Beranda / Romansa / Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya / Bab - 03. sang mandor marah dengan kecurangannya.

Share

Bab - 03. sang mandor marah dengan kecurangannya.

Penulis: Irfan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-26 16:18:07

Mereka sudah berkumpul di depan rumah yang masih setengah jadi, Mandor bangunan yang biasa di panggil bang Aji itu menjelaskan tugas mereka ber tiga.

"Buat kalian bertiga yang biasa kerja bangunan seperti ini siapa?" Mandor itu berdiri dengan tegap seraya dia silangkan kedua tangan nya dada.

"Saya bang," Parto tunjuk tangan.

"Kamu nama nya siapa?" tanya Mandor itu.

"Saya Parto boss," jawab Parto cepat.

"Kamu ikut pasang keramik ya, dan yang lain bantu-bantu serabutan dulu, mana yang repot ya itu yang di bantu!" Mandor itu menjelaskan tugas mereka bertiga.

Parto, Bowo dan Roni pun mengangguk paham, dan setelah Mandor pergi mereka pun mulai bekerja.

Parto mulai membantu para senior nya memasang keramik, Roni dan Bowo membantu mengangkat pasir dan batu bata, Bowo sangat bersemangat hingga panas nya terik matahari tidak dia rasakan.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang menjelang sore, di jam segitu biasanya pekerja di beri waktu untuk istirahat sejenak, mereka menyeduh kopi panas untuk teman istirahat.

"Mas Bowo, nanti bantu angkut keramik yang di sebelah itu ya!" Parto menunjuk tumpukan keramik yang berada di halaman bangunan yang belum jadi.

"Iya mas nanti saya bantu angkut ya," ucap Bowo yang sedang duduk bersandar di tembok bangunan yang belum jadi itu.

"Siap mas," jawab parto teman satu kerjaan nya.

Bowo mengibaskan topi nya sambil dia hisap sebatang rokok yang tinggal separo, hawa sejuk Bowo rasakan dari kibasan topi nya yang membuat nya merasakan kantuk tiba-tiba, di tambah rasa lelah nya menumpuk membuat Bowo tertidur dengan bersandarkan ke tembok bangunan.

Hingga jam istirahat telah usai dan teman-teman kuli Bowo mulai melanjutkan pekerjaan nya, tapi Bowo masih asik merangkai mimpi.

"Mas, Mas Bowo," Parto membangunkan Bowo yang masih tertidur dengan mulut menganga, dia goncang kan kaki Bowo, tapi tak juga bangun, Parto pun pergi meninggalkan Bowo karena teman-teman nya yang lain sudah mulai memegang bagian nya masing-masing, Bowo yang bagian nya serabutan dia hanya bantu-bantu saja dan mengerjakan apa yang mandor perintahkan, kadang dia juga membantu tukang yang sibuk.

Mandor mencari-cari keberadaan Bowo, karena pekerjaan nya mengangkut pasir masih belum selesai, dia melihat semua anak buah nya sudah sibuk bekerja, tapi Bowo masih belum kelihatan juga.

"Roni, mana temen kamu si Bowo?" Mandor Aji menanyakan nya pada Roni yang tengah meringis kepanasan sambil mengangkut pasir.

"Gak tau bang, tadi masih di sana," Roni tunjuk bangunan di mana Bowo tertidur di sana.

Aji langsung menuju ke tempat di mana Bowo tertidur, dia sudah siap dengan tongkat rotan yang selalu dia bawa jika mengecek pekerjaan anak buah nya, Aji ini terkenal dengan Mandor yang galak, hampir rata-rata yang kerja satu tim sama dia pasti banyak yang tidak betah.

Aji menemukan Bowo yang masih tertidur, dengkuran nya pun terdengar keras, Aji meradang, dia mainkan rotan nya di kaki Bowo, tapi reaksi Bowo hanya garuk-garuk dan pules lagi, kali ini Aji berpindah dia main kan rotan nya di lengan Bowo, tapi masih sama, Bowo tetap tidak bangun, sampai akhir nya Aji emosi dan menumpahkan seember air yang berada di samping nya.

BYUUURRRR....

Bowo tampak gelagapan dan bingung, dia sontak terbangun dan mengucek mata nya dengan keras, samar di lihat nya orang yang berdiri dan bertolak pinggang di depan nya, sampai akhir nya dia melihat dengan jelas siapa yang ada di hadapan nya.

"Bang Aji, ma...maaf bang saya ketiduran!" kali ini Bowo merunduk ketakutan dengan baju basah kuyup.

"Enak ya kamu, lihat itu teman-teman kamu sudah keringetan semua, kamu malah enak-enakan ngorok di sini, kalau gak niat kerja mending kamu pulang saja sana ke kampung!" Aji tampak sangat marah, mata nya memerah geram.

"Maaf bang Mandor, tolong jangan pecat saya, kalau abang pecap saya, saya mau kerja di mana lagi!" Bowo mengatupkan kedua telapak tangan nya, dia memohon pada Aji agar tidak di pecat, wajah Bowo pun nampak menyesal karena sudah ceroboh.

