Share

DIA LAGI?

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2023-10-31 15:35:22

2

“Dasar duda meresahkan!” Aku terus menggerutu sembari mengacak rambut dengan kesal. Walaupun sudah menganggap ucapan ayahnya Prisa hanya angin lalu, tetapi tak ayal pikiran ini terganggu.

Bagaimana kalau benar dia datang ke rumah, menemui ibu dan ayah, terus melamarku?

“Aarghhh ….” Lagi, aku mengacak rambut. Apa yang akan dipikirkan orang tuaku nantinya? Bagaimana kalau mereka mengira aku dihamili Om Pandu? Atau mereka menyangka aku dihamili Dimas, tapi Dimas tidak mau bertanggung jawab, terus yang nikahin malah ayahnya Prisa?

Idih, amit-amit. Masa iya aku harus nikah sama duda. Dudanya ayahnya Prisa lagi. Apa kata dunia? Helo, Alvina apa kamu sudah tidak laku lagi sampai harus nikah sama Om-om? Ingat, dia ayahnya Prisa. Pantasnya jadi ayahmu juga.

Tapi kan, dia masih ganteng. Walaupun sudah empat puluhan, dia masih gagah, masih tampan, kaya lagi. Rumah makannya saja memiliki cabang di seleuruh sudut kota. Sisi hatiku yang lain terus mempengarungi. Mungkin itu diriku yang versi berwarna merah dan bertanduk.

Sementara sisi diriku yang memakai jubah putih terus mengatakan jika ini tidak benar. Kamu punya Dimas, pacar yang sudah setahun ini mendampingimu. Dimas juga ganteng, romantis, masih muda lagi. Jauh ke mana-mana. Hanya satu kelemahan Dimas, ia belum bekerja.

Aku semakin mengacak rambut karena frustrasi. Bukan tanpa alasan jika aku dibuat pusing, karena sepertinya Om Pandu tidak main-main dengan ucapannya. Raut serius sangat kentara di wajahnya kemarin. Walaupun tetap mengucapkan dengan santai.

Ah, kenapa aku tidak menelepon Dimas saja? Kuadukan jika ada om-om yang mau melamarku. Siapa tahu dengan begitu Dimas bergerak cepat. Ia segera melamarku juga sama Ayah. Karena sebenarnya cita-citaku memang menikah muda.

Aku meraih ponsel di atas nakas, kemudian mulai mencari nama Dimas di list kontak. Menghubunginya dengan semangat. Namun, berkali-kali kucoba menghubungi nomor itu, selalu berakhir sama. Hanya dijawab operator.

Ke mana Dimas? Kenapa sejak kemarin nomornya tidak bisa dihubungi? Padahal ini masalah penting. Jangan sampai ia keduluan om duda itu menemui orang tuaku. Sayangnya, bahkan hingga berpuluh kali aku menghubunginya, nomor Dimas tak kunjung aktif. Anehnya lagi, saat kucari berbagai sosial media miliknya dengan akunku, aku tidak adapat menemukannya.

Apa ini artinya aku diblokir?

**

"Kita mau ke mana, sih?" tanyaku saat kami dalam perjalanan. Sore ini Prisa datang ke rumah saat aku masih dilanda kebingungan. Ia mengatakan ingin diantar ke suatu tempat. Dan aku tidak bisa menolaknya karena katanya ia harus mengerjakan sesuatu yang sangat penting.

"Nanti juga tahu!” Prisa menjawab singkat sambil terus menekuri ponselnya. Sesekali ia tersenyum menatap layar benda pipih itu, lalu tertawa lepas. Aku hanya mendengkus pelan lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela. Ternyata, sifat pecicilan Prisa itu menurun dari Om Pandu, papanya. Setidaknya itu yang kutangkap dari pertemuan pertamaku dengan Om Pandu kemarin.

Dulu, kukira papanya Prisa itu seumuran ayah, usia enam puluhan. Ternyata ia masih muda. Hanya terpaut dua puluh tahun dengan anaknya. Terlihat lebih muda karena ia suka olahraga. Terbukti di rumahnya ada ruangan khusus dengan berbagai alat kebugaran.

