Share

Bab184 Kabur

Penulis: Sunny Zylven
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-25 22:36:43
"Ee ... Efatta ... apa kamu sedang mempermainkanku?" ucap Alisya terbata-bata. Janji Efatta selanjutnya jelas lebih tidak masuk akal.

"Tidak, Alisya. Kamu bisa memegang ucapanku!" Efatta mengangguk dengan mantab.

Alisya tidak bisa menyembunyikan air matanya karena merasa terpojok dan bimbang. Saat ini dia tidak punya pilihan selain mengikuti kehendak Efatta. Karena menolaknya juga tidak mungkin.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Alisya seraya menghapus air mata.

"Mempersiapkan bekal secukupnya untuk perjalanan dan membawa senjata."

Efatta memasukkan beberapa buah di meja kendalam kantong, kemudian menyerahkannya kepada Alisya.

"Meski cuma pisau buah, ini sangat tajam. Tidak perlu cemas, dalam sebuah pertarungan yang paling penting adalah keahlian baru kemudian senjata." Efatta memandang dua pisau buah di tangan bergantian.

Raut wajah Alisya masih terlihat ragu-ragu. Sang putri menarik mantel hitam yang menutupi tubuh Efatta.

"Tidak usah cemas! Dalam kondisi terdesak
Sunny Zylven

Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.šŸ˜šŸ˜šŸ˜ Thanks, I ā¤ļø U. Dukungan kalian sangat berarti buat author Sunny šŸ˜

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 185 Kematian gianira

    Begitu menyadari Gianira telah menyelamatkan Efatta, semu orang di tempat itu membisu. Mencabut tangannya yang berlumuran darah, Efim memandang wajah pucat Gianira dengan penuh penyesalan. Tangan pria berkulit pucat menutup luka di perut Gianira seraya merapal mantra, tapi tangan Gianira mencegahnya. "Tidak perlu, aku tidak menyesal mati karena melindunginya," ucap Gianira pelan. Gerakan naik-turun di dada Gianira menghilang, sedangkan matanya terbuka memandang langit malam yang gelap, seolah menatap kepergian roh dari jasad. Saat itu juga tangisan Efim pecah seraya memeluk tubuh Gianira yang tidak bernyawa. Bahkan Alisya seolah tidak berkedip menyaksikan kematian Gianira yang begitu cepat untuk melindungi lelaki yang memilih kabur bersamanya. Sungguh ironis. Setelah menangis beberapa saat, pria berkulit pucat kembali bangkit. Dengan tangan mengepal erat Efim menerjang Efatta yang juga baru saja berdiri. Kemarahan membuat energi sihir Efim muncul berkali-kali lipat hingga Efatta

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab186 Jabatan Pemuas nafsu

    Peristiwa tragis dan pembunuhan selalu menyisakan trauma di hati siapa pun yang melihatnya. Begitu juga dengan kematian Gianira dan perkelahian Efim dan Efatta. Meski sang putri sudah tidak punya keinginan untuk kembali membina rumah tangga dengan Efatta, faktanya Alisya telah banyak berhutang nyawa dengan Efatta. Kejadian tragis yang menimpa Efatta tidak bisa tidak membuat Alisya bersedih. Walaupun larut dalam kesedihan, entah kenapa hati kecil Alisya masih berkeyakinan Efatta belum mati. Setitik hati itu seolah bersikeras tidak akan mempercayai tuduhan kematian Efatta sampai sang putri melihat dengan mata kepalanya sendiri jasad Efatta. Malam itu sudah beberapa kali pelayan yang datang menghampiri Alisya untuk memintanya makan malam bersama raja. Akan tetapi, berkali-kali pula Alisya menolak. Selain karena nafsu makannya menghilang, yang Alisya inginkan saat ini hanya waktu untuk menyendiri. Tiba-tiba kembali terdengar suara ketukan pintu. Harusnya peringatan sebelumnya sudah cu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 187 Perjanjian Darah

