Share

Bab 3. Uang Dari Mana?

Penulis: L.A. Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-30 14:51:27

‘Arka, Hana dan Kiano adalah anak yang baik, tapi nasib mereka yang tidak baik terlahir dari rahim seorang perempuan miskin sepertiku,’ batin Mira dengan mata berkaca-kaca.

Mira sudah tak kuasa menahan pilu yang seakan tak henti menerpa hidupnya. Ia menghentikan langkahnya, lalu berjongkok memeluk ketiga anaknya itu.

“Maafin Ibu yang belum bisa membahagiakan kalian.”

Hana dan Arka saling pandang.

“Ibu nggak salah, Arka sayang Ibu.”

“Hana juga sayang Ibu.”

“Eno uda tayang, mbu,” ucap Kiano tiba-tiba.

Mendengar ucapan Kiano membuat Mira dan kedua anaknya itu seketika terkejut. Itu adalah kata yang pertama keluar dari mulut bocah kecil itu setelah sekian lama seolah enggan berbicara.

Meski awalnya hati terasa pilu, sikap sederhana dari Kiano benar-benar membuat mereka merasa bahagia dan seakan lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya.

Beberapa jam berlalu, saat Mira masih bekerja sebagai buruh cuci tiba-tiba Raka datang sambil berteriak memanggilnya.

“Mira, Mas ada kabar baik. Ayo kita pulang dulu!” ajak Raka yang wajahnya terlihat begitu sumringah.

Mira yang sedang menjemur pakaian pun terlihat kebingungan, beruntung saat itu ia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, sehingga bisa langsung pamit pulang setelah selesai menjemur.

Mira pun lantas membawa ketiga anaknya dengan tergesa-gesa. Hingga saat sampai di rumah, betapa terkejutnya mereka ketika melihat apa yang Raka tunjukan.

“Mas, apa ini?” tanya Mira seraya mengerutkan alis.

Arka dan Hana yang sudah paham dengan situasi tersebut pun tak kalah penasaran. Kedua bocah itu sampai tak berkedip menunggu jawaban sang ayah.

Sebuah amplop yang cukup tebal di atas meja itu sekilas saja sudah ketahuan jika isinya adalah u4ng. Hal yang sangat jarang sekali Mira dan keluarga kecilnya temui.

“U4ng apa ini, Mas? Apa yang sudah Mas lakukan?” Mira menjadi panik saat Raka terus tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya.

“Hayo, tebak. U4ng apa kira-kira?” Raka menggoda istrinya dengan tatapan genit.

Ketiga bocah kecil yang tidak mengerti apa-apa itu lantas hanya bisa memandangi kedua orang tuanya dengan wajah kebingungan.

“Arka pernah lihat orang pegang amplop seperti itu. Mereka bilang isinya u4ng. Apa amplop ayah juga isinya u4ng?” Mendadak mata Arka berbinar. “Apa sekarang kita jadi orang k4ya, Ayah?”

Raka tertawa geli melihat tingkah anaknya. Bagaimanapun anak pertamanya memang sering mengoceh ingin menjadi orang kaya.

“Meski banyak tapi u4ng ini tidak membuat kita menjadi kaya. Tapi, kalian boleh jajan sepuasnya di warung Mbak Yun!” ujar Raka dengan begitu bersemangat.

Hana dan Arka pun seketika saling pandang.

“Jajan?” ucap kedua bocah itu serentak. “Ye, akhirnya kita bisa jajan, ye!”

Arka dan Hana melompat-lompat kegirangan dan dengan lugunya Kiano malah meniru kedua kakaknya itu.

“Jan, ee, jan,” oceh Kiano yang membeo ucapan kakaknya.

Sontak keluarga kecil itu pun tertawa melihat tingkah menggemaskan dari si bungsu yang baru saja belajar berbicara itu.

“kalau begitu Arka ajak adik-adik jajan ya, masing-masing lima r!bu.” Mira mengusap lembut rambut Arka.

Lagi-lagi Arka dan Hana saling pandang.

“Lima r!bu? Banyak sekali, akhirnya kita bisa jajan, Hana,” teriak Arka sambil memeluk adiknya.

Arka pun lantas menuntun Hana dan Kiano untuk menuju warung yang jaraknya tidak terlalu jauh, hanya terhalang tiga rumah saja.