Prisa pernah bercerita orang tuanya menikah di usia muda. Saat emosi masih labil dan ego masing-masing masih tinggi, ditambah faktor ekonomi yang belum mapan. Mungkin karena itu mereka akhirnya bercerai saat Prisa masih sangat kecil, hingga akhirnya gadis itu hanya diasuh sang papa. 

Om Pandu hebat, bisa membesarkan anak seorang diri, sambil membangun usaha hingga mapan seperti sekarang. 

Tunggu! Kenapa aku jadi memikirkan Om Pandu? Jangan bilang kalau ... ih, apa sih, Alvina?Payah, katanya tidak mau, tapi terus saja dipikirin.

Aku menggeleng sambil mengibaskan tangan di depan wajah. 

"Kenapa, Al?" tanya Prisa tiba-tiba dengan jarak wajah sangat dekat. "Dari tadi senyum-senyum, geleng-geleng, kibas-kibas. Kamu sakit?" lanjut gadis itu seraya menempelkan punggung tangannya di keningku.

Aku menepisnya cepat. 

"Kayaknya aku mabuk laut, Pris," jawabku asal untuk menyembunyikan malu. 

"Mabuk laut?" Prisa keheranan. 

Aku mengangguk pasti. 

"Tapi, kita, kan ... di darat.” Ia menatap bingung. 

Aku mengulum senyum melihat raut wajahnya. 

"Aku tahu, kamu bukan mabuk laut," katanya lagi sambil menjentikkan jari. 

"Lalu?"

"Mabuk ... mabuk duda, haha ...." Tawa Prisa membahana, tetapi tak lama kemudian meringis saat kakinya kuinjak.

"Rasain!" omelku pelan. 

"Galak banget ibu tiri!" gerutunya. 

"Kamu bilang apa?" Aku mendelik. 

Prisa refleks menutup mulutnya sambil menggeleng. 

"Sudah, yuk, turun! Sudah sampai dari tadi!" ajaknya sambil membuka pintu taxi. Aku mengikutinya turun. Namun kemudian mengernyitkan kening saat menyadari kami berada di mana.

"Yaelah, jadi kita cuma mau makan doang? Kamu minta diantar hanya buat makan?" tanyaku setelah kami berada di depan sebuah rumah makan yang cukup ramai. Kuedarkan pandang mengamati sekeliling restoran yang terlihat sangat cantik dan elegan. Pasti pemiliknya memiliki selera tinggi.

"Di rumahku enggak ada makanan, Al. Aku lapar," jawab Prisa memelas. Aku kasihan melihatnya.

"Aku bisa masak buat kita, Pris." Aku membelai pundaknya. Tapi jika dipikir-pikir, buat apa kasihan? Walaupun tidak punya ibu, di rumahnya ada pembantu yang mengerjakan pekerjaan rumah.

"Memangnya kamu bisa masak?" Ia menatap sangsi.

"Bisa!"

"Masak apa?" 

"Mie instan."

Prisa memutar bola mata malas mendengar jawabanku. Lalu, menarikku memasuki bangunan yang ternyata di dalam terasa sangat luas. Di pintu, seorang pelayan menyambut kami dengan ramah. 

"Selamat datang, Mbak Prisa.”

Aku takjub, pasti Prisa sering datang ke sini sampai pelayan saja mengenalnya. 

Prisa mengajakku duduk di meja agak sudut dekat jendela. Lebih privacy katanya. Entahlah, dia mau apa, seperti mau pacaran saja. Padahal kami hanya mau makan, bukan?

Aku duduk dekat jendela dengan pandangan menyapu keluar. Sebuah taman kecil dengan air mancur dan bunga warna-warni di luar sana, memanjakan mata.

"Baru datang, Sayang?" Sekonyong-konyong suara seseorang terdengar dari belakang kami. Dan aku mengenali suara itu.

