Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.
Flashback:
Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.
Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari penyihir putih yang gugur saat itu.
Flashback End
"lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?" ujar Arra dengan nada frustasi yang ketara di nada suara nya. Arra tidak berpaling untuk sekedar melihat Reza dan beberapa pengawal yang berdiri di belakang nya. Rasanya kenyataan pahit yang selalu menimpa dirinya membuat Arra merasa bahwa 'apakah lebih baik ia tidak lahir?' Arra baru saja tiba didalam dunia aneh ini, tapi mengapa sudah ada saja korban karenanya? Sakit, Arra tidak bisa bekata apa-apa saat ini juga.
"Kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk sekarang Queen, yang bisa kita lakukan sekarang adalah melatih kekuatan mu!" ujar Reza
"Kapan? Darimana aku harus belajar?" seru Arra
"Kita bisa melatihnya jika anda sudah siap Queen!" seru Reza
"Aku mau sekarang!" seru Arra membalikkan badannya menghadap Reza yang menunduk. Arra sudah tidak lagi bisa berpikiran yang lain, hanya perintah dan saran dari Rezalah yang saat ini ia dengarkan.
"Baik yang mulia!" seru Reza
Arra dan Reza segera berlalu, mereka memasuki wilayah taman dari kastel itu. Sekarang Arra baru sadar bahwa kastel ini benar-benar luas dan aura sihir nya begitu terasa. "Sembari berjalan, bisakah kau menjelaskan tentang dunia ini Za?" ujar Arra yang berjalan di sebelah lelaki itu.
"Dunia ini bernama 'Cronika world', dimana tempat para makhluk yang dianggap mitos belakang hanya lah sebuah bualan. Di sebelah utara, di lokasi yang banyak hutan itu adalah tempat para makhluk Werewolf berada Queen!"
"Apa maksudmu manusia serigala? Aku masih belum percaya akan hal itu!" ujar Arra sambil menatap hutan lebat yang ditunjuk oleh Reza
"Anda bisa mengunjungi mereka kapan saja Queen, tapi saat ini mereka sedang di cap sebagai pemberontak karena ingin meruntuhkan penguasa dari dunia ini!" ujar Reza
"Penguasa? Apa maksud nya?"
"Sebelum ke bagian itu, aku akan menjelaskan lagi Queen. Lalu, di bagian hutan yang tidak terlalu lebat itu adalah area kekuasaan para vampire dan kaum demon. Lalu, di sebelah timur, adalah wilayah kekuasan dari kaum putri duyung, dan sebelah barat itu adalah kekuasaan dari bangsa iblis dan sekutunya. Lalu, semua kaum memiliki penguasa, sama seperti anda Queen. Mereka juga punya raja dan ratu yang memimpin kerajaan mereka. Namun, ada satu lagi. Dan itu adalah penguasa dari dunia ini, raja dari segala Raja kaum itu. Yang mulia Keano Alexander. Beliau adalah sekutu kita, sekutu penyihir putih. Yang mulia begitu kuat dan tidak pernah ada yang bisa mengalahkannya, kejam dan ada sebuah kutukan tentang nya!" ujar Reza
"Kutukan?"
"Beliau di kutuk untuk tidak pernah jatuh hati pada lawan jenis nya dan rumor itu seperti nya memang benar Queen. Karena sejauh informasi yang beredar, para pekerja di istana semuanya adalah laki-laki. Hanya beberapa wanita saja yang diperbolehkan untuk bekerja di sana. Namun, meskipun demikian beliau tetap menyayangi sang ibunda. Hana Alexander. Satu-satu nya wanita yang begitu mulia dan tidak tercela!"
"Lalu, apakah dia juga pemimpin kita?" seru Arra
"Bukan Queen, ada beberapa klan yang tidak berada di bawah kendali dari yang mulia. Dan salah satunya adalah klan penyihir putih, penyihir hitam dan klan iblis!"