"Kali ini saya maaf kan, tapi kalau kaya gini lagi kamu saya pecat, sekarang kamu kerja sana, tapi sampai jam 9 malam, buat ganti nya kamu tidur tadi!"Aji langsung pergi meninggalkan Bowo yang masih tertunduk.

Joko dan Parto datang menghampiri Bowo, mereka hanya bisa melihat Bowo dari kejauhan, karena kalau mereka membantu Bowo, yang ada malah jadi panjang urusan nya.

"Mas piye (gimana) kamu gak apa-apa kan?"tanya Parto cemas.

"Gak apa-apa mas, cuman di guyur air sih biasa, kalau di kampung juga kan mainan nya air sama tanah," jawab nya santai.

"Bang Aji memang gitu mas, orang nya keras, sampeyan harus sabar, yang penting jangan sampai tidur di jam kerja!"Joko menimpali.

"Iya mas, ini salah saya juga sih," Bowo memeras kaos nya yang masih basah kuyub.

"Ya udah mas Bowo sekarang ganti baju dulu, terus mulai kerja lagi!" ucap Parto.

"Iya mas."

Bowo melangkah menuju mess dan mengganti baju nya yang basah dengan baju yang kering, setelah beres dia langsung menuju ke tempat kerja nya lagi, Bowo bersemangat lagi, dia bekerja sambil menikmati rokok di tangan nya, seperti yang Mandor nya perintahkan dia bekerja hingga jam 9 malam.

Parto, Joko dan Roni sudah berkumpul karena ingin makan malam, mereka para pekerja mencari makan sendiri-sendiri, untuk ke empat orang ini mereka lebih memilih untuk membeli beras dan masak nasi sendiri, karena di mess di sediakan dapur tapi Hanya ada magickom dan dispenser yang tersedia, teman nya yang lain memilih makan di luar atau beli, mereka bilang lebih praktis, padahal itu lebih boros, tapi Bowo dan ke tiga teman nya yaitu Parto, Roni dan Joko memilih masak nasi tapi lauk beli, dan mereka berfikir itu lebih irit.

"Mas Bowo mana ini?" Roni mencari-cari Bowo yang berada di teras.

"Gak tau juga Ron, mungkin dia masih di Masjid," jawab Parto mengira-ngira.

"Dia rajin banget ibadah nya ya Tok?" tanya Joko yang datang dari dalam rumah.

"Iya Ko, di kampung dia juga rajin azan di musola," tukas Parto.

"Ya sudah kita makan duluan aja yuk, aku udah laper!" sahut Joko yang perut nya sudah krayak kruyuk sejak tadi.

Dan Mereka pergi untuk makan terlebih dulu, selesai makan seperti biasa mereka menghisap rokok sambil ngobrol dan menikmati kopi panas.

Obrolan demi obrolan mereka sudah lalui, cerita keluarga hingga cerita hal yang tidak penting, tapi Bowo masih juga belum datang, Joko sudah menguap, rasa kantuk dalam diri nya sudah tidak dapat di tahan lagi, dia pun lebih dulu masuk, begitu juga dengan Roni dia juga masuk ke kamar untuk beristirahat.

"Mas aku tidur ya," ucap Roni dengan nada lelah.

"Iya Ron, aku nunggu mas Bowo dulu, dia kemana coba," gerutu nya.

"Nggeh mas." jawab Roni dan langsung masuk menyusul Joko....

Parto mulai sedikit cemas karena Bowo belum juga kembali, Parto pun memutuskan untuk mencari Bowo, Parto yang dari kejauhan melihat Bowo masih ngangkutin pasir dia berlari menghampiri Bowo.

"Mas Bowo, saya kira mas lagi di Masjid eh gak taunya masih di sini," Parto geleng-geleng melihat Bowo.

"Ini saya lembur mas, ganti nya tadi siang, sama bang Mandor di suruh lembur sampai jam sembilan mas," jawab Bowo yang masih ngos-ngosan.

"Oalah mas, ya wes kalau gitu mas, tapi apa mas udah makan?" tanya Parto serius.

"Belum mas, ini ngerokok aja udah nikmat kok, nanti aja lah sekalian kalau udah selesai baru aku makan mas,"sahut Bowo yang klepas klepus dengan rokok di ujung bibir nya.

"Semangat mas Bowo, saya tak istirahat duluan ya mas!" ucap Parto seraya meninggalkan Bowo sendirian.

"Iya mas monggo (silahkan)."

Bowo pun kembali melanjutkan kerjaan nya, sesekali dia istirahat untuk menyeruput kopi yang di pesan nya dari warung kecil yang ada di sekitar tempat pembangunan, biasa lah ya warung dadakan, Bowo mulai memutar otak nya, sambil duduk menikmati kopi dan rokok sendirian, Bowo juga memperhatikan rumah-rumah gedong yang ada di sekitar nya.