Aku dan Prisa menoleh bersamaan ke asal suara. Dan ….

Ya Tuhan, dia lagi? 

Aku sontak membalikkan badan kembali menghadap meja, membelakanginya. Karena di sana berdiri duda meresahkan yang katanya ingin meminta tanggung jawabku.

Dadaku mendadak berdebar sangat keras karena jantung di dalamnya terasa melompat-lompat. Kenapa, ya, hal ini selalu terjadi setiap kali aku bertemu Om Pandu? Padahal dia pakai baju sekarang. 

Kuketuk-ketuk ujung telunjuk di meja untuk membuang grogi yang tetiba menyerang. Kaki juga kuhentak pelan agar tidak kentara jika aku salah tingkah. Duh, Om Pandu kenapa harus ada di sini, sih? Apa dia menyusul kami? Mau apa?

Dipikir-pikir, kenapa aku segrogi ini? Seolah belum pernah mengenal laki-laki.

“Mau makan apa? Ada menu special buat calon nyonya bos di sini.”

Aku mengerjap sebelum melirik Prisa yang cengengesan geli. Pertanyaan Om Pandu barusan ….

"Menu di sini enak-enak, loh. Apalagi buat calon nyonya bos, spesial pokoknya,” lanjut Om Pandu lagi yang tidak aku mengerti. 

Aku menatap Prisa dan Om Pandu yang tersenyum penuh arti melihatku kebingungan, mereka tertawa bersama. 

"Ini rumah makan papaku, Al. Nyantai aja. Kita bisa makan sepuasnya, menu spesial pakai cinta," goda Prisa lagi masih dengan cekikikan.

Aku mengerjap lagi. Tunggu! Ini rumah makan Om Pandu? Nyonya bos, menu special, pakai cinta? Apa maksudnya?

Aku meraih tangan Prisa, kemudian menariknya agar menghadapku.

“Pris, aku enggak ngerti. Apa maksudnya ini? Calon Nyonya bos. Menu special pakai cinta? Apa itu?”

Prisa mengibaskan tangan dengan jengah. “Yaelah, gitu aja masa eggak ngerti. Itu artinya sebentar lagi kamu jadi ibu sambungku, Alvina. Karena papaku besok mau melamar kamu.”

“Apa?”

Related chapters

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   TERNODA LAGI

    3Dua hari semenjak kejadian di rumah makan itu, aku tidak keluar rumah. Aku kesal dengan Prisa dan ayahnya. Saat itu aku sampai pingsan mendengar perkataan Prisa yang seolah mendukung ucapan ayahnya tempo hari. Apa mereka berdua sudah tidak waras? Bahkan mereka bermakar memutuskan sesuatu tanpa meminta persetujuanku dulu.Aku pingsan saking kaget dan tidak percaya dengan ucapan mereka. Dan sesaat sebelum kesadaran benar-benar hilang, entah nyata atau sekadar halusinasiku saja, aku melihat Dimas memasuki resto bersama seorang wanita.Aku meyakini jika itu hanya halusinasi saja. Namanya orang mau pingsan kan, pasti kerja organ tubuh sudah kacau. Aku yakin Dimas tidak seperti itu. Setahun kami berpacaran, ia pasangan yang setia, tidak banyak tingkah, sangat romantis dan kami juga sudah merencanakan hubungan ke jenjang lebih serius. Dia kekasih idaman setiap wanita.Selama dua hari aku tidak keluar rumah. Selama itu pula Prisa bolak-balik menjengukku. Takut terjadi sesuatu denganku katan

    Last Updated : 2023-10-31
  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   DIMAS