Perginya anak-anak memberi kesempatan bagi Mira dan Raka untuk berbicara lebih dekat tanpa harus merasa canggung.

Raka pun segera memeluk Mira.

“Jadi, u4ang dari mana itu, Mas?”

“Itu u4ng yang mas p!njam dari Pak Dodi, b4yarnya potong gaji.”

“Potong g4ji? B4yaran Mas saja hanya cukup untuk makan sehari, kenapa harus p!njam u4ng segala?” Mira tampak kesal pada suaminya itu. Ia segera melepaskan pelukan sang suami.

Raka semakin gemas melihat istrinya yang marah, dengan cepat menyambar pipi Mira, lalu mencubitnya.

“Nanti malam Mas berangkat keluar negeri. Meskipun cuma jadi kuli bangunan tapi g4jinya bisa buat memperbaiki kehidupan kita sekarang.” Raka kini mengusap lembut rambut Mira.

“Luar negri?” Mira terkejut, tanpa sadar langsung memeluk erat sang suami. “Tapi itu sangat jauh, Mas. Bagaimana denganku dan anak-anak?”

Raka menghela napas panjang. Bukan ia tak sayang anak istri, tetapi hanya itulah cara yang terpikirkan agar bisa membahagiakan keluarga kecilnya.

“Mas pengen Arka, Hana dan Kiano bisa jajan kayak anak-anak lain. Kalian bisa makan-makanan layak. Mas juga pengen sekali membelikan kamu make up, perhiasan dan baju biar kayak perempuan lain.”

Entah kenapa ucapan yang seharusnya memberikan rasa bahagia itu malah terasa menyesakkan dada. Meski Mira ingin selalu berada di dekat sang suami, tetapi ia juga tidak ingin egois dan memilih mengorbankan perasaannya agar kehidupan anak-anak kelak bisa jauh lebih baik.

“Mir, kamu nangis?” Raka memegangi kedua pipi Mira, lalu menatap lekat.

“Nggak, cuma kelilipan.”

“Jangan sedih, Mas usahakan pulang setahun sekali.”

Lagi-lagi ucapan Raka begitu menyesakkan. Satu tahun? Rasanya itu terlalu lama, tetapi mau bagaimana lagi semua demi anak-anak.

Di tengah perbincangan sekilas Raka mendengar tangisan Hana, yang dari kejauhan saja sudah begitu jelas. Pria itu pun buru-buru keluar rumah saking mencemaskan sang anak.

“Ada apa Hana?” Raka berjongkok di depan sang anak.

Hana terus menangis dan hanya menggelengkan kepala. Bocah itu seakan enggan berbicara dan malah terus melirik Raka.

“Kita nggak jadi jajan, Ayah,” jawab Raka yang matanya tampak berkaca-kaca.

“Loh, memangnya kenapa?” Raka mengerutkan alis.

“Arka dituduh mencuri, Mbak Yun nggak bolehin kita jajan di sana.” Arka mulai mengusap mata, tetapi masih berusaha menyembunyikan kesedihannya.

Raka hanya bisa menghela napas. Memang selama ini dirinya tak memiliki u4ng, tapi bukan berarti saat memiliki u4ng adalah hasil mencuri.

“Ya sudah, kita jajan ke warung lain saja. Tapi Arka kuat kan jalan jauh?”

Hana berhenti menangis, sedangkan Arka kini tampak tersenyum bahagia, bahkan bocah itu mengangguk dengan sangat bersemangat.

“Kalau begitu, let's go.” Raka langsung menggendong Kiano sambil berlari kecil, kemudian disusul oleh Hana dan Arka sambil tertawa-tawa.

Mira yang menyaksikan dari ambang pintu hanya bisa menahan sesak. Momen manis itu entah kapan akan mereka rasakan lagi.

Menjelang malam setelah berpamitan pada anak-anak, Raka pun diantar keluar oleh Mira. Sebelum pergi pria itu beberapa kali memeluk Mira dan anak-anak seperti tidak rela untuk pergi.

“Jaga anak-anak ya, Sayang. Mas pasti akan membahagiakan kalian.” Raka mengecup kening Mira dengan penuh kasih sayang.

Mira dan ketiga anaknya melambai mengiringi perginya sang kepala keluarga yang begitu dicintai.

Hingga saat pagi hari sesuatu yang tak terduga pun terjadi, rumah Mira didatangi polisi. Para warga yang penasaran tampak berkumpul, memantau dari kejauhan.