("Semoga aku punya rumah kayak gitu, gede, apik (bagus) biyar ibu ku seneng")Bowo bicara dalam hati sambil meniupkan asap rokok ke udara.

Dia bingung ini sudah jam berapa, karena jam tangan dan ponsel tulalit nya dia tinggal di dalam tas, karena menurut nya kalau kerja sambil pakai jam tangan itu sangat ribet, apa lagi bawa-bawa ponsel, itu justru semakin mengganggu, untuk melihat jam, Bowo pergi ke warung kopi.

"Mbak, sekarang jam berapa ya?" tanya Bowo pada seorang penjaga warung.

"Eh...mas Bowo, jam setengah sepuluh mas,"jawab gadis yang biasa di panggil Murni.

"Oh iya makasih mbak," sahut Bowo dan pergi begitu saja.

Karena di rasa sudah cukup malam, maka Bowo memutuskan untuk beristirahat dan menyelesaikan nya lagi besok, dia merapikan peralatan dan menyimpan nya kembali di tempat peralatan bangunan, lalu Bowo kembali ke mess dan beristirahat.

Pagi itu seperti biasa Bowo, Roni, Joko dan Parto sarapan terlebih dulu sebelum mulai bekerja.

"Semalam pulang jam berapa mas Bowo?"tanya Joko pada Bowo.

"Saya pulang jam setengah sepuluh mas," jawab Bowo sembari cengar cengir.

"Hari ini jangan sampai ketiduran lagi mas!" sahut Parto.

"Iya mas,"

"Nanti mas kena guyur lagi...ha..ha..ha..ha," Roni tertawa terbahak, dan mereka larut dalam tawa.

Di tengah asik nya mereka berbincang,Mandor Aji datang untuk memberikan sebuah pengumuman.

"Hayo kumpul...kumpul...kumpul...hari ini akan ada boss besar pemilik rumah yang kita bangun, jadi tolong kerjanya yang serius hari ini!"sambil petentang petenteng Aji memberi pengumuman anak buah nya.

"SIAP BANG MANDOR"

Sahut mereka serempak, dan Aji pun pergi lagi untuk melihat pembangunan yang lain nya, Aji memandori dua tim, masing-masing tim terdiri dari 10 orang,dan mereka mengerjakan pembangunan sebuah rumah di setiap tim nya.

"Mandor kerja nya cuman nyuruh doang, huh...,"keluh salah seorang pekerja.

"Ya gitu bang Aji, bayaran kita gak pernah beres,tapi kerjaan harus selalu beres,"keluh salah seorang lagi.

"Maksud nya gimana mas?"tanya Bowo yang mendengar keluha mereka.

"Ya selama kita kerja ikut bang Aji, bayaran kita gak pernah bener mas, tidak sesuai dengan perjanjian, kita kan di sini borongan mas, tapi bayaran kita gak sama dengan upah pemborong pada umum nya,"sahut salah seorang bapak-bapak yang sudah setengah baya.

"Kok gitu ya mas?"Bowo tampak memikirkan sesuatu.

"Ya udah kita berangkat yuk! nanti bang Aji malah marah-marah lagi!"ajak Joko pada semua teman-teman nya.

Dan mereka bersama-sama menuju rumah yang sedang mereka bangun, canda tawa menghiasi langkah mereka para pejuang rupiah untuk anak-anak dan istri nya, untuk keluarga kecil mereka.

Setiba mereka di lokasi, dengan semangat pagi mereka memulai pekerjaan nya,seperti pada umumnya mereka Fokus dengan bagian nya masing-masing, seperti hal nya Bowo, dia pun masih bertugas mengangkut pasir bersama dengan Roni, sambil bekerja Bowo memikirkan keluhan para pekerja soal upah yang tidak sesuai, Bowo pun penasaran ingin tau, upah mereka di kemanain sama Mandor nya.

Dia berinisiatif untuk menanyakan pada sang Mandor, tapi dia masih menimbang-nimbang lagi dan memikirkan berkali-kali, karena pasti akan ada resiko yang dia tanggung nanti nya.

"Kerja yang bener ya kalian semua, kalau boss besar datang kalian harus kerja lebih keras lagi, jangan leta lete (seenak nya sendiri)," tiba-tiba Mandor Aji datang dan teriak-teriak mengomando agar mereka bekerja lebih keras lagi.

IYA BANG...

Dengan serempak mereka menjawab nya, terkecuali pekerja yang berada di atas, mereka tidak menjawab karena tidak mendengar dengan jelas instruksi dari Mandor nya.

Selang beberapa jam berlalu suasana tempat pembangunan rumah hanya terdengar mesin-mesin Bor,ketokan palu, suara gergaji, suara cangkul beradu dengan pasir dan semen dan suara-suara khas pekerjaan bangunan, tanpa ada suara obrolan dari mereka.

