Part sebelumnya
"AKu mau kita putus!"
***
Mata Vino membulat tak percaya, ia segera menarik tangan Arra memasuki ruangan gadis itu. "Putus? apa maksudmu?" seru nya sambil menatap tajam gadis di depannya.
"Lepaskan tanganmu dulu" seru Arra berusaha bersikap tenang meski dalam hati ia sudah merasa was-was. Ia sangat jelas peringatan dari Reza jauh-jauh hari, jika lelaki berada dalam keadaan marah. Maka akan banyak kemungkinan terburuk yang terjadi.
"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau memberitahuku apa masalahnya sehingga kau meminta putus dari ku!" seru Vino masih menatap Arra dengan tajam dan tidak melepas cengkraman di tangan gadis itu.
'Dan tidak merasa bersalah?'
"Kau masih bertanya tanpa tau apa yang sudah kau perbuat pada ku Vino?" seru Arra menepis cengkraman tangan Vino yang cukup kuat.
"Apa? Jelaskan padaku apa salahku Arra, aku sama-sekali tidak tahu mengapa kau tiba-tiba mau memutuskan ku dengan tidak ada alasan. Apa kau sudah punya laki-laki lain?" seru Vino membentak Arra
"Lepaskan!" seru Arra sambil mendorong Vino hingga bahu lelaki itu menabrak ding-ding di belakangnya "Kau masih bersikap seolah tidak terjadi apa-apa,lalu apa kau berpikir bahwa aku tidak melihat apa yang kau lakukan bersama dengan Karin tadi pagi? Kau mengira aku tidak mendengar bahwa kalian berdua hanya ingin memanfaatkan ku?" seru Arra dengan nada tidak kalah tajam dari Vino. Emosinya sudah tak lagi bisa ia tahan.
Arra segera keluar dari dalam ruangannya dan meninggalkan Vino yang terdiam mematung di dalam ruangan gadis itu. Vino mengepalkan tangannya dan meninju dinding yang berada di depannya. Ia mengaku salah.Tapi pagi itu ia sama-sekali tidak mengira bahwa Arra melihat nya , sungguh ia sama-sekali tidak bermaksud. Hanya saja, tadi malam saat ia bertugas bersama dengan Karin. Gadis itu berusaha menggodanya untuk melakukan hal 'itu' dengannya.
Vino sama-sekali tidak sadar bahwa Karin memberinya minuman yang berisi obat penguat gairah. Vino merasa gairahnya tidak tertahan lagi dan bersamaan dengan itu Karin malah datang dengan baju minim nya seolah sengaja memancing nya. Alhasil mereka pun melakukannya sampai pagi menjelang.
Sementara Karin yang melihat Arra berlari dari ruangannya dengan air mata yang mengalir di wajah nya membuat nya terkekeh senang. Ia memang harus mengakui bahwa ia merasa iri dengan gadis itu, selain genius, Arra juga berpacaran dengan Vino yang dikenal begitu romantis pada nya. Sebenarnya semenjak mereka mulai bersahabat, ia hanya memanfaatkan Arra sebagai alat nya saja karena Arra memang genius.Bbodoh nya gadis itu mau mempercayai nya dan membantunya.
Dan rasa iri nya semakin menjadi-jadi karena Vino, dokter yang menjadi senior mereka itu malah tertarik dan mengejar Arra. Mereka memang sudah berpacaran cukup lama, dan harus Karin akui bahwa Vino adalah tipikal lelaki yang setia. Oleh sebab itu, saat Karin melihat adanya kesempatan tadi malam. Ia sengaja menaruh obat pada lelaki itu dan menggodanya.Ia paham betul Vino tidak bisa menahan gairah nya terlebih saat melihatnya dengan pakaian minim nya.
