***Nisa tersenyum saat membaca pesan dari lelaki itu. Lelaki itu pertama kali mengirim pesan atas inisiatifnya sendiri. Sean memang sangat kaku dan juga dingin, selama ini hanya dirinya yang sering mengirim pesan terlebih dahulu.Hari ini, petualangannya di Suku Baduy selesai. Ia masih ingin memanjakan dirinya. Nisa sudah memesan mobil travel untuk ke Bandung. Hari ini memang ia berencana ke Bandung dan sudah menyewa apartemen di sana. Nisa menyewa satu bulan penuh. Sesekali jika ia kangen dengan Jakarta, maka ia akan pulang. Bagaimanapun, jarak Bandung-Jakarta tidak terlalu jauh.Akhirnya Nisa sampai di apartemen yang disewanya, ia menyewa apartemen yang berada di Maribaya, Lembang. Nisa ingin suasana yang tetap asri dan hening. Saat perutnya lapar, ia keluar mencari makan. Beruntung di seberang apartemen ada tempat makanan yang berjajar. Ia memilih coffee shop dan memesan Flavoured Latte dan lasagna.Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya dan menyapanya. "Nisa," sapanya dengan
***Sean menghampiri pamannya, melihat pamannya sedang mencari sesuatu.“Apa barang yang Paman cari sudah ketemu?” tanya Sean.“Sepertinya sudah tidak ada, Paman lupa menyimpannya,” jawab Vino sambil terkekeh.Sean merasa curiga dengan gelagat pamannya itu.“Kalau begitu, Paman pulang dulu,” ucap Vino, dan detik itu, ia langsung menodongkan senjata api dan melepaskan peluru. Tapi Sean sangat gesit. Peluru itu tidak tepat mengenainya. Tanpa menunggu lagi, Vino melepaskan pelurunya lagi. Suara desingan senjata api sangat menggema di ruangan.Sean langsung meringkus lengan Vino dengan mudah, membuat pamannya itu meringis kesakitan.“Apa Paman mau mencoba bermain denganku?” Sean berkata sinis, sambil mengunci tangan dan kepala Vino.“Kamu anak sialan! Beraninya kamu merebut semua yang menjadi milikku!” umpat Vino.“Milikmu?” tanya Sean, lalu tertawa keras. “Semua itu bukan milikmu, Paman. Semua yang kau sempat nikmati itu adalah milik orang tuaku, milik kami!”“Kalian harus mati! Kenapa k
***Sarah akhirnya mau diperiksa setelah ia menolak karena ingin menemani suaminya. Ia luluh karena ada flek darah yang keluar akibat dorongan Vino. Sebenarnya ia ingin menemani Kevin dan juga kakaknya, merasa bersalah karena kekonyolannya membuat kedua lelaki itu terkena timah panas yang hampir membahayakan nyawa mereka.Dokter obgyn menyarankan Sarah untuk istirahat dan tidak banyak pikiran. Kandungannya tidak mengalami masalah serius. Ia menghela napas, sadar bahwa ia harus tetap tenang demi janin di dalam rahimnya.Nisa langsung menghampiri Sarah yang terbaring dengan wajah pucat. Sahabatnya itu dipeluk olehnya, membuat air mata Sarah jatuh lagi.“Sudah, tidak apa-apa. Ada aku, jangan takut,” ucap Nisa, menepuk-nepuk pelan pundak Sarah agar tenang.“Gara-gara aku, kakak dan suamiku terluka,” isak Sarah, menyesali apa yang terjadi.“Jangan menangis! Mereka melakukan itu untuk melindungimu. Jika kamu terus menyalahkan dirimu, mereka akan kecewa,” ucap Nisa.“Iya, aku tidak boleh ter
***Sarah akhirnya diizinkan untuk menjenguk Kevin. Ia memaksa dokter dan perawat, dan mereka mengizinkannya dengan syarat bahwa ia harus tenang dan tidak terlalu lama.Sarah masuk ke kamar rawat Kevin diantar oleh Nisa dengan menggunakan kursi roda. Lelaki itu masih tertidur."Kamu pergi saja, nanti kalau sudah selesai aku chat kamu buat jemput aku," pinta Sarah."Oke. Aku mau ke apartemen sebentar , aku belum mandi dan ganti baju. Nanti si Handsome jadi illfeel," kelakar Nisa yang disambut tawa ringan oleh Sarah.Setelah sahabatnya undur diri, Sarah turun dari kursi roda, lalu ia duduk di sisi ranjang suaminya. Ia memandang wajah rupawan yang sedang memejamkan matanya. Sarah baru menyadari bahwa selama ini bulu mata suaminya itu sangat lentik dan lebat. Ia tersenyum, menikmati mahakarya yang Tuhan ciptakan itu.Dibelainya lembut wajah suaminya. Namun beberapa detik berlalu, tangannya malah dipegang oleh Kevin, dan lelaki itu membuka matanya, membuat Sarah terkejut."Maaf, Hubby. Gar
***Sean mendatangi pemakaman Vino, ditemani oleh Isamu. Kemarin, asistennya memberitahukan bahwa anak Vino akan menyelidiki kasus kematian ayahnya yang tidak wajar dan menuduh Sean sebagai pelaku pembunuhan terencana. Bahkan, anak sulung Vino, Eric, sudah menyewa puluhan pengacara untuk menyelidikinya, membuat Sean harus bertindak lebih cepat.Setelah acara pemakaman selesai, terlihat Miranda dan Adisty masih berselimut duka. Sean menghampiri mereka berdua.