Sebuah mobil mewah dengan harga milyaran berhenti di depan rumah tersebut, sontak pandangan para pekerja tertuju pada mobil mewah itu, seorang laki-laki dengan tubuh tinggi kekar, kulit bersih, rambut kelimis turun dari mobil mewah itu, dengan kaca mata hitam nya dia terlihat sangat keren, ada juga seorang perempuan berambut panjang, postur tinggi bak pragawati, kulit putih bersih, wajah cantik, hidung mancung dan bibir merah merona, dengan dress sedengkul tanpa lengan dia juga turun dari mobil tersebut, pasangan yang sangat serasi, mereka lah sang pemilik rumah mewah yang sedang Bowo dan teman-teman nya kerjakan.

Nampak dari kejauhan mereka sedang ngobrol dengan Aji sang Mandor bangunan, Bowo yang hanya kuli biasa, dia cuma bisa memandangi dari kejauhan mereka bertiga, Bowo memperhatikan gerak gerik si Mandor yang terlihat sedang mendapat komplain dari si pemilik rumah, entah komplain tentang apa tidak ada yang tau, hanya saja dari wajah sang Mandor terlihat serius dan tegang.

Setelah beberapa menit mereka ngobrol,Aji pun kembali pada pekerja nya, sedangkan sang pemilik rumah sudah pergi dengan cepat nya.

Gubrakk...

Aji tiba-tiba menendang ember kosong bekas adonan semen dan pasir, hal itu membuat para pekerja nya kaget.

"Bre*gs*k,"Aji tampak geram.

"Ada apa bang kok marah-marah?"tanya Bowo yang berhenti mengayunkan cangkul nya.

"Diam kamu!"Aji malah tambah marah ketika Bowo bertanya.

"Iya maaf bang!" Bowo pun kembali mencangkul tumpukan pasir di depan nya.

Pekerja yang lain pun kembali melanjutkan pekerjaan nya, karena Aji orangnya memang seperti itu, jadi yang sudah tau kelakuan sang Mandor, mereka memilih diam saja.

Hal yang membuat si pemilik rumah komplain yaitu lama nya penggarapan, karena menurut sang Mandor pembangunan rumah itu bisa di selesaikan dalam jangka waktu tiga bulan, tapi kenyataan nya malah lebih dari tiga bulan, dan sampai saat ini terhitung 4 bulan lebih, hal itu terjadi karena ada nya pengurangan pekerja, tapi biyaya borongan tetap di jumlah orang yang telah di sepakati sebelum nya antara Mandor dan si pemilik rumah....

Bab terkait

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 04. Di pecatnya Bowo

    Aji mulai kebingungan untuk mencari cara agar pembangunan cepat selesai, tapi dana yang pemilik rumah berikan sudah habis, tinggal sisa untuk para pekerja, mereka di bayar harian, akhirnya pun Aji memilih bahan bangunan dengan kualitas abal-abal, harga nya murah tapi bentuk sama,ide sudah Aji dapatkan,kini saat nya memerintah para pekerja nya untuk mempercepat pembangunan dan lembur."Mulai hari ini kalian harus lembur tiap hari,saya tidak mau tau!" perintah Aji dengan suara lantang dan berkacak pinggang."Tiap hari bang?" sahut salah seorang pekerja."Iya,tiap hari dan kalau belum saya perintahkan berhenti, jangan ada yang berhenti!" ucap nya lagi."Apa ini tidak kelewatan bang?"sahut Bowo dengan berani nya."Apa nya yang kelewatan? kalian tinggal kerjain aja apa yang saya perintahkan dan jangan ada yang membantah!" sahut Aji lagi."Bayaran mereka abang korupsi, tapi kerjaan mereka abang tambahi, apa itu nama nya tidak kelewatan,"sahut Bowo yang meletakkan cangkul nya di atas gunduka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 05. Bertemunya Mili dan Bowo.

    Jatuh tersungkur di hadapan Bowo yang tengah duduk di teras Masjid,dia berhambur mendekati nya tatkala melihat si Bapak,entah kenapa dengan si Bapak ini tiba-tiba jatuh pingsan."Pak,Bapak!"Bowo menepuk-nepuk pelan pipi si Bapak,tapi Bapak ini tidak bereaksi apa-apa,Bowo bingung dan meminta pertolongan orang yang melintas di area Masjid,dan tidak berapa lama kemudian ada beberapa orang yang sudah membantu,dengan segera mereka membawa si Bapak ke Rumah Sakit terdekat dengan Komplek Perumahan.Sesampai nya di Rumah sakit si Bapak sudah mendapat perawatan,sedangkan Bowo bingung,dia harus menunggu si Bapak di Rumah sakit sampai sadar kembali."Keluarga pasien!"panggil salah seorang perawat yang sudah berdiri di ambang pintu ruang pemeriksaan,dengan tergopoh Bowo mendekat."Saya bu,"jawab Bowo panik."Kami sudah memeriksa nya dan kondisi pasien baik-baik saja,untung bapak segera membawa nya ke Rumah sakit,dan tolong selesaikan administrasi nya segera,kami akan memindahkan pasien ke ruang r

