan perasaan senang, karena dia akan mendapat pekerjaan yang lebih baik dan hasil nya juga lebih besar, sembari bersiul dia berjalan menyusuri jalan desa."Assalamualaikum, cekleekkkk.. Ucap Bowo sembari membuka pintu rumahnya itu."Bu, ini obat nya minum dulu!" Boeo langsung ke dapur mengambil segelas air putih hangat untuk Ibu nya, lalu dia bawa ke kamar Ibunya."Ibu sudah agak mendingan kik nak, uhukk, uhukk." ucap Bu Mini sembari duduk menatap Bowo."Loh itu masih batuk-batuk bu, ini di minum dulu! Habis minum obat terus istirahat!" lalu Bowo memberikan obat dan segelas air hangat tersebut kepada ibunya untuk di minum."Oh ya bu, mungkin dua hari lagi Bowo mau ke Kota sama mas Parto, katanya sih di sana ada kerjaan jadi kuli bangunan bu," ucap Bowo serius."Ya hati-hati di Kota kan banyak orang jahat nak," Ucap Bu Mini mengkhawatirkan anak nya."Kata siapa Bu di Kota banyak orang jahat? Bowo kan udah besar bu, jadi Bowo bisa jaga diri," Sahut Bowo datar."Sinetron di TV itu kan banyak penjahatnya nak," sahut Bu Mini dengan kepolosannya itu."Aduhh buu, buu, makanya jangan kebanyakan nonton TV di tetangga, jadi korban sinetron kan Bu," Bowo terkekeh dan meninggalkan Ibu nya."Ya moga sukses dan selamat nak," celetuk Bu Mini lagi.Walau usia nya sudah tua, namun Bu Mini masih suka nonton Film Sinetron TV, walaupun Bu Mini sendiri tidak memiliki tv, namun setiap hari ia selalu numpang nonton tv di tempat tetangganya.Dua hari kemudian.....Akhirnya Bowo pun berangkat ke luar Kota, dan sangat bersyukur Bu Mini sudah sembuh dari sakit nya, sehingga Bowo merasa tenang meninggalkan Ibu nya sendiri di Rumah, ada sedikit rasa ke khawatiran, namun itu sangat wajar, karena Ibu nya hanya tinggal sendiri di Rumah.Berbekal uang secukup nya dan ponsel jaman dulu yang hanya bisa di pakai untuk Nelfon dan SMS saja, Bowo begitu semangat dan senyum mereka terulas di bibir Bowo yang tebal, tapi ada sedikit lesung di tengah bibir bawah nya, sehingga terlihat seksi.Bowo, Parto, dan adek Ipar Parto yang di panggil Roni itu terlihat sumringah, wajah mereka tampak terlihat tidak ada beban berat yang mereka pikirkan, tawa lepas sesekali terlihat dari mereka, bisingnya suara mesin kereta membuat mereka bebas ingin tertawa seperti apa pun.Kereta yang mereka tumpangi mulai memasuki Ibu Kota Jakarta, mereka bertiga mulai membuka mata nya, setelah semalaman terlelap."Mas Bowo sebentar lagi kita turun!" ucap Parto yang mulai menyiapkan tas ransel yang dia bawa, begitu juga dengan Roni yang sudah menyiapkan tas ransel nya juga."Oh nggeh (iya) mas," jawab Bowo dan mulai sibuk juga menyiapkan tas bawaan nya.Mereka ber tiga masing-masing hanya membawa satu tas ransel besar untuk tempat pakaian, karena rata-rata kalau laki-laki itu kemana-mana bawaan nya lebih simpel di banding perempuan.Setelah tiba di Stasiun mereka beristirahat sebentar untuk mencari sarapan, dan mereka menuju ke warung nasi yang berada di depan Stasiun.Mereka makan dengan lahap nya, karena perut mereka juga sudah merasa lapar, Parto sambil mengeluarkan secarik kertas alamat yang dia dapat dari teman nya yang sudah di Kota lebih dulu, Makan pun sudah selesai, mereka melanjutkan menghisap rokok setelah nya."Mas tau alamat ini gak?" tanya Parto pada peda