Karin langsung memasuki ruangan Arra dan melihat bahwa Vino sedang terjatuh terduduk di lantai dengan kepala yang ia lipat bersama dengan kedua kakinya. Karin mendekati lelaki itu, "Vino? Kau tidak apa-apa?" seru Karin ikut berjongkok di depan lelaki itu. Namun reaksi Vino malah membuat nya terkejut. Lelaki itu mendorongnya hingga ia terjatuh di depanNya. Tatapan mata Vino juga sepertinya dipenuhi oleh amarah
"Pergilah sialan, ini semua karena kau jalang!" seru Vino sambil mendorong bahu Karin membuat gadis itu terjungkal ke belakang.
Karin menatap Vino dengan emosi "Kau yang buta Vino, kau bahkan bisa tergoda oleh jalang seperti Arra? Sadarlah Vino, orang tua mu tidak akan merestui hubunganmu dengan yatim piatu itu. Kau bisa merusak citra keluarga mu!" seru Karin balas berteriak
"Terserah pada mu jalang!" seru Vino bangkit berdiri dan hendak menuju ke arah pintu keluar. Ia benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus ia perbuat sekarang. Arra pasti tidak akan mau menatap nya lagi namun suara Karin tiba-tiba terdengar dan menghentikan langkah nya "Aku memiliki video kita tadi pagi Vino, jika kau berniat untuk tidak bertanggung jawab dan masih mengejar gadis itu maka aku akan membocorkannya dan itu jelas akan mempengaruhi mu karena sebentar lagi kau mau naik jabatan!" seru Karin sambil tersenyum miring menatap punggung Vino yang berhenti di ambang pintu.
"Terserah mu jalang, ,mereka jelas akan tahu bahwa kau juga menikmati acara itu!"seru Vino membuat Karin mengepalkan tangannya lalu menghentakkan kaki nya merasa kesal. Ia menatap punggung Vino yang sepenuhnya sudah menghilang di balik pintu dan tidak peduli dengan ancamannya tadi "Aku benar-benar akan membunuh jalang itu, Vino. Kau yang memintaku untuk melakukan ini padanya, maka kau yang akan menyesali ini!" seru Karin sambil ikut keluar dari dalam ruangan Arra.
Mereka bahkan tidak sadar ada sosok lelaki yang memperhatikan mereka sejak tadi. Lelaki itu tidak lama berada di sana, karena ia langsung menghilang.
***
Arra terduduk lemas di taman rumah sakit, ia kembali menolak panggilan masuk dari Vino yang terus berusaha untuk menghubunginya. Arra akhirnya memilih untuk mematikan ponselnya dan menatap pasien yang berjalan-jalan di taman. Rasanya sakit sekali, Arra memang besar tanpa kasih dan cinta dari orang tua sehingga karena kehadiran Vino membuat Arra sangat berharap pada lelaki itu. Namun ia sama-sekali tidak mengira bahwa Vino akan menghianati nya dengan sahabatnya sendiri.
Arra tertawa saat melihat beberapa anak-anak yang sedang berlarian dan saling mengejar di taman. Namun sekarang air mata Arra benar-benar tidak bisa ia tahan. Dengan perlahan bulir air mata nya kembali mengalir sambil menatap anak-anak yang sedang tertawa lepas saling berbagi canda tawa. Mereka adalah penyandang tumor otak, dan hidup mereka juga tidak akan bertahan lama lagi. Cepat atau lambat, mereka pasti akan segera berlalu juga. Lalu Arra melihat orang tua mereka dari kejauhan sambil mengawasi mereka, hati Arra semakin sakit ketika melihat bahwa meskipun hidup mereka tidak lama lagi, tapi mereka masih punya orang tua dan setidaknya masih memiliki kasih sayang.
Ingatan Arra berputar saat ia masih seusia mereka, ia mengingat bahwa di umur 5 tahun. Arra harus bekerja menjadi pengamen untuk memenuhi makananya sehari-hari. Arra jelas mengingat bagimana ia terus-menerus sepanjang malam harus berpindah-pindah tempat tidur untuk menghindari petugas yang ingin menangkap mereka. Kehilangan orang tua di saat usia 5 tahun benar-benar membuat Arra sadar bagaimana kejam nya dunia pada mereka.