“Permisi, apa benar ini dengan rumah Pak Raka?” tanya salah satu polisi.

Mira yang baru saja membukakan pintu lantas mendadak berdebar tak karuan. Ia merasakan sebuah firasat buruk akan kedatangan polisi tersebut.

Bab terkait

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 4. Langit Seakan Runtuh

    “Benar, ada yang bisa saya bantu?” tanya Mira dengan perasaan tak karuan, bahkan meski polisi tersebut belum mengatakan apa pun dadanya malah sudah terasa begitu sesak.Polisi itu terdiam sejenak sesaat setelah melihat keberadaan tiga bocah kecil yang mengintip dari belakang tubuh ibunya.“Sebelumnya saya minta maaf karena akan menyampaikan kabar kurang baik,” ucap polisi tersebut yang matanya tak henti menatap ketiga anak Mira.Dari usia sang polisi jelas terlihat jika ia pun memiliki anak seumuran ketiga bocah dihadapannya. Pria itu sedikit merasa tidak tega untuk menyampaikan berita yang tentunya akan membuat keluarga kecil itu sangat terpukul.“Ja-jadi, ada apa ya, Pak?” Jantung Mira semakin berdebar tak karuan. Rasanya bahkan begitu sulit untuk bernapas saking dadanya terasa sesak.Polisi itu menghela napas panjang. Ia tampak berat untuk mengatakan kabar buruk tersebut.“Bapak Raka Riswandi telah mengalami kecelakaan. Mobil yang beliau tumpangi masuk ke jurang yang cukup dalam se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 5. Gagal Makan Ayam

    Mira memeluk Arka erat. Ia menaruh telunjuknya di tengah bibir sang anak, lalu berbisik, “Arka jangan bersuara. Nanti juga pergi.”Meski berusaha menenangkan Arka, tetapi tidak dipungkiri jika perasaannya sedang cemas kala itu. Si pengintip yang sempat menghilang kini kembali lagi.‘Kenapa dia datang lagi? Siapa dia? Apa maunya? Apa jebakan yang Mas Raka buat tidak membuatnya jera?’ Mira seketika terdiam, perlahan mulai sadar jika si pengintip tersebut datang karena tahu kalau suaminya telah tiada. Lagi-lagi air mata berlinang, baru sebentar Raka pergi tapi satu masalah sudah mulai muncul.‘Mas Raka, semoga aku bisa menghadapi semua ini,’ batin Mira sambil memeluk Arka erat.Beberapa kali sosok bayangan tersebut melintas di dekat celah yang sedikit lebih besar. Mira berdebar tak karuan, meski hanya mengintip, tetapi rasa takut itu begitu besar.Beruntung tak berselang lama suara ayam berkokok mengiringi perginya si pengintip tersebut.Arka susah terlelap di pelukan Mira. Keduanya ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 6. Fitnah

    “Lepas! Jika tidak, aku akan berteriak!” ancam Mira.“Kamu pikir aku takut? Lagipula mereka akan lebih membelaku daripada kamu.”Mata Mira berkaca-kaca, dirinya tak menyangka jika baru satu hari kepergian Raka tapi seorang pria malah datang dengan niat buruk padanya.“Ayolah, ikut aku! Tenang saja, aku akan membayar semuanya. Atau kalau mau, aku bisa menjadikanmu istri kedua, semua kebutuhanmu dan anak-anak akan kutanggung.”Mira menggeleng kepala pelan. Bulir bening itu kian bercucuran membasahi wajahnya.“Lepaskan!” balas Mira yang sama sekali tak menghiraukan tawaran pria hidung belang itu.Ia tak habis pikir, bisa-bisanya suami dari wanita yang begitu baik padanya ternyata memiliki sifat yang seolah berbalikan dengan istrinya.Pria itu bernama Damar, suami dari Dian, orang yang sering sekali membantu Mira. Ibu tiga anak itu merasa tidak tega jika sampai ia berteriak dan membuat Dian tahu kelakuan Damar. Juga satu sisi Mira tak ingin kalau dirinya sampai ternodai oleh pria yang bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 7. Istana yang Paling Indah