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 06. Bowo kehilangan orang yang paling di cintai

    Bowo sudah mulai mengerjakan renofasi taman seperti yang di instruksikan oleh Mili anak Pak Kusuma,dengan penuh semangat dan keseriusan Bowo mengerjakan tugas nya,meski dia seorang diri,tapi semangat nya luar biasa,Bowo yang tidak memiliki keahlian di bidang ukiran tapi dia mampu mengerjakan nya dengan baik dan rapi,bahkan Bowo juga menata taman dengan indah dan rapi.Mili yang saat itu sedang berada di balkon kamar nya,dia terkejut melihat perubahan taman belakang yang begitu rapi dan indah ketika di lihat dari atas,Fikiran Mili pun mulai menebak-nebak,apa iya kalau Bowo itu hanya lulusan SMK (sekolah menengah kejuruan)?,Mili pun penasaran dan turun untuk menemui Bowo.Sesampai di bawah,Mili tidak menemukan Bowo,dia mencari-cari ke sudut-sudut taman,dan ternyata Bowo sedang ngulik sesuatu di belakang tembok sebuah patung."Mas Bowo lagi ngapain?"tanya Mili yang lagi-lagi tertegun melihat hasil karya Bowo,ternyata si Bowo sedang membuat Lukisan pegunungan."Eh Mbak Mili,ini saya lagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 07. Bowo di kuliahkan

    Bowo dan pak To kini sudah memasuki kota Jakarta lagi, suasana hiruk pikuk kemacetan kota mulai terlihat lagi oleh Bowo, walau Bowo masih berduka tapi dia tidak ingin larut dalam kesedihan, karena dia tau, di mana pun dia berada pasti Ibu nya akan menyertai diri nya."Alhamdulillah kita sudah sampai di kota lagi ya Mas!"ucap pak To yang melebarkan senyum nya."Iya pak, Alhamdulillah,"jawab Bowo."Gimana perasaan Mas sekarang,apa sudah lebih tenang?"tanya Pak To seraya menoleh ke arah Bowo yang sedang merapikan rambut nya."Alhamdulillah sudah lebih baik pak,"jawab Bowo sumringah.Melihat Bowo yang sudah mulai mau tersenyum lagi,pak To merasa lega, karena selama perjalanan dari kampung nya Bowo,dia lebih banyak diam dan berzikir, mobil sudah mulai memasuki area Komplek, Bowo pun sudah bersiap untuk turun, saat mobil sudah memasuki pelataran rumah pak Kusuma, ternyata pak Kusuma dan juga Mili sudah menunggu di teras rumah, melihat keluarga baru nya ini,Bowo merasa haru, dia teringat lag

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 08. Mandor Aji yang sombong & suka korupsi

    Lin yang sedang duduk di kejauhan,dia terus saja memoerhatikan Mili dan Bowo,mata nya menatap tajam dari kejauhan,seakan dia iri dengan Mili yang begitu dekat dengan Bowo."Lin,lo ngapain sih ngeliatin mereka terus?"seorang gadis tomboy menghampiri Lin dengan sebotol minuman di tangan nya,gadis yang selalu memakai topi,kaos oblong dan celana panjang dengan sederet kantong di celana nya itu bernama Reta,dia teman satu kelas Bowo dan juga Lin."Gue penasaran aja,ada hubungan apa sih Bowo sama gadis nyebelin itu?"jawab Lin yang mulai sewot."Yaelah Lin,biyar aja kalik mereka ada hubungan,atau..jangan-jangan lo naksir sama si Bowo!"Reta tanpa basa basi lagi langsung menuduh Lin."Ih..apaan sih,gue itu selera nya tinggi,bukan pria seperti Bowo itu!"jawab Lin dengan tatapan jijik pada Bowo dan Mili."Bowo kan tajir Lin!""Dari mana elo tau Ta?"tanya Lin serius."Elo liat aja mobil yang doi bawa,bukan mobil biasa,tapi mobil mewah dengan harga tidak main-main!"jawab Reta dengan santai nya ser

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 09. Mandor Aji

    Selesai makan siang,Aji dan Roni kembali ke pos satpam PT untuk menanyakan soal kedatangan CEO nya."Apa lagi pak?"tanya Satpam yang mendahului."Kapan CEO kalian datang?"jawab Aji dan bertanya balik."Pulang saja pak,percuma nungguin juga,udah sana pulang!"satpam itu mengusir Aji dan Roni."Awas kamu ya,baru jadi satpam aja sudah belagu lo,"Aji meradang dan marah-marah sambil meninggalkan pos satpam.Tapi ketika dia masih menunjuk-nunjuk si satpam sambil berjalan mundur,Aji hampir saja tertabrak mobil mewah di belakang nya.Ckikikikit...sett...Dengan cepat sang pengemudi mengunjak rem mobil nya,teriakan dari dalam mobil pun terdengar,Aji gelagapan kaget dan langsung mengeluarkan kata-kata kasar."A*ji*ng kau da...Aji tidak melanjutkan kata-kata nya karena mobil itu masih diam di tempat dan orang di dalam nya justru membuka kaca Mobil."Maaf bang,saya tidak sengaja!"ucap pria itu dengan sopan nya,tapi ketika Aji menoleh dia pun kaget dengan apa yang di lihat nya,hal yang sama di lak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 10. Bertemunya Parto & Bowo