Mereka sudah berkumpul di depan rumah yang masih setengah jadi, Mandor bangunan yang biasa di panggil bang Aji itu menjelaskan tugas mereka ber tiga."Buat kalian bertiga yang biasa kerja bangunan seperti ini siapa?" Mandor itu berdiri dengan tegap seraya dia silangkan kedua tangan nya dada."Saya bang," Parto tunjuk tangan."Kamu nama nya siapa?" tanya Mandor itu."Saya Parto boss," jawab Parto cepat."Kamu ikut pasang keramik ya, dan yang lain bantu-bantu serabutan dulu, mana yang repot ya itu yang di bantu!" Mandor itu menjelaskan tugas mereka bertiga.Parto, Bowo dan Roni pun mengangguk paham, dan setelah Mandor pergi mereka pun mulai bekerja.Parto mulai membantu para senior nya memasang keramik, Roni dan Bowo membantu mengangkat pasir dan batu bata, Bowo sangat bersemangat hingga panas nya terik matahari tidak dia rasakan.Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang menjelang sore, di jam segitu biasanya pekerja di beri waktu untuk istirahat sejenak, mereka menyeduh kopi panas untuk tem
Aji mulai kebingungan untuk mencari cara agar pembangunan cepat selesai, tapi dana yang pemilik rumah berikan sudah habis, tinggal sisa untuk para pekerja, mereka di bayar harian, akhirnya pun Aji memilih bahan bangunan dengan kualitas abal-abal, harga nya murah tapi bentuk sama,ide sudah Aji dapatkan,kini saat nya memerintah para pekerja nya untuk mempercepat pembangunan dan lembur."Mulai hari ini kalian harus lembur tiap hari,saya tidak mau tau!" perintah Aji dengan suara lantang dan berkacak pinggang."Tiap hari bang?" sahut salah seorang pekerja."Iya,tiap hari dan kalau belum saya perintahkan berhenti, jangan ada yang berhenti!" ucap nya lagi."Apa ini tidak kelewatan bang?"sahut Bowo dengan berani nya."Apa nya yang kelewatan? kalian tinggal kerjain aja apa yang saya perintahkan dan jangan ada yang membantah!" sahut Aji lagi."Bayaran mereka abang korupsi, tapi kerjaan mereka abang tambahi, apa itu nama nya tidak kelewatan,"sahut Bowo yang meletakkan cangkul nya di atas gunduka
Jatuh tersungkur di hadapan Bowo yang tengah duduk di teras Masjid,dia berhambur mendekati nya tatkala melihat si Bapak,entah kenapa dengan si Bapak ini tiba-tiba jatuh pingsan."Pak,Bapak!"Bowo menepuk-nepuk pelan pipi si Bapak,tapi Bapak ini tidak bereaksi apa-apa,Bowo bingung dan meminta pertolongan orang yang melintas di area Masjid,dan tidak berapa lama kemudian ada beberapa orang yang sudah membantu,dengan segera mereka membawa si Bapak ke Rumah Sakit terdekat dengan Komplek Perumahan.Sesampai nya di Rumah sakit si Bapak sudah mendapat perawatan,sedangkan Bowo bingung,dia harus menunggu si Bapak di Rumah sakit sampai sadar kembali."Keluarga pasien!"panggil salah seorang perawat yang sudah berdiri di ambang pintu ruang pemeriksaan,dengan tergopoh Bowo mendekat."Saya bu,"jawab Bowo panik."Kami sudah memeriksa nya dan kondisi pasien baik-baik saja,untung bapak segera membawa nya ke Rumah sakit,dan tolong selesaikan administrasi nya segera,kami akan memindahkan pasien ke ruang r
Bowo sudah mulai mengerjakan renofasi taman seperti yang di instruksikan oleh Mili anak Pak Kusuma,dengan penuh semangat dan keseriusan Bowo mengerjakan tugas nya,meski dia seorang diri,tapi semangat nya luar biasa,Bowo yang tidak memiliki keahlian di bidang ukiran tapi dia mampu mengerjakan nya dengan baik dan rapi,bahkan Bowo juga menata taman dengan indah dan rapi.Mili yang saat itu sedang berada di balkon kamar nya,dia terkejut melihat perubahan taman belakang yang begitu rapi dan indah ketika di lihat dari atas,Fikiran Mili pun mulai menebak-nebak,apa iya kalau Bowo itu hanya lulusan SMK (sekolah menengah kejuruan)?,Mili pun penasaran dan turun untuk menemui Bowo.Sesampai di bawah,Mili tidak menemukan Bowo,dia mencari-cari ke sudut-sudut taman,dan ternyata Bowo sedang ngulik sesuatu di belakang tembok sebuah patung."Mas Bowo lagi ngapain?"tanya Mili yang lagi-lagi tertegun melihat hasil karya Bowo,ternyata si Bowo sedang membuat Lukisan pegunungan."Eh Mbak Mili,ini saya lagi