    Mira segera menggendong Kiano, lalu menuntun Hana. Bergegas meninggalkan para warga yang tak hentinya menatap sinis.“Lihatlah, mentang-mentang cantik dia pikir bisa merebut suami orang seenaknya.”“Untung langsung ketahuan. Kalau tidak bisa kena suami kita.”“Benar, dia itu kan miskin. Hanya dengan menjadi simpanan baru bisa merasakan hidup enak.”Mira berjalan dengan langkah pelan, kakinya terasa begitu lemas. Kali ini ia menghampiri warga yang sebelumnya membawa Arka. Tampaknya hanya pria itu yang masih sedikit waras dan memiliki bekas kasih mau mengantar Arka yang terluka ke klinik terdekat.“Ke mana Anda membawa Arka?” tanya Mira, tersenyum namun tatapannya kosong.“Di klinik Medika.”“Terima kasih,” balas Mira sambil berlalu pergi.Langkah Mira diiringi tatapan sinis para warga. Kebencian itu begitu jelas terlihat. Hati yang sudah terlanjur hancur berkeping-keping itu seolah sudah tak memiliki rasa untuk sekedar marah atas ketidakadilan. Hanya air mata yang tak henti menetes yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 8. Kandang Kambing

    Kini ibu dan tiga anak itu berjalan, menuju ke gerbang desa. Tatapan para warga desa membuat Hana dan Arka terus memegang ibunya dengan erat, saking takut melihat sorot mata yang seakan menggapai mereka adalah seorang penjahat. “Bu?” Arka menarik ujung pakaian Mira. “Tidak usah dilihat! Ada ibu di sini. Lihat ibu saja.” Mira menatap anaknya sambil berusaha tersenyum meski luka menyelimuti. Arka mengangguk tanda mengerti. Ia dan adiknya terus menempel pada sang ibu demi mencari rasa aman. “Lihatlah, baru sehari menjanda sudah menggoda suami orang.” “Wajar saja, sepertinya dia sudah tidak tahan ingin merasakan hidup enak.” “Siapa yang tidak tergoda untuk mendapatkan kekayaan instan. Hanya dengan menjadi istri kedua semua akan terasa lebih mudah.” Sindiran dan umpatan tak henti mengiringi langkah Mira dan ketiga anaknya. Orang-orang itu seakan tak memikirkan perasaan dan mental tiga bocah kecil dan hanya mementingkan emosi saja. “Bu, kenapa orang-orang itu marah-marah terus? Kena

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 9. Bu, Dingin Sekali!

    “Ibu nggak sayang Hana! Padahal Hana cuma mau pilih kamar,” ungkap Hana sambil menangis diiringi dengan suara derasnya hujan.Hati Mira terasa semakin miris. Bukan ia tidak sayang pada Hana, hanya saja saat itu bukan waktu yang tepat untuk memilih kamar.“Hana, di sini dingin. Kita harus tidur bersama agar lebih hangat. Ibu nggak mau Hana sakit. Ibu sayang Hana.” Mira memeluk Hana dengan begitu erat.Hana yang semula menangis perlahan berhenti, lalu membalas pelukan ibunya dengan penuh cinta. “Maafin, Hana, Bu.” Hana berkata lirih.“Iyaa, sekarang ayo dekorasi dulu kamar kita. Hana boleh mempercantik ruangan yang paling depan itu.” Hana menunjuk ke arah salah satu bekas kandang yang berada di paling depan.“Ibu, Arka juga mau bantu!” pinta Arka setengah berteriak.Mira tersenyum sambil mengangguk, tak menyangka jika sang anak begitu antusias meski tempat itu hanyalah sebuah bekas kandang kambing.Arka dan Hana bermain penuh canda tawa. Meski hanya sekedar memasang selendang untuk men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 10. Didewasakan oleh Keadaan

    Belum sempat Mira meraih botol pupuk, di saat bersamaan Arka terbangun karena terkejut dengan pergerakan ibunya.“Ibu mau ke mana?” tanya Arka sambil menggosok mata. Kepalanya masih pusing karena baru sebentar nyenyak malah dibuat terkejut.Mira terdiam sejenak, pikirannya mendadak semakin kacau dan bingung, tak tahu harus berbuat apa.“Ibu mau membetulkan selendang yang miring biar angin tidak terlalu banyak masuk ke kamar kita ini.”Arka terdiam sejenak.“Bu, tadi Arka mimpi jadi dokter,” ucap si sulung tiba-tiba.Mira kembali ke posisi semula, mengurungkan niat untuk mengambil botol pupuk karena tidak mungkin baginya melakukan hal seperti itu di saat anaknya terjaga.“Ah, iya. Bagus sekali.” Mira tersenyum gugup.“Padahal Arka ingin jadi tentara biar bisa menjaga ibu tapi malah mimpi jadi dokter.” Arka menghela napas. “Tapi tidak apa-apa, mau jadi apa saja yang pasti Arka ingin membahagiakan ibu, Arka mau buat rumah yang besar untuk ibu,” sambungnya sambil merentangkan tangan, memp