    4"Alvina!” teriak Prisa dengan suara nyaring saat kelas baru saja berakhir.Aku pura-pura tidak mendengarnya. Kuayun langkah dengan tergesa. Memang sengaja sejak pagi menghindarinya. Aku bahkan tidak mengaktifkan ponsel sejak ia dan ayahnya ke rumah. Aku kesal ia yang terus saja menjodoh-jodohkanku dengan ayahnya.Aku ini masih muda. Baru dua puluh satu tahun. Masa iya harus nikah sama duda. Ayahnya dia pula. Apa kata dunia? Memangnya di dunia ini tidak ada lagi bujangan hingga aku harus nikah sama duda ayah sahabatku sendiri?Idih, amit-amit, deh. Kalau Om Pandu sudah kebelet kawin, kan, bisanyari yang janda lagi.“Al ….” Ternyata walaupun sudah berusaha keras menghindarinya, ia dapat mengejarku. Aku lupa ia jago marathon. Apalagi kalau sedang kepepet dikejar satpam kampus karena parkir motor sembarangan."Temenin makan, yuk," ajaknya ringan seolah tidak menyadari aku sengaja menghindarinya."Aku mau pulang, tidak enak badan." Aku menepis tangannya. Juga terpaksa berbohong.“Ayolah,

    Last Updated : 2023-11-01
  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   LAMARAN

    5Di sini kami sekarang. Berlima duduk di ruang tamu dengan suasana canggung. Apakah ini yang dimaksud lamaran oleh Om Pandu? Entahlah. Yang pasti ia datang hanya berdua Prisa dengan pakaian sedikit formal dan membawa banyak parsel. Tanpa meminta persetujuanku, mereka tetap mengadakan acara lamaran ini.Aku terpaksa setuju karena ternyata benar kata Prisa, Dimas tidak kembali bahkan hingga hari menjelang sore. Nomornya yang sudah tidak aktif sejak lama, semakin tidak bisa dihubungi, padahal aku lihat dengan mata sendiri ia mengutak-atik ponselnya kemarin. Bahkan kudengar ada panggilan masuk. Itu artinya dia memakai nomor lain. Atau nomorku yang diblokir?Tidak habis pikir dengan Dimas. Apa salahku hingga ia memperlakukanku seperti ini? Aku merasa kami tidak ada masalah apa pun.Kemarin untunglah walaupun dengan marah, Prisa menungguku hingga aku yakin jika Dimas tidak akan kembali. Ternyata Prisa tidak benar-benar pergi. Ia dan Om Pandu menungguku di dalam mobil tak jauh dari tempatku

    Last Updated : 2023-11-01
  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   ALERGI DUDA

    6Sekarang, hanya kami berdua di sini, di ruang tamu ini. Aku dan Om Pandu. Entah kenapa Ayah, Ibu, dan Prisa pergi ke ruang makan tanpa mengajak kami.Sebenarnya, tadi aku berniat menyusul mereka, tetapi dengan galak Ibu menghardikku, menyuruh tetap tinggal menemani Om Pandu di sini. Ibu galak sekali seolah-olah aku ini anak tiri.Dari sini terdengar mereka makan sambil bercengkerama dengan hangat. Seolah-olah sengaja memanasiku. Aku sebal sama Ayah dan Ibu. Mereka jahat sekali. Tega. Anak mereka itu aku atau Prisa?Aku melipat tangan di dada dengan kesal. Aku tahu dari tadi Om Pandu memperhatikan, tetapi mencoba tidak peduli. Jarak duduk kami lumayan jauh. Aku tetap memasang tampang judes.Dari ekor mata aku bisa melihat Om Pandu berdiri, lalu berjalan mendekat, sepertinya ia mau menghampiriku. Cepat aku menahannya dengan mengangkat tangan."Stop, Om! Berhenti di situ. Jangan dekat-dekat!" hardikku galak.Om Pandu berhenti."Kenapa?" tanyanya dengan mengangkat sebelah alis."Aku ale

    Last Updated : 2023-11-15
  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   MELABRAK