Air mata Arra semakin deras keluar saat memori dan kenangan pahit itu berputar di kepalanya bagaikan putaran film. Dan kini, ia juga harus merasakan sakit karena orang yang sudah ia anggap penting dalam hidup nya.
"Mungkin kau membutuhkannya?"
Arra mendongak,lalu manik Arra berhenti pada sorot wajah teduh yang menatapnya dengan senyum di wajahnya. Arra menerima sapu tangan yang diberikan Reza padanya, salah-satu dokter yang kerap terus datang pada saat yang tepat dan selalu melindunginya meskipun Arra tidak pernah memintanya.
Reza duduk di sebelah Arra sambil memperhatikan wajah gadis itu dan wajah yang sembab karena menangis. Menghela nafas nya, Reza mengambil alih sapu tangan yang berada di tangan gadis itu dan mengusap air mata gadis yang kembali terpaku di tempat nya itu.
"Kau tidak pantas untuk menangisi lelaki itu dokter Arra, dan dia sama-sekali tidak pantas bersamamu!" seru Reza sembari mengusap wajah Arra.
Arra sedikit terkejut ketika Reza lagi-lagi tau alasan ia menangis, meski sejak dulu lelaki itu sudah cukup sering melarang hubungannya dan Vino. Sejak pertama kali Arra memberitahu bahwa ia berpacaran dengan Vino.
"Kenapa?" seru Arra.
Bahkan hanya kata 'kenapa' lah satu-satunya kata yang keluar dari mulut Arra setelah mereka terdiam cukup lama dan menatap ke arah anak-anak yang masih terus berkejaran di depan mereka. Reza menaikkan satu alisnya,menunggu lanjutan dari perkataan Arra yang menurut nya cukup ambigu.
"Mengapa kau selalu hadir disaat waktu yang tepat meskipun aku tidak pernah memintamu untuk datang? Dan dari sekian banyak nya orang di rumah sakit, hanya kau seorang yang sejak dulu selalu tidak setuju dengan hubungan ku pada Vino?" seru Arra
Reza tersenyum lembut, ia menatap wajah Arra sendu. Seandainya Arra tau kebenaranya, maka ia tidak akan sesulit ini dalam menghadapi Arra. Mereka sudah bersama semenjak Arra masih 5 tahun dan terus berpindah tempat tinggal. Reza tau betul seluk-beluk kehidupan Arra, bagaimana sakitnya kehidupan yang gadis itu jalani hingga gadis itu berhasil pada puncak kehidupannya yang sekarang.
Dan memang karena ia harus menjaga Arra.
"apa kau benar-benar ingin tau Arra?" seru Reza tetap mempertahankan perhatiannya agar tidak menoleh dari taman yang lebih baik ia tatap daripada wajah sendu milik Arra yang membuatnya merasa sedih. Wajah yang ingin sekali ia usap, dan tubuh rapuh Arra yang saat ini sangat ingin ia peluk. Reza akhirnya menatap netra Arra, "Itu,karena aku me---!"
Brughh-- Reza tiba-tiba terjungkal dari duduk nya. Arra langsung berdiri lalu menatap Vino yang meninju Reza dengan tiba-tiba. Arra menatap Vino dengan tajam lalu segera membantu Reza untuk segera berdiri. Arra semakin merasa benci pada Vino ketika melihat sudut bibir Reza yang berdarah. "Apa yang kau lakukan hah?" teriak Arra membentak Vino membuat mereka bertiga menjadi pusat perhatian.