    ****Hari ini Parto meminta ijin pada Aji,dia ijin pada Aji untuk menemui istri nya yang datang ke Ibu kota,padahal dia pergi untuk menemui Bowo,dia pun harus berkorban uang 200 ribu untuk menutup mulut adek ipar nya itu agar tidak bilang pada Aji bahwa dia ijin untuk bertemu dengan Bowo.Parto pergi sendiri,karena sebelum nya Roni sudah di ajak tapi tidak mau,dan akhirnya Parto pergi sendiri dengan meminjam ponsel milik Roni agar bisa berkomunikasi dengan Bowo ketika di jalan.Sedangkan di tempat lain,Bowo pun sudah siap dengan dandanan nya yang sederhana,kebetulan hari ini hari minggu,jadi Bowo tidak pergi ke Kampus,maka dia bisa dengan bebas pulang kapan saja."Sudah rapi mau pergi kemana kamu Bowo?"tanya Pak Kusuma yang melihat Bowo duduk di teras."Oh Bapak,saya mau bertemu dengan tetangga kampung saya pak,"jawab Bowo dengan sopan."Oh,kok belum jalan?"tanya Pak Kusuma lagi."Masih nunggu taksi online pak,"jawab Bowo yang di tanggapi dengan kekehan oleh pak Kusuma,kok Bapak keta

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 11. Proyek pertama Bowo

    Parto kaget dengan mobil mewah yang Bowo kendarai, Parto berhambur menuju ke mobil Bowo yang sudah berhenti di pinggir taman, Bowo membukakan pintu untuk Parto dan Parto pun dengan senyum merekah naik keatas mobil yang Bowo bawa."Mas,edian tenan niki (gila bener ini) mobil nya bagus banget, adem, wangi, pasti Bos sampeyan orang kaya raya ya Mas?"Parto yang tadi naik angkot berpanas-panasan, bau keringat bercampur asap kenalpot membuat sesak dada, kini dia menaiki mobil yang sangat nyaman, wajah sumringah dan keheranan Parto semakin terlihat."Pripon Mas (gimana Mas) enak ya mobil nya, Bos saya orang nya kaya Mas, beliau seorang Kontraktor yang sangat sukses, Anak nya juga seorang Arsitek Mas," ucap Bowo yang sudah melajukan mobil nya dengan pelan-pelan."Arsitek itu apa Mas?"tanya Parto yang masih memutar kepala nya untuk mengarah kan pandangan mata nya ke seluruh isi dalam mobil itu."Arsitek itu adalah seorang profesional yang bertugas untuk merencanakan dan merancang desain bangun

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01

Bab terbaru

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 85. Kejahatan pak de jono dan seto

    Tapi Mak Ijah curiga dengan pakde Jono,karena untuk apa pakde Jono mengambil foto guci-guci di ruang tamu rumah majikan nya itu,Mak Ijah terus melanjutkan pekerjaan nya,seperti biasa Mak Ijah mengelap semua perabot yang berada di ruang tamu itu,lalu menyapu dan mengepel lantai nya hingga bersih,lalu Mak Ijah menyalakan wewangian elektrik yang di pasang di ruang tamu itu,agar ruang tamu selalu harum dan segar.Setelah Mak Ijah selesai membersihkan ruang tamu,dia pun menemui suami nya yaitu pak Tono yang sedang bersih-bersih rumput di halaman belakang."Pak,tau gak tadi Ibu lihat apa?"tanya Mak Ijah serius."Ya mana saya tau Bu,kan dari tadi bapak di sini,"jawab pak Tono yang masih sibuk dengan pekerjaan nya."Ibu tadi mergokin pakde satpam di ruang tamu pak,"sahut Mak Ijah serius."Terus kalau pakde satpam di ruang tamu kenapa Bu?"tanya pak Tono datar."Ya gak apa-apa sih pak,tapi yang aneh nya Ibu lihat,pakde satpam itu mengambil foto guci-guci mahal milik Den Bowo pak,"jawab Mak Ijah

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 84. Ada apa demgan pak de Jono