    7Aku melotot memandangi layar ponsel pagi ini. Terlihat chat di aplikasi hijau masuk dari nomor Dimas. Akhirnya, setelah beberapa hari menunggu, ia menghubungiku juga. Niat hati ingin langsung menghubunginya. Namun, urung saat kubaca isi pesannya.[Al, mulai sekarang kita putus. Tidak perlu mencariku lagi!][Jangan tanya kenapa dan jangan salahkan aku! Kalau mau menyalahkan, salahkan laki-laki tua yang bersama Prisa kemarin.][Dia menghajarku, Al. Dia menyuruhku menjauhimu.][Kita putus, mulai sekarang tidak ada hubungan apa-apa di antara kita.]Dimas? Mengirim pesan ini? Setelah beberapa hari aku menunggunya untuk sekadar mengaktifkan nomor? Lalu, begitu aktif dia langsung bilang putus? Aku menatap nanar layar ponsel. Apakah hubungan yang terjalin setahun ini tidak ada artinya sama sekali baginya? Sehingga ia memutuskan hubungan sepihak tanpa bicara dulu denganku? Apakah aku tidak berharga di matanya? Hingga ia dengan mudahnya bilang putus, bahkan hanya lewat pesan WA?Apa salahku?

    Last Updated : 2023-11-17
  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   NASI GORENG

    8Pagi ini Om Pandu menjemputku untuk fitting baju pengantin. Ya, walaupun masih setengah hati, tetapi aku berusaha ikhlas menerimanya sebagai calon suami. Padahal jauh di lubuk hati terdalam berharap Dimas datang memintaku kepada ayah dan ibu, hingga pertunanganku dengan Om Duda itu batal.Tidak salah kan, aku berharap? Mengingat aku dan Dimas sudah menjalin hubungan satu tahun lebih. Aneh saja tiba-tiba harus menikah dengan orang lain. Orang yang baru kukenal. Duda pula. Ayahnya sahabatku lagi. Seolah aku sudah tidak laku terhadap perjaka.Tidak pernah terbayang harus menjadi ibu tiri dari sahabatku sendiri. Ah, semua sudah terlanjur. Ayah dan ibu sudah menerima lamaran Om Pandu. Dan aku tidak punya alasan kuat untuk menolak. Semua alasan mereka patahkan.Seperti kata ayah, pernikahan seperti membayar utang, harus disegerakan kalau semua sudah siap. Tidak ada alasan untuk ditunda, mengingat usia Om Pandu sudah matang, dan ekonominya sudah mapan. Walaupun hatiku belum mantap. Niatkan

    Last Updated : 2023-11-17
  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   PATAH HATI

    8Aku duduk di lantai, punggung bersandar di tepian ranjang. Kepala kubenamkan di antara kedua lutut yang kupeluk erat.Air mata terus berderai tanpa bisa ditahan. Sungguh tak percaya kalau Dimas selama ini tega mengkhianatiku. Terbayang bagaimana mesranya mereka tadi di mall. Andai aku tidak melihat dengan mata kepala sendiri, mungkin tidak akan percaya jika Dimas selama ini punya pacar lain selain diri ini.Pantas saja akhir-akhir ini semua terasa berbeda. Ia malah menudingku berselingkuh duluan dengan Om Pandu. Mana ada? Aku bahkan masih berharap ia datang membatalkan pertunanganku dengan Om Pandu. Aku yakin jika ia datang dengan serius, orang tuaku akan menerimanya.Nyatanya, jangankan datang memintaku dengan serius pada ayah, aku malah mendapati kenyataan jika aku bukan satu-satunya wanitanya.Aku semakin memejam hingga air mata terus bercucuran. Walaupun sudah bertunangan dengan Om Pandu, tetapi mendapati jika dia yang ada di hati ini ternyata sudah mendua entah sejak kapan, tet

    Last Updated : 2023-11-18
  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   MARAH