"K-kau bahkan tidak mendengar penjelasan ku Arra, tapi kau malah langsung menyimpulkannya sendiri dan kau sama-sekali tidak mengangkat panggilan dari ku. Aku kira kau butuh waktu untuk mendengar alasanku, tapi kau malah duduk dengan lelaki buaya ini. Aku sudah memberitahumu bahwa kau seharusnya menjauhi lelaki sialan ini, dia bukan manusia Arra!" seru Vino sambil menatap Arra
"Bukan manusia katamu? Apa kau tidak salah bicara Vino? Kau lah yang bukan manusia, aku kira aku bisa mempercayaimu sepanjang sisa hidup ku. Tapi kau malah menusukku dari belakang!" seru Arra sambil menampar wajah Vino dengan kuat.
Vino menatap Arra tidak percaya,lalu memegang wajah nya yang baru saja di tampar oleh Arra. "k-kau menampar ku Arra?" seru Vino dengan hati yang seketika merasa sakit. Baru kali ini ia di tampar dan itu adalah tamparan paling menyakitkan sepanjang hidupnya. Vino lalu menatap Reza yang tersenyum mengejek.
"Percaya pada ku Arra, kau bisa membenciku setelah ini,kau bahkan bisa menjauhi ku. Tapi kau harus percaya pada ku bahwa Reza itu bukan manusia. Aku melihat sendiri, Rezalah yang menghabiskan stok darah di dalam ruang penyimpanan, kumohon Arra kau harus percaya!" seru Vino tidak ingin mencari masalah dengan Reza.
"Bualanmu begitu bagus Vino, ada apa lagi? Kau mau mengatakan bahwa semua dokter di rumah sakit ini juga bukan manusia? Dengar baik-baik, kau lah yang bukan manusia dan aku menyesal pernah menyukaimu. Mulai saat ini, aku , kau dan Karin tidak punya hubungan apa-apa lagi dan jangan pernah untuk mencampuri urusan ku!" seru Arra menarik tangan Reza dan menjauhi taman.
Vino tidak berbohong, ia memang melihat bahwa Reza meminum semua darah di ruang penyimpanan dan bahkan tadi ia melihat mata Reza berubah warna. Vino rela jika Arra berakhir dengan membencinya, namun ia tidak bisa membiarkan gadis itu dengan Reza.
Karena ia yakin bahwa Reza bukannya manusia biasa.
[Another World]Shutt--- Lelaki itu menatap darah yang terciprat ke bajunya, lalu menatap lelaki yang tergeletak di depannya.Dengan mata sosok itu yang membulat,seolah tidak menerima takdir yang harus menghentikannya untuk bernafas. Dengan sekali gerakan, lelaki yang masih berdiri dengan gagah menjulang tinggi itu langsung menebas kepala di depannya. Membuat kepala dan tubuh itu terpisah dan jatuh menggelinding.Ia lalu mengedarkan pandangannya, semua penghianat yang ingin menghancurkan kerajaannya sudah terkapar di atas tanah. Dengan perlahan, ia mengangkat tangannya ke atas. Petir langsung menyambar dengan angin yang langsung berhembus kencang membuat para kaumnya yang masih bertahan itu langsung mencari perlindungan diri dengan segera. Hujan langsung datang, bersamaan dengan bunyi guntur yang langsung menyambut dan angin yang bertiup kencang. Sosok pemuda langsung berdiri di belakang lelaki itu sambil menundukkan badann
Jam sudah menunjuk pada pukul 20.15 dan hari sudah berganti malam, semua dokter yang bertugas untuk shift pagi dan siang sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Namun tidak dengan Arra, gadis berkacamata dan berambut panjang itu malah terlihat masih sibuk dengan semua dokumen dan berkas di depannya. Usai dengan drama nya mulai dari tadi pagi yang menguras banyak energinya. Arra tidak akan pernah sadar bahwa hari sudah menjelang larut sebelum bunyi pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya."Belum pulang?"Arra menggeleng lalu kembali sibuk dengan berkas di tangannya. Sementara seseorang yang tadi memasuki ruangan itu menghela nafas."Masih bersedih karena lelaki itu queen?" Seru Reza sambil mengambil duduk di kursi yang tersedia di depan gadis itu. Arra kembali mengalihkan perhatiannya lalu menatap Reza kesal, selain kedatangannya yang selalu tidak terduga, satu hal lagi yang membuat Arra merasa kesal karena Reza selalu memanggilnya 'queen'. "Iya, aku