    Seorang dokter wanita tengah memeriksa luka di kamar baru Alisya. Setelah kedatangan raja, Alisya dipindahkan dari benteng bawah tanah ke dalam kastil. Sebuah kamar yang luas dengan ranjang empuk yang nyaman menjadi tempat beristirahat sementara sang putri. Dua hari berlalu sejak kakinya terluka karena Efim, Alisya belum bercakap-cakap lagi dengan pria berkulit pucat yang telah diangkat raja sebagai pengawal pribadi ratu. Selain karena Efim telah menyingkirkan Efatta, bayangan Efim menembus perut Gianira masih terbayang jelas. Hal itu membuat Alisya merasa takut membayangkan pria itu akan terus berada di sekelilingnya. "Sebaiknya Putri tidak turun dari tempat tidur terlebih dahulu, untuk mempercepat penyembuhan." Dokter wanita berkata dengan ramah membuyarkan lamunan Alisya. "Terima kasih." Putri dari kerajaan Crysozh menjawab dengan pasrah. Ingatan Alisya saat memanjat dinding benteng terulang kembali. Rasa di hati sang putri lebih sakit dari pada luka di kakinya yang dibalut perb

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 188 Ujian Loyalitas

    Tangan Alisya bergetar seraya melepaskan pedang dalam genggaman. Seketika itu juga tubuh sang putri terasa lemas dan berkeringat dingin karena telah melukai seseorang dengan sengaja. Sikap Alisya tidak ubahnya seperti putri malu yang mengatup ketika disentuh. "Kamu tidak apa-apa, Alisya?" raja mencengkeram kedua lengan Alisya, sementara Alisya membuang muka. Perasaan sang putri campur aduk. "Alisya ...." Raja berucap dengan nada lembut. Alisya menggeleng pelan, memberikan isyarat dengan tangan agar raja menjauh. Hati Alisya menjadi semakin bimbang. Sang putri tidak menyangka, raja akan begitu mudah percaya dengan kebohongan yang dia ciptakan. Padahal, jelas-jelas Alisya menusuk Efim dengan pedang pria itu. Bahkan sarung pedangnya juga berada di atas ranjang Alisya. Jika tidak karena Efim berikan, tidak mungkin sarung pedang itu bisa berada di atas ranjang sang putri. Selanjutnya Efim, pria itu juga tidak membantah hukuman dari raja dan lebih memilih menjalani hukuman karena fitnah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 189 Kembali Hidup Di Istana

    Menghirup napas dalam, udara istana memenuhi paru-paru Alisya. Meski sama-sama udara, tetapi rasa udara di istana seakan berbeda dari tempat-tempat lain. Tidak bisa dipungkiri, istana merupakan tempat yang sangat seksi untuk meraup kekayaan, kekuasaan, dan popularitas. Semua mata seakan sekilas tertuju kepada Alisya tetapi buru-buru menunduk untuk memberikan penghormatan kepada raja. "Hormat kepada Paduka Raja Dafandra, semoga panjang umur." Para menteri menyambut kedatangan raja. Dafandra menanggapi sambutan para menteri dengan anggukan kepala kemudian menuju ke singgasana. "Rasanya bahagia sekali hari ini, aku bisa kembali menginjakkan kaki di istana. Aku tidak akan berlama-lama memberikan pidato kali ini karena aku sangat lelah. Singkat saja, aku akan mengumumkan pernikahan keduaku dengan Putri Alisya." Suasana alula kerajaan menjadi hening. Para menteri terdiam tetapi saling memandang, seolah berkomunikasi satu sama lain. Padahal beberapa bulan terakhir kerajaan disibukkan den