    Keesokan harinya setelah solat subuh Bowo pun mengecek kembali pintu gerbang rumah nya yang penyok itu,dia pun berfikir untuk memperbaiki nya dan memasang dengan bahan yang lebih tebal lagi,lalu datanglah pakde Jono yang menghampiri Bowo."Orang-orang itu kurang ajar sekali ya Le,"ucap pakde Jono yang berdiri di samping Bowo sambil menatap pintu gerbang yang penyok itu."Iya pakde,tapi yang buat saya bingung untuk apa mereka melakukan ini semua kepada saya?"sahut Bowo yang bingung dan bertanya-tanya sendiri."coba kamu ingat-ingat lagi,apa ada orang yang pernah kamu sakiti Le?"tanya pakde Jono serius,Bowo pun terdiam sejenak dan dia mengingat-ingat nya,tapi karena tidak pernah ada orang yang dia sakiti,maka dia pun bingung lagi."saya tidak pernah menyakiti siapa pun pakde,"jawab Bowo penuh keyakinan."kamu yakin Le?"pakde Jono pun meyakinkan sekali lagi."iya pakde saya yakin,"sahut Bowo dengan jelas.Dan mereka pun terdiam masih memandangi pintu gerbang itu,terlihat pakde Jono yang

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 83. Siapa mereka

    "bagaimana Dok, Abah sakit apa?" tanya Bowo serius."Beliau kurang tidur Mas, dan banyak fikiran,"jawab Dokter Bram serius, mendengar Jawaban Dokter Bram seketika Bowo pun menarik nafas berat."Lalu bagaimana Dok?" tanya Bowo yang meminta solusi pada Dokter Bram."Saya akan berikan obat nya nanti, karena kondisi beliau sangat lemah, maka saya infus gak apa-apa ya Mas?" tanya Dokter Bram yang meminta persetujuan dari Bowo."Ok Dok,lakukan yang terbaik agar Abah sehat kembali Dok!" jawab Bowo tegas."Ok," dan dengan cekatan Dokter Bram pun memasang selang infus di tangan Abah Jaya karena Dokter Bram sudah mempersiapkan semua nya sebelum nya.Terlihat Abah Jaya yang sudah pasrah dengan apa yang Dokter itu lakukan karena beliau sudah merasa tubuh nya sangat lemah, Abah Jaya memang tidak pernah tidur sepanjang malam sejak Bulan sang putri kesayangan nya itu meninggal, beliau tidak henti-henti nya berdo'a dan berzikir setiap hari,beliau meratapi nasib nya yang kini hanya tinggal seorang dir

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 82. Kesehatan Abah Jaya

    "Mili juga ikut dalam proyek itu,apa aku gak salah dengar?"tanya Seto kepada kedua teman nya itu."iya bro,mereka satu tim,"jawab Nero yang tau banyak tentang proyek itu."lalu apa peran cowok kampung itu di proyek pembangunan jembatan itu,apa elu tau Nero?"tanya Seto serius."dia punya peran penting di sana bro,"jawab Boy menimpali nya."ya apa peran dia di sana to*ol,"sahut Seto sambil menoel kepala Boy,hingga Boy nyengir kesakitan,karena dia menoel nya dengan kasar."yang gue tau,Bowo itu punya keahlian dalam bidang desain patung dan bangunan yang berskala besar,jadi dia bisa di bilang punya peran utama di proyek itu,"sahut Nero serius."oh,jadi dia punya keahlian,ok lah kalau begitu,kita lihat saja nanti,apa dia akan bertahan sebagai Mahasiswa teladan di kampus ini,"ucap Seto dengan tatapan bengis nya.Entah dendam apa yang Seto pendam kepada Bowo sehingga dia sebenci itu kepada Bowo,setelah itu mereka bertiga pun kembali ke kelas mereka untuk mengikuti mata kuliah.Sementara itu

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 81. Bowo kembali ke kampus

    Keesokan hari nya Bowo bangun seperti biasa nya,dia mulai menjalani aktifitas pagi nya seperti biasa,walau tetap saja bayang-bayang sang istri tercinta masih terus teringat namun dia berfikir untuk tidak terus-terusan larut dalam duka,pakaian rapi dan juga wangi sudah Bowo kenakan pagi itu,karena dia akan menjalani aktifitas nya di kampus lagi."selamat pagi Den Bowo!"sapa Mak Ijah dengan ramah."pagi Mak,"balas Bowo sama ramah nya."pagi ini mau sarapan apa Den?"tanya Mak Ijah yang berdiri di samping Bowo dengan sapu dan lap di tangan nya."saya sarapan di kampus saja Mak,soal nya saya buru-buru,"sahut Bowo sambil merapikan lagi pakaian nya."oh ya sudah kalau begitu Den,hati-hati di jalan ya Den,semangat!"ucap Mak Ijah yang memberikan semangat pada Bowo sang majikan."terima kasih Mak,"sahut Bowo yang tersenyum kepada Mak Ijah.Setelah itu Bowo berpamitan kepada Mak Ijah dan lalu dia melangkah keluar menuju ke garasi Mobil nya,tapi saat sampai di garasi ternyata pakde Jono sudah men

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 80. Hari sepi yang Bowo lalui