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Di tengah perjalanan mereka, tidak ada yang membuka suara. Baik Arra maupun Ken sama-sama diam sambil fokus pada jalan di depan mereka. Tapi, Arra tiba-tiba ingin bertanya sesuatu. "Tunggu dulu Ken, aku ingin bertanya dari mana kau tau siapa aku dan juga nama ku? Kedengarannya sedikit aneh saja mengingat kita baru bertemu kedua kali ini!" ujar Arra yang berjalan di belakang punggung kokoh itu."Apa kau sepenasaran itu dengan ku Queen?" seru Ken mendadak berhenti membuat Arra yang tidak siap langsung menabrak punggung lelaki itu."Mengapa berhenti mendadak?" kesal Arra lalu meraba kepala nya yang sedikit sakit."Anda yang tidak memperhatikan langkah Queen!" ujar Ken membalikkan badannya lalu menatap wajah gadis di depannya yang cemberut, membuat sudut bibir Ken terangkat. "Mengapa tertawa? Ada yang lucu?" kesal Arra dengan nada sedikit membentakKen langsung mengubah raut wajah nya lalu membalikkan badannya,ia merutuki wajah nya yang tiba
Trang...BruakkSosok itu terlempar beberapa meter ke depan sementara serangan terus-menerus berdatangan. Dengan gerakan cepat, Reza berusaha untuk bangkit berdiri. Lalu mengucapkan mantra nya. Mata Reza langsung berubah merah, seperti nyala api yang berkobar. Lelaki itu mengarahkan tangannya pada bongkahan es yang menuju ke arahnya.shutt...Es itu langsung meleleh , Reza tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan gerakan membabi buta, ia langsung berteleportasi. Brakk, sosok Reza kembali terlempar jauh di atas tanah. Arra masih berdiri di tempat nya dengan konsentrasi penuh. Ia bisa melihat ke mana pergerakan Reza dengan mencium ke mana aura nya. Mata seputih salju Arra bersinar, ia mengangkat tangannya. Bunyi petir langsung terdengar bergemuruh, suara angin menyengat telinga. Arra menatap Reza yang hendak menyerangnya kembali, namun dengan senyum miring nya. Ia langsung mengarahkan petir-petir itu padanya.
Sampai nya di dalam ruangannya, ia segera menghempaskan dirinya ke atas sofa lalu membaringkan badannya. Rasanya cukup luar biasa, tatapan seputih salju itu benar-benar bisa membuatnya terpana saat pertama kali bertemu. Lalu, bisakah Ken menganggap ini adalah 'Love At First Sight?'. Ken menghela nafasnya, 'Apa benar yang dikatakan oleh bunda nya?' batinya.Ken kembali tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga kemungkinan hanya dia yang tau bahwa sekarang ia tengah tersenyum. Setelah untuk berapa tahun lamanya ia tidak pernah merasa begini. Ken kembali mengingat gadis itu, suara nya yang terdengar di ambang telinga nya membuat hati Ken berdegup kencang. "Siapa gadis itu?" Ucap Ken pelan sambil menerawang. Apa gadis itu adalah gadis yang selalu hadir dalam mimpinya? Tapi, Ken tidak bisa memastikan nya karena ia sama-sekali tidak bisa mengingat wajah gadis di dalam mimpinya.Ken segera berdiri saat sosok pria paruh baya mengetuk pintunya. "Masuk!" Uj
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra