Share

Bab 177 Pertempuran hati

"Aah ... indahnya!" gumam Alisya begitu kudanya berhenti di tepi sungai. Efim dengan sigap membantu Alisya untuk turun dari kuda.

"Terima kasih." Alisya berucap tulus.

"Yang Mulia tidak harus selalu berucap terima kasih kepadaku. Jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan, karena itu memang tugasku." Efim tersenyum simpul.

"Aku mengerti. Meski begitu, aku bukan seorang putri yang tidak tahu terima kasih," jawab Alisya kemudian segera menuju ke bibir sungai.

Gemercik air menandakan sungai tidak terlalu dalam. Bebatuan menjadikan sungai semakin indah dan nyaman untuk bersantai.

Mata sang putri menatap sebuah batu besar. Langkah kakinya tidak sabar untuk menjelajah sekitar sungai.

"Yang Mulia mau ke mana?" tanya Efim setengah teriak.

"Aku mau mandi! Awas, kalau kamu mengintip!" jawab Alisya seraya menuju ke balik batu besar.

Ucapan Alisya membuat pipi pucat Efim merona. "Mana berani hamba mengintip Yang Mulia mandi," gumam pria berkulit seputih salju.

Tanpa diminta Efim mengumpu
Sunny Zylven

Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️ U. Dukungan kalian sangat berarti buat author Sunny 😍

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status