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 11. Hari yang Cerah Setelah Badai

    Seorang lelaki tua yang diperkirakan berumur tujuh puluh tahun itu berdiri sambil terus menatap Mira dan sesekali menoleh ke arah tiga anaknya. Wajah pria itu sedikit menyeramkan, mirip seorang yang pemarah.“Maaf, saya hanya sedang mencari ikan di sini,” sahut Mira yang segera beranjak. Ia menunduk, tak berani menatap wajah lelaki tua itu.“Apa kalian tinggal di kandang kambing bekas di sebelah sana?” Lelaki tua itu menunjuk ke arah tempat Mira dan tiga anaknya bermalam.Mira menelan saliva, mendadak jantungnya berdebar tak karuan. Ia merasa cemas, khawatir jika dirinya dan anak-anak malah di usir.“Be-benar.” Mira mulai panik.“Memang siapa yang mengizinkan kalian tinggal di sana?” Lelaki tua itu bertanya dengan nada ketus.“Ma-maaf, kami tidak punya rumah. Hanya ingin menumpang sementara saja.”Pria tua itu terdiam sejenak. Namun, bukannya menjawab, ia malah berlari ke arah Kiano. Tentu saja hal tersebut membuat Mira terkejut dan buru-buru mengikuti dari belakang.“Tolong jangan sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14

Bab terbaru

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Ekstra Part 2

    Agus secara tiba-tiba memberikan sebuah gunting dengan hiasan pita kepada Mira. Tentu saja hal tersebut membuat Mira dan Raka kebingungan.“Pak, apa maksudnya ini?” bisik Mira yang kala itu tampak kebingungan.“Ini milik kalian. Hadiah dariku atas kelahiran Syafa, juga ucapan selamat atas usaha kalian yang semakin sukses,” jelas Agus dengan santainya.“Tapi ini terlalu berlebihan, Pak.” Raka turut menjawab.“Hey, yang namanya hadiah ya suka-suka yang ngasih!” tegas Agus sambil menatap tajam, “apa jangan-jangan kalian nggak mau menerima hadiah dariku?”Raka terkejut mendengar ucapan Agus, tentu saja bukan itu yang dia maksud.“Bukan, Pak! Tapi ini–”“Semuanya, saya disini hanya mendampingi Mira dan Raka untuk melancarkan bisnis wisata ini. Mereka hanya punya uang, tapi tidak tahu alur untuk pengelolaan bisnis wisata,” jelas Agus dengan menggunakan pengeras suara.Bukan hanya para warga yang terus menghujat, Mira dan Raka saja sampai dibuat tak bisa berkata-kata mendengar ucapan Agus.“

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Ekstra Part 1

    Pagi itu, ketika Mira tengah memberi ASI anaknya yang baru lahir, mendadak suara bell rumah mengejutkannya.“Siapa yang datang pagi-pagi begini?” gumam Mira sambil perlahan berusaha bergeser agar anaknya tidak terbangun.Setelah berhasil lepas dari pelukan sang anak, Mira buru-buru keluar kamar, lalu membukakan pintu.“Surprise,” ucap Agus yang kala itu tengah bersama Raka dan ketiga anak mereka.Mira mengerutkan kening, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.“Surprise?” Mira mengerutkan kening sambil tersenyum bingung.Agus melirik Raka, meminta pria itu untuk menjelaskan semuanya pada Mira.“Ceritanya panjang, cuma Pak Agus minta kita buat kembali ke kampung, ada yang harus kita liat,” jelas Raka.“Memangnya apa?” Mira masih belum mengerti dengan apa yang sebenarnya Raka maksud.“Mas juga kurang tau–”“Sudahlah! Jangan banyak tanya! Kalian pergi hari ini juga, biar bisnis kalian asistenku yang urus.”Mira dan Raka saling pandang sambil berbicara dengan nada cukup tinggi, saking

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 113. Akhir Bahagia (Tamat)