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 190 Rahasia Myran

    Suasana pesta tampak meriah, para tamu undangan telah berdatangan memenuhi aula kerajaan. Pesta pernikahan raja yang terkesan terburu-buru hanya dihadiri oleh keluarga kerajaan, para menteri dan bangsawan. Meski begitu nuansa kemeriahannya masih hangat terasa. Menikmati musik dan pertunjukan seni, Alisya dan Dafandra saling diam seakan baru pertama kali bertemu. "Aku tidak menyangka akan menemui hari ini ...." Raja memulai percakapan berharap mencairkan suasana. Tidak tahu harus menjawab apa, sang putri hanya menelan ludahnya sendiri, menandakan rasa gelisah karena jantungnya berdegup kencang. "Apakah kamu masih berdebar-debar?" tanya raja ramah. Matanya tidak bisa terlepas dari wanita berambut merah dengan gaun hitam bertabur emas di sisinya. Tiara yang terbuat dari emas juga menghiasi kepala Alisya, sedangkan rambutnya digulung di belakang. "Benar, Yang Mulia." Alisya berusaha tetap tersenyum di hari pernikahannya. Dalam suasana hati yang gelisah, Alisya berharap pesta pernikah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 191 Hadiah Dari Raja

    "Sayang ... bangun!" bisik raja di telinga Alisya. Membuka mata perlahan, Alisya menatap waja pria berambut pirang yang semalam bersamanya. "Ada apa, Yang Mulia? Apakah kita akan bermain lagi?" jawab Alisya dengan malas. "Kamu kelelahan, Alisya? Itu seperti bukan kamu ... semalam kamu begitu gila ...." Raja tersenyum menggoda. "Apa aku tidak boleh beristirahat, Yang Mulia?" wajah Alisya cemberut. "Tentu saja kamu boleh beristirahat, tetapi sayangnya waktu istirahatmu telah habis!" Dafandra tersenyum menunjukkan deretan gigi putih yang rapi. Raja menyibak selimut Alisya, membuat wanita itu terkejut dan kembali meraih selimut untuk menutup tubu polosnya. "Bangunlah, Pemalas! Sebentar lagi para dayang akan datang untuk membantumu membersihkan diri! Bergegaslah, aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu. Aku rasa kamu akan sangat tertatik dengan apa yang akan aku tunjukkan kepadamu." Raja bangkit dari ranjang sembari meraih sebuah baju untuk menutup tubuh berototnya. "Apa yang akan raj

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 192 Kematian Selir Neelam

    "Yang Mulia seseorang mengirimkan sebuah surat rahasia kepadamu." Efim menyerahkan sebuah surat kepada Alisya. "Apa kamu tahu siapa pengirim surat ini?" tanya Alisya keheranan. "Hamba tidak tahu, yang hamba tahu surat ini untuk Yang Mulia." Raut wajah Efim juga keheranan memandang surat di tangannya. "Berikan kepadaku!" Efim menyerahkan sebuah amplop berwarna hijau tua dengan sebuah segel lilin yang sepertinya Alisya kenal. "Surat ini berasal dari kerajaan Crysozh. Akan tetapi, segel lilin ini bukan milik kakakku. Lalu siapa yang mengirim surat kepadaku?" Bola mata Alisya berputar ke atas seperti sedang memikirkan sesuatu. "Kenapa tidak Yang Mulia buka saja amplopnya?" Efim mengangkat kedua alisnya bersamaan. "Ha ... benar juga!" Alisya terkekeh seraya membuka segel amplop. Terdiam membaca surat, raut wajah Alisya berubah suram. "Ada apa Yang Mulai?" "Budak Selir Neelam mengabarkan kepadaku, jika wanita itu telah mati." Tangan Alisya meremas surat hingga lusuh. "Bukankah sel

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 3

    Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 2

    "Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 1

    Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Terima Kasih Pembaca

    Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ā¤ļøā¤ļøā¤ļø

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 234 Pelukan Ibu

    Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 233 Melabuhkan Rindu

    "Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 232 Jangan Pernah Tinggalkan Aku

    Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 231 Layang-layang

    "Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 230 Lima Puluh Gadis Dan Tiga Bangsawan

    "Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan

DMCA.com Protection Status