Share

Bab184 Kabur

"Ee ... Efatta ... apa kamu sedang mempermainkanku?" ucap Alisya terbata-bata. Janji Efatta selanjutnya jelas lebih tidak masuk akal.

"Tidak, Alisya. Kamu bisa memegang ucapanku!" Efatta mengangguk dengan mantab.

Alisya tidak bisa menyembunyikan air matanya karena merasa terpojok dan bimbang. Saat ini dia tidak punya pilihan selain mengikuti kehendak Efatta. Karena menolaknya juga tidak mungkin.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Alisya seraya menghapus air mata.

"Mempersiapkan bekal secukupnya untuk perjalanan dan membawa senjata."

Efatta memasukkan beberapa buah di meja kendalam kantong, kemudian menyerahkannya kepada Alisya.

"Meski cuma pisau buah, ini sangat tajam. Tidak perlu cemas, dalam sebuah pertarungan yang paling penting adalah keahlian baru kemudian senjata." Efatta memandang dua pisau buah di tangan bergantian.

Raut wajah Alisya masih terlihat ragu-ragu. Sang putri menarik mantel hitam yang menutupi tubuh Efatta.

"Tidak usah cemas! Dalam kondisi terdesak
Sunny Zylven

Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️ U. Dukungan kalian sangat berarti buat author Sunny 😍

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status