    “Kita langsung ke dokter saja, ya! Mungkin ini efek kamu terlalu stres mikirin masalah tadi,” ungkap Raka seraya merangkul sang istri. Mira dengan tubuh lemas dan perut yang mualnya tak tertahankan lebih memilih duduk terlebih dahulu untuk meredakan rasa yang membuatnya tak nyaman tersebut. Anak-anak yang mengerti jika sang ibu sedang tak enak badan itu seketika meniru ayah mereka memijat-mijat pelan di bagian lengan dan kaki. “Mas, kalau udah enakan saja ya pergi ke kliniknya, perutku lagi nggak nyaman banget.” “Kalau begitu biar Mas panggilkan dokter ke rumah saja.” Raka segera menelpon dokter kenalannya. ART di rumah pun tak kalah perhatian. Ia langsung membawakan teh manis hangat ketika tahu Mira sedang tidak enak badan. “Bu, sebelumnya saya minta maaf kalau agak kurang sopan. Kalau boleh tahu kapan ibu terakhir haid?” tanya asisten rumah tangga tersebut. Mira mengerutkan alis dan sontak terkejut seketika. “I-itu, apa mungkin?” Mira tersenyum canggung. Raka yang sedang men

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 112. Manusia Nggak Tahu Diri

    Raka yang sedang berada tak jauh dari tempat Mira menerima panggilan telepon sontak terkejut saat mendengar sang istri setengah berteriak.“Ada apa? Kenapa sampai terkejut begitu?” Raka memegangi bahu Mira.“Ini Mas.” Mira menunjukan sebuah pesan pada Raka.Raka segera meraih ponsel Mira dan membaca isi pesan di dalamnya. Ia mengerutkan alis dan terdiam untuk beberapa saat.Kala itu Mira tampak sedang menahan air mata, tak menyangka dengan apa yang dibacanya.“Setelah sekian lama mencampakanmu sekarang mereka malah berusaha mempermalukanmu begini?” Raka tanpa sengaja meremas ponsel Mira saking merasa kesal.“Kupikir mereka sudah nggak menganggapku ada. Tapi ternyata di saat aku sudah sukses, malah mengatakan pada semua orang kalau aku menelantarkan mereka.”“Om dan bibimu sudah sangat keterlaluan. Biar aku bantu luruskan saja semuanya. Biar keluargamu itu pada tau.”“Percuma, mereka nggak bakalan mau dengar. Kalau begitu, Mas antar aku ke rumah sakit saja. Biar sekalian ketemu keluarg

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 111. Misi Selesai

    Kala itu warung Iyun barang dagangannya tak terlihat sepadat dulu. Hanya beberapa barang saja yang dipajang, itu pun tampak sudah berdebu seperti tak tersentuh.Beruntung cabut-cabutan yang Arka inginkan masih ada dan bahkan masih begitu banyak.“Bu, Arka mau semua boleh?” tanya Arka seraya menunjuk yang ia inginkan.Mendengar suara Arka, Iyun yang semula sedang terkantuk menunggui warung sampai dibuat terkejut.“Mi-mira?” gumam Iyun dengan mata membelalak, “mau ngapain kamu ke sini?” tanyanya seraya menatap sinis.Iyun sama sekali tak tahu jika Mira yang kini sudah di hadapannya berbeda dengan yang dulu.“Maaf, saya ke sini karena ada yang mau dibeli.”Iyun perlahan menatap pakaian Mira dan anak-anak yang kini terlihat bagus. Ia pun lebih memilih diam dan membiarkan Mira belanja di tempatnya.“Ibu Arka mau kue juga.”“Ambil saja.”Anak-anak tampaknya sengaja mengambil apa yang dulu tak bisa me

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 110. Penyesalan Para Warga Desa

    “Bukannya itu Mira? Apa aku nggak salah liat? Dia naik mobil mahal dan mewah begitu.”“Iya, anak-anaknya juga pake baju bagus. Mereka benar-benar jauh berbeda.”“Apa mungkin mereka pesugihan? Masa iya bisa kayak secepat itu?”“Loh, kamu nggak tahu? Mira itu kan sempat viral di media sosial.”Para warga desa yang menyaksikan kedatang Mira dan Raka tak hentinya berbisik. Mereka antara bingung, terkejut, juga tak menyangka dengan apa yang mereka lihat.Hanya saja, Mira kali ini berusaha untuk tak ambil pusing tentang ucapan para warga desa dan memilih fokus pada orang yang dituju saja.Kala itu di rumah Roni tampak istrinya yang sedang hamil besar terkejut melihat kedatang Mira dan Raka.“Mas Roninya ada, Mbak?” tanya Mira seraya tersenyum.Istri Roni pun heran karena ternyata Mira datang-datang malah mencari suaminya.“Maaf Mbak Mira, apa suami pernah pinjam uang? Atau melakukan kesalahan?” tanya wanita itu dengan wajah kebingungan.Mira tersenyum melihat tingkah istri Roni. Ia tahu bet

