***Sean langsung menarik lengan Nisa. Nisa hanya bisa menatap lelaki itu dengan tatapan bingung. Ia tak kuasa juga menolaknya. Pintu mobil depan Sean dibuka dan Sean menyuruh Nisa masuk, tapi perempuan itu agak ragu.“Kenapa?” tanya Sean.“Aku bawa mobil,” jawab Nisa.“Tinggalkan saja di sini. Biar nanti anak buahku yang mengambil mobilmu,” ucap Sean datar.Nisa seperti terhipnotis. Ia langsung saja masuk ke mobil. Ia juga tidak tahu kenapa lelaki itu seperti menghipnotisnya. Bukankah selama ini ia tidak pernah mau ditekan ataupun diperintah? Tapi, Sean. Lelaki itu sangat berbeda. Nisa merasakan ada kebahagiaan tersendiri saat patuh pada lelaki itu.Apakah ini definisi yang orang lain katakan bucin alias budak cinta? Tidak! Nisa tidak mau diperbudak cinta. Pasti bukan itu alasannya. Mungkin saja lelaki itu sangat unik dan membuatnya merasa penasaran.Mobil melaju ke arah yang berbeda, bukan ke arah menuju apartemennya. Ia merasa heran, Sean mau mengajaknya ke mana.“Ini bukan ke arah
***Kevin langsung memeluk Sarah dari belakang. Istrinya itu sedang sibuk menyiapkan sarapan. Sarah tak banyak bicara, ia hanya diam dan tak mempedulikan kehadiran Kevin.“Sayang, sudah dong ngambeknya,” pinta Kevin sambil meletakkan dagunya di atas bahu kanan Sarah.Tak ada jawaban apapun dari Sarah.“Sayang, aku minta maaf. Coba aku harus melakukan apa lagi untukmu, agar kamu bisa memaafkan aku?” tanya Kevin dengan lembut.“Kamu jauh-jauh dariku,” sahut Sarah.“Apa? Kok kamu gitu sih, Sayang,” Kevin berkata pelan. Ia mana bisa jauh dari istrinya itu.“Aku mau nyiapin sarapan buat Sophia. Lepasin dulu!” pinta Sarah. Tangan suaminya dari tadi terus saja melingkar di pinggangnya.“Asal maafin aku dulu,” Kevin mengajukan syarat.“Kenapa harus minta maaf? Kamu merasa ada salah?” tanya Sarah dengan nada kesal.“Iya. Aku salah sama kamu. Aku tidak langsung mengangkat telepon darimu,” jawab Kevin. Ia tidak akan membela diri di depan Sarah. Mau alasannya benar pun, pasti di mata istrinya itu
***Eric tersenyum puas saat menerima telepon dari pengacaranya tentang perkembangan kasus kematian mendiang papanya yang tidak wajar.Eric segera memanggil Miranda dan Adisty.“Ada apa sih, Kak? Teriak-teriak manggil kita, kayak kita menang lotre aja,” kesal Adisty.“Kita bahkan mendapatkan jackpot,” kata Ericngan girang.“Maksud kamu?” tanya Miranda.“Kita sebentar lagi akan kembali menghuni rumah mewah itu lagi,” sahut Eric senang.“Kok bisa?” tanya Miranda penasaran.“Bisa dong, Ma. Tadi pengacaraku mengatakan bahwa ada kejanggalan dalam kasus kematian papa dan polisi sudah mulai menyelidikinya,” jawab Eric.“Apa Yuta pelakunya?” tanya Miranda kaget. Eric mengangguk sambil tersenyum penuh kemenangan.“Masa Kak Yuta berbuat seperti itu sih, Kak?” tanya Adisty, masih tidak percaya.“Dia memang orang yang
***Setelah diperiksa selama tujuh jam di kantor polisi, Sean diperbolehkan pulang. Ia masih ditetapkan sebagai saksi. Sean langsung pergi ke rumah Kevin untuk menemui keluarganya dan menenangkan Sarah agar tidak terlalu khawatir padanya.“Ojisan sudah bertindak?” tanya Sean pada asistennya.“Sudah, Tuan. Mr. Isamu bahkan berkata, jika mau malam ini bisa langsung membuat Eric terdesak,” jawab asistennya.“Tidak perlu! Aku ingin bersenang-senang dulu dengan mereka. Aku ingin membiarkan mereka tidur tenang malam ini. Tidur yang tenang untuk terakhir kalinya,” Sean berkata datar.Setelah sampai di rumah adik iparnya, Sean langsung masuk dan disambut pelukan hangat oleh adiknya.“Kak, apa semua akan baik-baik saja?” tanya Sarah, dengan mendung kesedihan yang menyelimuti wajahnya.Sean tersenyum, lalu ia mencubit pipi Sarah dengan gemas. “Seperti yang kamu lihat. Kakak baik-baik saja da
***Malam ini, Sean gelisah. Bukan karena kasusnya, tetapi karena mengetahui bahwa Nisa berbicara dengan Eric. Ia tidak menyangka bahwa Nisa mengenal Eric dan mengapa gadis itu tidak berbicara padanya tentang hal ini.Melihat kakaknya gelisah, Sarah menghampiri Sean.“Ada apa, Kak?” tanya Sarah sambil duduk di sebelah Sean.“Tidak apa-apa,” balas Sean lembut. “Kenapa belum tidur? Sudah larut,” kata pria itu menatap adiknya hangat.“Aku lagi nunggu suamiku, Kak. Aku enggak bisa tidur kalau enggak peluk dia,” jawab Sarah.Sean tersenyum. Adiknya, semenjak hamil, memang sangat manja dan juga selalu gampang cemburuan. “Tidurlah, sepertinya Kevin tidak akan pulang malam ini.”“Loh, kenapa dia tidak pulang?” tanya Sarah terkejut.“Untuk menyiapkan berita heboh untuk esok pagi,” jawab Sean dengan senyum.“Berita tentang apa?” tanya S
***Hari ini adalah hari bersejarah bagi Zeline, karena inilah momen penting baginya untuk melebarkan sayap bisnisnya ke kancah internasional. Hari ini ia akan membanggakan keluarga dan negaranya di Milan Fashion Week.Zeline gugup. Meski hanya ditemani oleh Bastian, itu tidak membuatnya sedih karena keadaan memang tidak memungkinkan keluarga lainnya untuk ikut. Kakaknya, Kevin, harus menemani Sarah yang sedang hamil muda.Bastian melihat calon istrinya yang gugup, lalu menghampiri Zeline dan menggenggam tangannya erat. “Tanganmu sangat dingin, my Sweet. Kamu selalu begini kalau sedang gugup.”Zeline tersenyum. “Iya, Kak. Aku memang sangat gugup. Aku masih tidak menyangka bisa datang dan menjadi bagian dari perhelatan besar ini.”“Kakak yakin, kamu akan jadi yang terbaik. Meski hanya ada Kakak yang menemanimu,” ucap Bastian menyemangati.“Aku sudah bersyukur, Kak Bastian mau menemaniku. Padahal, aku
***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In
***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean