Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️ U. Dukungan kalian sangat berarti buat author Sunny 😍
Seolah terkurung dalam penjara es, setelah kepergian Alisya hati Dafandra terasa dingin seketika. Kemarahannya dilampiaskan kepada para penjaga yang bertugas di sekitar tenda raja malam itu juga. Teriakan para penjaga seperti beradu dengan suara cambukan dan derasanya air hujan. Keberhasilan Fayvel masuk ke dalam tenda raja, tidak lepas dari kesalahan para penjaga yang lalai. Seratus lima puluh cambukan lebih diberikan kepada masing-masing penjaga. Beberapa diantara mereka bahkan ada yang pingsan saat menjalani hukuman. "Arys, perintahkan para penjaga untuk mengemasi tenda. Kita kembali pagi ini!" ucap sang raja dingin. Dengan patuh Arus menyambut perintah raja. Belakangan raja mengumpat karena menuruti ide konyol Alisya berkemah di tepi hutan. Siapa sangka ide itu berakhir dengan perselingkuhan ratu dengan pria asing. Hanya ada satu pertanyaan dalam benak Dafandra, 'Sejak kapan Alisya berhubungan dengan pria asing itu?' Selama menjadi istri Dafandra, Alisya bukan orang yang suka b
Kerajaan Kosmimazh dan negara-negara di sekitarnya terhampar di atas meja. Dalam ruang kerja Dafandra, tiga orang pemilik darah murni kerajaan Kosmimazh berkumpul. Sudah lama Dafandra tidak bertemu dengan sang paman. Siapa sangka patah hati yang dialamai Dafandra mengakibatkan pertemuan dengan sahabat lama juga mantan atasannya dalam satu meja kerja. Jenderal besar menggerakkan miniatur kapal di pangkalan militer menuju ke pulau Lionysozh. "Hanya dengan mengerahkan semua pasukan di pangkalan-pangkalan militer kerajaan, aku rasa itu cukup untuk melakukan penyerangan di pulau Lionysozh," ujar sang jenderal. "Bagaimana dengan para bajak laut?" raut wajah Dafandra sedikit khawatir. "Aku rasa prajurit patroli saja sudah cukup. Untuk sementara fokus kita hanya pada peperangan. Peperangan merebut pulau Lionysozh tidak akan berlangsung singkat, Paduka Raja." Takis menghela napas panjang. "Baiklah kalau begitu, aku setuju apa maumu. Jadi kapan waktu terbaik kita melakukan penyerangan?"
Layar kapal berkembang bagaikan gunung-gunung di tengah samudra. Kicauan burung terdengar lalu-lalang di udara, pertanda kapal tidak jauh dari daratan. Dengan menggunakan sebelah matanya sang jenderal besar mengintip ke dalam teropong. Matanya melebar menyaksikan ujung daratan tampak di kejauhan. "Di depan terhampar pulau Lionysozh, tambang emas terbaik di dunia! Demi kemakmuran dan kejayaan kerajaan akan kita rebut pulau Lionysozh!" teriak Takias, disambut sorak penuh semangat para prajurit. Tidak kurang dari dua ribu kapal mengangkut pasukan terbaik kerajaan Kosmimazh untuk menyerbu pulau Lionysozh. Meskipun terbilang nekat, tetapi Takias telah mengirimkan kapal-kapal ke sebelah barat pulau Lionysozh untuk menghalau bala bantuan dari kota Stemmazh. Juga pasokan makan dan persediaan senjata telah diatur sedemikian rupa untuk dapat bertahan dan terus melangsungkan peperangan. Sementara itu seorang prajurit penjaga pantai lari tergopoh-gopoh menuju ke ruangan Myran. Pangeran kedua ke
Dari atas menara pengintai Myran mengarahkan teropongnya ke arah kapal Takias dengan gelisah. Berkali-kali pangeran itu mengatur napas. Dalam hatinya terus memuji kebesaran Tuhan untuk menghindari peperangan. Akan tetapi, jantung Myran seakan berhenti berdetak ketik melihat pertarungan Zhan dan anak buahnya melawan pasukan kerajaan Kosmimazh. Harapan Myran untuk perdamaian pupus sudah. 'Alisya, apa sebenarnya yang telah kamu lakukan? Kamu telah membangunkan iblis yang lama tertidur!' Myran menghela napas panjang seraya menatap nanar kobaran api kapal Zahan di antara gerombolan kapal berlayar biru dengan gambar tanduk rusa jantan di tengahnya. "Pangeran, kita harus siapkan manjanik dan panah api untuk menyambut kapal-kapal kerajaan Kosmimazh. Juga tambahan pasukan di sepanjang pantai," ucap Roe kepada Myran. Permintaan pria gempal itu segera mendapatkan persetujuan dari pangeran kedua kerajaan Crysozh. Suara lonceng peringatan keamanan terdengar nyaring bersautan. Para prajurit berge
"Matilah, Kamu!" Lagi-lagi Roe berhasil membunuh pria berbaju hitam. Sang jenderal itu menggila, sekuat tenaga Roe berusaha menyelamatkan Myran. Sangat jauh dari harapan. Padahal, awalnya Myran berharap akan membantu Roe mengalahkan musuh-musuhnya. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Pangkal bahu Myran tersayat pedang. Pangeran itu nyaris terjatuh karena kejutan luka di bahu. Meski pegangan tangannya mulai bergetar, pangeran kedua tetap bersikeras untuk melanjutkan pertarungan. Ini untuk pertama kalinya Zeth menyaksikan Myran penuh semangat menantang kematian. Meski begitu, semangat saja tidak cukup untuk bertahan dari ganasnya pertempuran. Keahlian, kekuatan, dan kecepatan adalah segalanya. Itu adalah kecakapan yang harus dimiliki setiap prajurit layaknya sekor citah yang berlari, membunuh, dan makan dengan cepat. Karena itulah citah menjadi salah satu predator tercepat dan terkuat lagi disegani. "Ah!" Kali ini Myran mengerang karena salah satu sisi pahanya tersayat. Warn
"Alisya si bedebah!" Raja Nandri melemparkan cawan emas dari genggaman tangannya. Kabar mengenai penyerangan pulau Lionysozh datang terlambat. Pulau itu telah jatuh ke tangan kerajaan Kosmimazh. Bukan hanya raja, raut wajah semua orang dalam aula kerajaan berubah gelisah seketika. "Paduka Raja, tenangkan diri Anda!" ucap Ratu segera memeluk raja."Bagaimana aku bisa tenang? Jalang itu telah dua kali menggagalkan pernikahan aliansi! Sekarang ...." Tangan kanan raja meremas dada kirinya dengan erat."Bagaimana keadaan Myran?" tanya Rifian kepada pembawa pesan. "Maaf, Yang Mulai. Mengenai pangeran kedua, hamba tidak tahu pasti." Wajah pembawa pesan terlihat ragu-ragu."Adarian!" teriak raja dengan suara bergetar."Hamba di sini, Paduka Raja." Sang jenderal besar menghadap raja."Pimpin pasukan untuk kembali merebut pulau Lionysozh!""Siap, Paduka Raja!" Sang jenderal besar segera pergi ke luar aula kerajaan untuk menghimpun kekuatan. "Rifian, aku perintahkan kepadamu untuk menangkap
Alisya menghapus air mata yang terus mengalir meski tanpa diminta. Hidup tidak selamanya memberikan pilihan mudah. Ada kalanya sang putri tidak bisa terus berada di jalur abu-abu. Pada akhirnya putaran takdir akan mendorongnya untuk memilih hitam atau putih. Sebelum pergi, sang putri memotong rambut panjang Fayvel dan memasukkannya ke dalam sebuah tas seperti membungkus kenangan ma is sekaligus kelam. Di masa lalu, menyisir rambut panjang Fayvel adalah salah satu momentum paling romantis yang Alisya miliki. Meski begitu, sang putri berharap kematian Fayvel setidaknya bisa dijadikan tebusan untuk menyelamatkan nyawa Myran. Oleh karena itu, Alisya tidak mempunyai banyak waktu. Matahari sudah semakin memerah, hanya menunggu beberapa saat untuk benar-benar tenggelam ke peraduan. Dengan langkah seribu sang putri menuruni tangga menuju ke lantai dasar. Alisya beruntung karena suasana galeri sore itu sangat sepi. Tanpa ragu Alisya berjalan cepat menuju istal. Ada lima ekor kuda di dalam s
"Alisya jangan menangis! Ayo berpikir!" Seumur hidup, ini kali pertama Alisya melihat paus dari jarak dekat. Suara hempasan air dan teriakan paus bersautan seperti musik sebuah pesta. Yah, gerombolan paus itu memang benar-benar berpesta. Merka terlihat makan dengan lahap, sedangkan Alisya terjebak rasa lapar dan ketakutan. "Dayung!" Berusaha tenang, sejurus kemudian Alisya meraih dayung. Tangannya mendayung untuk bisa segera pergi dari lingkaran pesta para paus. Akan tetapi, lagi-lagi perahunya goncang karena sundulan paus. Moncong seekor paus menyembul tepat di sebelah Alisya, seolah sengaja mengucapkan selamat makan. "Hah!" Alisya mengelap wajah yang tersiram air laut. "Sedikit lagi!" Kedua tangan Alisya kembali meraih dayung hingga akhirnya berhasil keluar dari lingkaran penuh gelembung yang dibuat para paus untuk menjebak ikan-ikan kecil sebelum dimangsa. Sebuah strategi berburu yang unik. Bagaikan berhasil melewati jembatan maut, untuk sesaat Alisya tersenyum lega seraya me