    Karena kemarin tidak jadi fitting dan belanja perhiasan untuk mas kawin, disebabkan moodku yang anjlok, akhirnya hari ini kami berangkat. Aku mengekori Prisa menuju mobil Om Pandu, setelah pamit dengan ayah dan ibu. Saat Prisa sudah masuk ke pintu belakang dan aku mengikutinya, dia mendorong tubuhku keluar."Ngapain ke sini?" hardiknya galak. "Aku mau duduk sendiri!""Terus, aku di mana?" tanyaku sedih."Masih nanya di mana. Ya, di depan sana. Biar calon suamimu nggak ada yang ngambil!" hardiknya lagi sambil menarik pintu mobil dari dalam dan menutupnya keras.Kok galakan dia, sih? Yang ibu tiri di sini aku. Aku mengentakkan kaki kemudian beralih membuka pintu depan dan duduk di samping Om Pandu yang sudah duduk manis."Mobil tidak akan jalan, sebelum semua penumpangnya tersenyum," sindir Om Pandu dengan tatapan lurus ke depan.Aku dan Prisa saling lirik lewat spion. Namun, tak lama aku membuang muka ke luar jendela. Sebentar kemudian aku kaget, tiba-tiba Prisa memelukku dari belakang

    Last Updated : 2023-11-19

Latest chapter

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SALING MELENGKAPI

    190Hening. Ruangan luas itu menjadi sangat senyap. Wajah-wajah tegang menghiasi, sebelum akhirnya tawa Nakula membahana memenuhi seluruh ruangan.Pemuda itu tertawa terpingkal-pingkal hingga membuat tiga orang di ruangan itu saling melempar pandang. Tatapan heran tak bisa mereka sembunyikan.Ketiganya menunggu hingga sang pemuda mengabiskan sisa tawanya seorang diri. Entah apa yang lucu.“Aku serius, Mas. Aku ini sudah tua.” Dinda tidak sabar. Mungkin Nakula tidak percaya ucapannya hingga tertawa seperti itu. Gadis itu membuka tas, lalu mencari sesuatu di sana. Tangannya terulur memegangi sebuah kartu. Namun, saat ingin menyodorkan kartu itu, tangan Nakula menahannya.“Kamu simpan saja, bukankah kita harus segera menyiapkan berkas untuk ke KUA?” ujarnya saat melihat Dinda menyodorkan kartu identitasnya.“Maksudnya?” Kening Dinda berkerut dalam.Kembali Nakula menghabiskan sisa tawa yang tidak habis-habis.“Aku mengaku sudah tua, tapi belum setua Bundaku, kan?” tanya pemuda itu lagi d

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   KERAGUAN & KESERIUSAN

    189Dinda menatap nanar pemuda yang menggeret koper bajunya dengan bersemangat. Sebelah tangan sang pemuda menggeret koper, sedangkan tangan yang lain menggandeng tangannya.Sang pemuda memelankan langkah saat merasa gadis yang ia gandeng langkahnya pelan hingga agak tertinggal.“Mau aku antar ke mana?” tanya sang pemuda seraya menyunggingkan senyum. Senyum yang ia harap bisa meyakinkan gadis itu jika keputusannya untuk tinggal tidak akan disesalinya.Sang gadis tidak menjawab. Jujur hatinya masih ragu. Apa keputusannya membatalkan kepergian sudah benar atau tidak?Apa benar pemuda yang sekarang menggandengnya tidak akan mengecewakannya lagi? Bagaimana jika di kemudian hari lagi-lagi ia kecewa?Selama ini terlalu banyak ia dikecewakan orang-orang sekitar higga sulit untuknya percaya lagi terhadap mereka yang berjanji.Pemuda yang tidak lain Nakula menarik napas panjang dan mengembusnya kuat. Ia sangat mengerti kondisi Dinda saat ini. Ia pun termasuk laki-laki yang berkali-kali mengece