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 109. Sebuah Balasan

    Semua mata tertuju pada Raka dan Mira, sepasang suami istri yang begitu serasi, membuat mereka yang melihat menjadi kagum dan terpana.“Wah, sepertinya laki-laki itu memang suaminya. Mereka cocok sekali.”“Benar, tatapan keduanya saja keliatan saling mencintai.”“Yah, beberti Nunung saja yang iri dia nggak bisa dapetin laki-laki seganteng suami si Mbak itu.”Orang-orang yang menyaksikan sontak tertawa. Mereka menertawakan Nunung karena telah gegabah menuduh yang tidak-tidak.Merasa malu, Nunung pun segera pergi sambil menggerutu, sedangkan orang-orang yang berkerumun bergegas membubarkan diri.Mira dan Raka saling pandang, sejak tadi mereka terus menahan tawa.“Mas datang di saat yang tepat,” ungkap Mira.“Sebenarnya Mas sudah perhatikan dari tadi. Cuma nunggu waktu yang pas yang paling greget saja.” Raka terkekeh.Mira mencubit lengan sang suami, “jadi, apa seru melihatku dipermalukan?” “Enggak begitu sayang.” Raka terlihat panik.Mira malah tersenyum melihat tingkah sang suami.Di

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 108. Mira Pulang Kampung

    Hari itu setelah Mira menitipkan toko pada Nia dan Susi, ia pun segera bersiap mengemas barang-barang yang akan dibawanya.Kenangan pahit itu terus terngiang, dada Mira seringkali terasa sesak ketika teringat tentang dirinya dan anak-anak yang diusir dari desa dengan tidak terhormat.“Kenapa melamun terus? Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan?” tanya Raka seraya menggenggam tangan Mira.Mira menatap Raka lekat, rasanya ia ingin mencurahkan apa yang mengganjal di dalam hati. Namun, mendadak ia khawatir dengan respon sang suami nantinya.“Ada sesuatu yang terus mengganggu pikiranku,” ungkap Mira yang sedang berusaha terlihat tenang.“Apa? Katakan saja,” pinta Raka sambil mengusap lembut kepala Mira.Mira menghela napas panjang, lalu berucap, “Mas janji nggak bakalan marah kalau ceritain?”“Ya, Mas janji.” Raka terlihat semakin penasaran, tatapannya terlihat semakin tajam, bahkan tarikan napasnya terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya.Mira lagi-lagi menghela napas panjang, matanya tak b

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 107. Ternyata Salah Paham

    “Ah, iya. Kebetulan aku kenal Mira,” sahut Jojo malu-malu.“Jadi, kamu kenal Mbak Mira? Wah rasanya dunia sempit sekali, sekian lama aku cariin kamu sekarang malah ketemu di saat seperti ini.”Jojo hanya tersenyum, jantungnya berdebar tak karuan. Melihat wajah Rani membuatnya teringat akan luka lama.“Kenapa diam saja? Kamu malas ngobrol sama aku? Kamu tuh setelah tiba-tiba pergi tanpa ada kata putus sekarang malah kayak gini sama aku. Kamu kenapa sih sebenernya?” protes Rani sambil memanyunkan bibir.Jojo lagi-lagi hanya tersenyum dan tak mengatakan apa-apa.Mendapat respon yang kurang baik, Rani pun memilih untuk diam meski dalam hati terasa begitu kesal.Meski sedang saling diam mereka tetap memilih untuk membantu Mira meski masing-masing merasa tak nyaman dengan situasi tersebut.“Alhamdulillah, akhirnya bisa istirahat juga,” ungkap Mira seraya merentangkan tangan yang pegal.“Bisnismu bagus sekali. Aku salut dengan cara pemasaran kalian. Apa kalian nggak ada niat buat memperluas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status