“Tante, Adisty. Saya turut berduka cita. Saya tidak menyangka Paman Vino pergi secepat ini,” kata Sean sambil memeluk Miranda.“Tante juga tidak menyangka. Tante tidak tahu kalau Pamanmu itu ternyata mencairkan giro di bank. Kami tidak pernah diberitahunya tentang masalah giro,” Miranda masih kalut.“Kamu masih punya nyali datang ke sini, hah!” Eric datang dengan wajah tidak suka.“Saya datang ke pemakaman Paman saya sendiri. Apa ada yang salah?” tanya Sean, mencoba tenang.“Sandiwaramu sangat rapi. Kamu bisa tenang hari ini, tapi
***Kevin menyuapi Sarah pagi ini sebelum ia berangkat ke kantor. Mereka sudah kembali ke rumah sejak kemarin. Sarah tidak mau makan dan setiap makanan yang dimakan pasti dikeluarkan lagi. Emosinya pun kadang berubah-ubah. Terkadang, ia sangat pengertian, terkadang sangat cemburuan. Mendengar suara wanita di ujung telepon pun, Sarah bisa langsung memasang wajah masam pada Kevin. Hal ini membuat Kevin mengakhiri panggilannya lebih cepat. Padahal, ia menelepon sekretarisnya dan membicarakan pekerjaan. Namun, istrinya tidak percaya dan terus saja mengungkit masalah Violet. Dengan kekuatan analisis perempuan yang cepat, Sarah menjabarkan satu per satu tentang pentingnya kejujuran dalam pernikahan. Kevin hanya mengiyakan apa yang istrinya katakan. Ia tidak mau membantah lagi. Semakin ia bantah atau jawab, maka perang akan semakin sengit. Satu-satunya jalan agar damai adalah mengalah, itu prinsipnya saat ini.“Aku pergi ke kantor dulu ya, Sayang. Nanti, kalau ada apa-apa langsung hubungi ak
***Kevin datang ke kantornya agak telat. Ia dan sekretaris barunya telat karena makan siang di luar kantor. Kevin datang tergesa-gesa dan menyapa Nancy, lalu diikuti oleh sekretaris barunya masuk ke ruangannya.Nancy melihat arloji di tangannya. Waktu menunjukkan jam setengah empat sore dan Sarah dari siang menunggu di ruangan kerja Kevin. Ia menghela napas. “Pasti ada perang dunia ketiga nanti, apalagi perang dengan calon ibu muda yang emosinya turun-naik,” gumamnya.Di ruangannya, Kevin duduk di sofa bersebelahan dengan Intan. Mereka sedang membahas meeting tadi siang dan mencoba memperbaiki apa yang salah saat tadi dibahas oleh kliennya.“Sepertinya, Pak Fendi sengaja mencari kekurangan pada perusahaan kita, Pak,” ucap Intan.“Saya tahu,” jawab Kevin.“Loh, Bapak tahu? Tapi kenapa Pak Kevin diam saja dan tidak mematahkan argumennya?” tanya Intan.“Karena tujuannya bukan untuk merusak kerja sama,” balas Kevin.“Lalu kalau bukan untuk itu, tujuannya apa?”“Kamu.”“Saya?” tanya Intan
***Sean langsung mengambil kotak cokelat yang diberikan Nisa dan membukanya. Wajahnya langsung bersemu merah karena cokelat berbentuk hati itu membuatnya tersipu malu. Ia memakan cokelat tersebut dan mood-nya yang sebelumnya sedang kesal langsung membaik.Sean kesal karena Eric dengan terang-terangan meminta dukungan dari jajaran direksi untuk menggantikan Vino. Ia tidak akan membiarkan lelaki itu dengan mudah mendapatkan posisi tersebut. Sean harus banyak mengumpulkan bukti kecurangan Eric agar posisi wakil direktur tidak bisa ia dapatkan. Kalau bisa, ia akan menendang lelaki itu dari perusahaan.Pintu diketuk dan ia melihat Eric datang dengan seringainya.“Tadi kekasihmu datang kemari untuk memberimu cokelat itu? Kalian sangat manis sekali,” ucapnya tanpa malu langsung duduk di sofa.“Kamu ada urusan apa lagi?” tanya Sean tanpa basa-basi.“Sebentar lagi, aku akan duduk di kursi itu. Nikmati saja hari-hari terakhirmu di sana,” sindir Eric.Sean tertawa. Ia sungguh tak menyangka bahw
***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena
***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu
***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai
***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo
***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar
***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da
***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah
***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean
***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In