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SEMUA SAMA

    188“Apa yang kau lakukan? Lepasss…!” Dinda mendesis seraya mencoba melepaskan tangan yang mencekalnya. Ia ingin berteriak, tetapi tak ingin mengundang perhatian karena sadar tengah berada di mana.“Lita, kamu mau ke mana? Kau pikir bisa jauh-jauh dariku?” Lelaki itu menarik kupluk hoodie Dinda hingga terbuka dan menyisakan rambut sang gadis yang berantakan.“Kita dekat bertahun-tahun, kamu tidak akan akan bisa mengelabuiku hanya dengan pakaian seperti ini.”“Ya, kita dekat bertahun-tahun. Dan kau menghancurkan hidupku hanya dalam sekedip mata.”“Bukankah Abang sudah meminta maaf? Sungguh Abang tidak tahu jika ibu tirimu sudah menghasut Abang. Lita, Abang menyesali semuanya. Andai Abang tahu itu hanya hasutan, tentu Abang tidak akan melakukan ini.”“Seharusnya Abang mencari tahu dulu kebenaran sebuah berita sebelum mengambil keputusan besar. Jangan menerima mentah-mentah berita begitu saja.”“Abang menyesal Lita. Demi Tuhan Abang sangat menyesal. Kamu tahu seberapa besar cinta Abang s

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   ANDAI MASIH ADA KESEMPATAN

    187Nakula maju. Ia sudah memutuskan tak ingin mengalah lagi. Sudah cukup selama ini selalu membiarkan saudara kembarnya mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mengorbankan perasaannya. Kini tak akan ia membiarkan sang saudara menyalahkan dirinya, apalagi untuk sesuatu yang tidak dilakukannya.Karena terburu-buru dan tidak fokus, ia menabrak Inggit yang sepertinya ingin naik tangga. Bodohnya dirinya yang lupa jika di rumah itu ada penghuni baru, langsung mengulurkan tangan untuk membantu orang yang ia tabrak bangun. Semua ia lakukan karena rasa bersalahnya yang kurang hati-hati.Siapa sangka di saat ingin membantu Inggit berdiri itu Sadewa yang tengah bucin-bucinnya terhadapa istrinya itu datang. Salah faham pun tak bisa dihindarkan. Sadewa mengira jika saudara kembarnya ingin menggoda istrinya. Terlebih melihat kondisi pakaian sang istri yang tersibak.“Apa yang kamu lakukan pada istriku, N

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   PANTASKAH MENYESAL?

    186 Nakula setengah berlari menuju tangga penghubung lantai dua dan lantai bawah. Sebenarnya kamar orang tuanya ada di lantai bawah, hanya saja ia ingat harus mengambil sesuatu di kamarnya dulu sebelum pergi. “Dinda meminta disampaikan maaf yang sebesar-besarnya. Maaf katanya tidak jujur sejak awal jika ia wanita bersuami.” Kalimat sang ayah selepas pemutaran video itu terus berputar-putar di kepala Nakula. “Sama sekali tidak ada maksud menipumu, Naku. Ia memang pernah menikah, tapi hari itu juga menjadi janda. Dan kemarin, pengadilan agama mensahkan statusnya itu setelah sebelumnya proses perceraiannya dipersulit. Mantan suaminya ingin rujuk, melakukan berbagai cara agar gugatan cerai Dinda tidak dikabulkan. Syukurlah nasib baik masih berpihak padanya.” Sang ayah menjeda penjelasannya. “Kemarin Dinda akhirnya menerima akta cerai, karenanya hari ini langsung terbang.” “Terbang?” Nakula terperanjat. “Ke-mana?” Pandu menarik napas panjang. Tatapannya sendu. “Dinda memutuskan meng

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SATU KENYATAAN

    185 “Lihat dulu ini sampai selesai, lalu silakan berkomentar.” Pria usia enam puluhan menyalakan laptop, lalu menyerahkan benda itu ke hadapan laki-laki muda yang duduk di tepi ranjang. Sang pemuda membuang muka. Ini alasan kenapa ia malas pulang. Bertemu ayah dan saudara kembar yang sudah mengecewakannya. Sang pemuda ingin bangkit, tetapi sebuah tangan menahan pergelangan tangannya. Ia pun memejam sebelum meloneh pemilik tangan yang masih terasa hangat itu. “Bunda sebaiknya istirahat saja, ya. Badannya juga masih anget. Biar cepat sembuh. Aku pamit dulu,” ucapnya lembut seraya menggenggam tangan sang sang ibu yang mencekal pergelangannya. Wanita berwajah pucat yang memakai baju tebal dan duduk bersandar ke kepala ranjang menggeleng. Tatapan nanarnya sudah diliputi embun tebal. Terlihat sangat berat melepas putranya pergi. “Naku Sayang, percayalah tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya sendiri.” Nakula menarik napas yang begitu berat, ingin rasanya menyangkal ucapa