Bowo dan pak To kini sudah memasuki kota Jakarta lagi, suasana hiruk pikuk kemacetan kota mulai terlihat lagi oleh Bowo, walau Bowo masih berduka tapi dia tidak ingin larut dalam kesedihan, karena dia tau, di mana pun dia berada pasti Ibu nya akan menyertai diri nya."Alhamdulillah kita sudah sampai di kota lagi ya Mas!"ucap pak To yang melebarkan senyum nya."Iya pak, Alhamdulillah,"jawab Bowo."Gimana perasaan Mas sekarang,apa sudah lebih tenang?"tanya Pak To seraya menoleh ke arah Bowo yang sedang merapikan rambut nya."Alhamdulillah sudah lebih baik pak,"jawab Bowo sumringah.Melihat Bowo yang sudah mulai mau tersenyum lagi,pak To merasa lega, karena selama perjalanan dari kampung nya Bowo,dia lebih banyak diam dan berzikir, mobil sudah mulai memasuki area Komplek, Bowo pun sudah bersiap untuk turun, saat mobil sudah memasuki pelataran rumah pak Kusuma, ternyata pak Kusuma dan juga Mili sudah menunggu di teras rumah, melihat keluarga baru nya ini,Bowo merasa haru, dia teringat lag
Lin yang sedang duduk di kejauhan,dia terus saja memoerhatikan Mili dan Bowo,mata nya menatap tajam dari kejauhan,seakan dia iri dengan Mili yang begitu dekat dengan Bowo."Lin,lo ngapain sih ngeliatin mereka terus?"seorang gadis tomboy menghampiri Lin dengan sebotol minuman di tangan nya,gadis yang selalu memakai topi,kaos oblong dan celana panjang dengan sederet kantong di celana nya itu bernama Reta,dia teman satu kelas Bowo dan juga Lin."Gue penasaran aja,ada hubungan apa sih Bowo sama gadis nyebelin itu?"jawab Lin yang mulai sewot."Yaelah Lin,biyar aja kalik mereka ada hubungan,atau..jangan-jangan lo naksir sama si Bowo!"Reta tanpa basa basi lagi langsung menuduh Lin."Ih..apaan sih,gue itu selera nya tinggi,bukan pria seperti Bowo itu!"jawab Lin dengan tatapan jijik pada Bowo dan Mili."Bowo kan tajir Lin!""Dari mana elo tau Ta?"tanya Lin serius."Elo liat aja mobil yang doi bawa,bukan mobil biasa,tapi mobil mewah dengan harga tidak main-main!"jawab Reta dengan santai nya ser
Selesai makan siang,Aji dan Roni kembali ke pos satpam PT untuk menanyakan soal kedatangan CEO nya."Apa lagi pak?"tanya Satpam yang mendahului."Kapan CEO kalian datang?"jawab Aji dan bertanya balik."Pulang saja pak,percuma nungguin juga,udah sana pulang!"satpam itu mengusir Aji dan Roni."Awas kamu ya,baru jadi satpam aja sudah belagu lo,"Aji meradang dan marah-marah sambil meninggalkan pos satpam.Tapi ketika dia masih menunjuk-nunjuk si satpam sambil berjalan mundur,Aji hampir saja tertabrak mobil mewah di belakang nya.Ckikikikit...sett...Dengan cepat sang pengemudi mengunjak rem mobil nya,teriakan dari dalam mobil pun terdengar,Aji gelagapan kaget dan langsung mengeluarkan kata-kata kasar."A*ji*ng kau da...Aji tidak melanjutkan kata-kata nya karena mobil itu masih diam di tempat dan orang di dalam nya justru membuka kaca Mobil."Maaf bang,saya tidak sengaja!"ucap pria itu dengan sopan nya,tapi ketika Aji menoleh dia pun kaget dengan apa yang di lihat nya,hal yang sama di lak