    Hari-hari telah Bowo lewati dan minggu pun telah berlalu begitu cepat,tidak mudah bagi Bowo untuk melupakan semua kenangan indah nya bersama Bulan,setiap hari Bowo selalu mendatangi makam istri tercinta nya,sehingga makam Bulan selalu terlihat segar dan wangi karena di taburi bunga-bunga yang harum di setiap hari nya oleh Bowo.[["sayang,Mas yakin kamu sudah bahagia di sana,beristirahat lah dengan tenang sayang,tunggu Mas di surga ya sayang,"]] gumam Bowo dalam hati seraya menaburkan bunga mawar yang telah di beri wewangian.Tak lama kemudian datang juga Abah Jaya yang di temani oleh Bik Inah,dengan langkah yang sudah mulai lemah Abah Jaya di tuntun Bik Inah menuju ke makam."Nak Bowo ada di sini juga?"sapa Abah Jaya yang bertanya dengan lirih dan lalu Bowo pun menoleh kan pandangan nya menuju sumber suara."Abah!"sapa Bowo kembali yang lalu mencium punggung tangan Abah mertua nya itu."sudah lama kamu di sini Nak Bowo?"tanya Abah Jaya."lumayan lama Bah,karena di rumah sedang tidak a

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 79. pemakaman Bulan.

    Setelah beberapa menit berlalu,akhir nya Mobil jenazah pun sampai di rumah duka,suasana haru sudah menyelimuti kedatangan jenazah Bulan,begitu juga dengan Abah Jaya yang sudah tidak bisa berkata apa-apa,di temani saudara dan juga sahabat nya pak Kusuma,beliau hanya terdiam dan terus-terusan berzikir agar diri nya kuat.Suara sirine Ambulance yang sebelum nya terdengar sangat lantang,kini suara itu telah terhenti,Abah Jaya mulai keluar dari dalam rumah nya,beliau menghampiri peti jenazah sang putri tercinta nya itu."Anak Abah,Neng cantik!"ucap Abah Jaya yang sudah bercucuran air mata.Setelah itu peti jenazah pun mulai di masuk kan kedalam rumah duka,susana haru sudah mulai terlihat,sahabat dan semua pekerja Bulan sudah menangis sedih,mereka semua meratapi kepergian sang majikan muda nya itu,sungguh hal yang tidak mereka sangka,hari bahagia Bulan berubah menjadi duka cita.makin "Nak Bowo,iklas kan Nak Bulan,agar kepergian nya tidak terbebani,Abah sudah pasrah dengan ini semua,"ucap A

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 78. Kepergian bulan selamanya

    Hari telah berganti,sepekan sudah Bulan terbujur koma di rumah sakit,sejak hari itu juga Bowo belum sehari pun pulang ke rumah nya,banyak dari para sahabat termasuk Bu Salsa dan juga kedua rekan Arsitek nya itu datang ke rumah sakit untuk menjenguk Bulan,para Asisten rumah tangga mereka pun juga bergantian menjenguk ke rumah sakit."Bowo,kamu harus sabar,kami do'a kan semoga Bulan cepat sadar dari koma nya dan cepat sembuh kembali!"ucap Bu Salsa yang saat itu berada di rumah sakit."Aamiin Bu,terima kasih Ibu dan bapak semua sudah berkenan hadir untuk menjenguk istri saya!"sahut Bowo yang saat itu masih sedih,namun tidak selesu sebelum nya."sama-sama Bowo,kami ini kan rekan kerja Bulan,kami juga sudah sangat rindu dengan kebersamaan kita di proyek,"Tama menimpali nya."betul sekali Bowo,"sahut Boby yang juga membenarkan kata-kata Tama.Suport dan dukungan untuk Bowo telah rekan-rekan nya berikan,begitu juga do'a-do'a yang tiada henti dari para penjenguk,tidak hanya sahabat dan rekan

  • Dari Kuli Bangunan, Menjadi Pengusaha Kaya   Bab - 77. Bulan masih kritis

    Sambil menangis dan memukul-mukul kan kepalan tangan nya dengan pelan ke dinding,Bowo pun meratapi nasib pernikahan nya,dia tidak ingin kehilangan orang yang di sayangi untuk kedua kali nya."Nak Bowo sabar ya,semua ini sudah takdir Tuhan Nak!"ucap pak Kusuma seraya mengusap punggung Bowo dengan lembut."Mas harus sabar,Mas tidak boleh seperti ini,lebih baik Mas ambil air wudu dan berdo'a kepada Allah minta kelancaran operasi nya Bulan!"sahut Mili yang ikut memberi kan nasehat kepada Bowo.Mendengar nasehat-nasehat dari orang terdekat nya,lantas Bowo pun mulai menarik nafas panjang dan lalu mengusap air mata nya."Mbak Mili benar,sebaik nya saya ambil air wudu dan berdo'a untuk istriku,saya permisi!"dan Bowo pun melangkah dengan cepat menuju ke Musola yang ada di rumah sakit itu,niat Mili ingin mengikuti Bowo,namun pak Kusuma mencegah nya."jangan Nak,biyar kan Bowo sendiri!"ucap pak Kusuma yang lalu menghentikan langkah Mili."iya Nak,mungkin Bowo butuh sendiri,saya bingung jika suda

DMCA.com Protection Status