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   AKU BUKAN KAMU

    184 Nakula berbaring di kamar minimalisnya. Tatapannya lurus menyapu langit-langit kamar yang menampilan bayangan bagaimana pertemuan awalnya dengan Dinda. Bagaimana ia kesal terhadap gadis itu hingga akhirnya tergila-gila. Sayang seribu kali sayang jika semua yang terjadi antara dirinya dan Dinda yang ia anggap tulus, hanya fatamorgana. Hubungan mereka yang begitu manis ternyata hanya settingan semata. Settingan sang ayah dengan wanita bersuami itu. Sudah beberapa hari tinggal lagi di galeri, Nakula tidak pernah lagi melihat Dinda. Entah dimutasi lagi atau memang tidak menampakkan diri lagi di depannya, yang pasti ia sudah tidak pernah melihat sosoknya. Baguslah jika dimutasi, itu artinya ia bisa segera melupakan rasa sakitnya. Nakula bangkit, lalu beranjak menuju meja kecil yang biasa ia gunakan untuk makan. Sekotak makanan yang ia beli via jasa antar online sudah tersedia di sana. Dibukanya dengan malas kotak makanan itu. Sungguh, ia sebenarnya tak berselera makan. Jika tak mem

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   MASIH MARAH?

    183 Hari ini Nakula kembali ke galeri. Kondisinya jauh lebih baik setelah tiga hari menginap di rumah sang kakak. Meski suami istri Prisa dan Nino tidak mau memberitahu di mana Nadira saat ini, setidaknya di sana Nakula punya teman bicara, si imut Nindy selalu membuat harinya terasa menyenangkan. Terlebih saat minta diantar ke taman bermain dan outbond kecil-kecilan di dalam kota. Keceriaan gadis SMA itu, juga dirinya yang ikut mencoba berbagai wahana membuatnya bisa berteriak kencang melepaskan ganjalan di dada. Seolah sedang mencari pelampiasan, Nakula terus mengajak Nindy naik wahana yang lebih menantang agar ia bisa berteriak lebih keras. Seperti orang gila Nakula saat itu. Tapi ia benar-benar bisa melepaskan beban yang sudah bersemayam di dadanya. Satu yang ia sesali. Kenapa malam itu ia harus pergi ke club dan mabuk, hingga berujung Nadira yang diungsikan entah ke mana oleh kedua orang tuanya. Kenapa ia tidak pergi ke tempat seperti taman bermain saja, agar bisa meluapkan gan

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   INI SALAHKU

    182Nakula mengerjap berkali-kali hingga matanya dapat terbuka. Rasa pusing di kepalanya masih sangat menyiksa, tetapi ia terus berusaha membuka matanya. Berbaring dalam waktu lama membuat tubuhnya pegal-pegal.Perlahan, walau samar, matanya dapat menangkap sesuatu di depannya. Hingga akhirnya wajah imut seorang gadis yang tengah tersenyum tersaji di depan matanya.“Sudah bangun, Om?” tanya gadis imut seraya menghampiri dan duduk di tepi ranjang. Sepertinya ia sudah lama menunggu Nakula bangun.Nakula menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk membuang rasa pusing. Lalu mencoba bangkit dari berbaringnya. Gadis imut membantunya duduk.Sang pemuda mengedarkan pandangan setelah kepalanya tidak begitu pusing. Cahaya terang dari jendela yang terbuka, membuatnya yakin jika ini siang hari.“Ini di rumah kami, Om.” Seolah mengerti dengan pikiran Nakula, gadis mungil menjelaskan.“Semalam Mami sama Papi bawa Om ke sini. Katanya Om sedang kurang enak badan. Aku sih, nggak tahu karena udah bobok

DMCA.com Protection Status