"Mengapa bisa demikian?" Ujar Arra sedikit tertarik
"Karena kekuatan kita dan sang penguasa dunia ini hampir sama Queen. Alasan lainnya karena, klan kita tidak ikut dalam rumpun mereka. Klan kita adalah klan yang penuh dengan tipu muslihat, semacam sihir yang jelas saja tidak sebanding dengan kekuatan mereka!" ujar Reza
"Sekarang aku mengerti, lalu mengapa para penyihir hitam dan klan iblis itu menyerang kita? Bukankah kita adalah klan yang terpisah?" ujar Arra
Reza merasa tidak sanggup untuk memberitahukan kebenarannya. namun biar bagaimana pun. Lebih baik ia memberitahukan alasan yang sebenarnya. Reza menatap wajah Arra yang juga sedang menatapnya. Sejak pergantian kekuasaan itu, Reza memang harus mengakui bahwa Arra yang dulu bukanlah Arra yang sekarang. Wajah Arra sekarang benar-benar begitu putih dan semakin bersih nan tirus. Arra juga semakin tinggi dan rambut Arra yang begitu putih, seputih salju membuat nya langsung terlihat berbeda dari yang lainnya.
"Mereka ingin membunuhmu untuk membangkitkan dewa mereka!" ujar Reza sambil menatap salju dari arah sebelah utara yang turun
"Dewa mereka? Apa itu adalah dewa para klan iblis?"
"Anda benar sekali Queen, mereka ingin membangkitkan dewa mereka yang dulu dibantai oleh yang mulia Keano Alexander yang saat itu kedua orang tua Queen juga ikut bersama yang mulia untuk membantai mereka."
"Aku ingin bertemu sosok orang tua ku!" seru Arra sambil mengalihkan perhatiannya dari Reza. Arra lebih memilih untuk menatap air danau yang mereka lewati. Langkah Arra berhenti bersamaan dengan langkah Reza yang juga sudah berhenti. Mereka tiba di lapangan yang begitu luas.
"Aku juga tidak begitu tahu apakah orang tua anda masih hidup atau tidak, yang pastinya Queen harus melatih kekuatan anda terlebih dahulu untuk melawan mereka!"
"Baiklah, aku siap!" ujar Arra
"Pertama, anda harus bisa merasakan kekuatan yang mengalir di setiap darah dan nadi anda Queen. Anda bisa memejamkan mata dan berusaha untuk bersatu dengan alam bawah sadar anda!" seru Reza. Arra segera menutup kedua kelopak matanya, bersatu dengan hati, jiwa dan pikirannya. Arra bisa merasakan, aliran yang begitu kuat di dalam tubuhnya. Dengan perlahan, Arra menggerakkan tangannya lalu menengadah ke atas.
Arra merasa bahwa tubuh nya sedang penuh dengan air dan sangat dirngin. Dengan perlahan Arra menaikkan tangannya, lalu dengan perlahan mulai melepas air dalam tubuhnya.
Duar....
Arra langsung membuka matanya, ia terkejut. Hujan lebat tiba-tiba turun dari atas langit. Ia lalu menatap Reza yang berada di sebelah nya "Anda bisa menguasai elemen air Queen, sekarang anda harus berusaha untuk menghentikannya!" ujar Reza
Arra kembali menutup kedua sudut matanya, ia kembali untuk berkonsentrasi. Arra merasakan bahwa air yang mengalir itu mulai mereda. Arra membuka matanya lagi, hujan tadi sudah berhenti.
"Aku yakin anda bisa Queen, see? Anda sudah bisa menguasai elemen air. Tingkat pertama dari elemen mu. Tapi, anda harus berusaha untuk mengendalikannya lebih cepat dan tanpa menutup mata anda. Aku menyarankan agar anda memakai danau itu!"
Mereka berdua terus berlatih tanpa sadar ada sosok yang mengawasi mereka dan segera menghilang sebelum keberadaannya di sadari.
***
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Sampai nya di dalam ruangannya, ia segera menghempaskan dirinya ke atas sofa lalu membaringkan badannya. Rasanya cukup luar biasa, tatapan seputih salju itu benar-benar bisa membuatnya terpana saat pertama kali bertemu. Lalu, bisakah Ken menganggap ini adalah 'Love At First Sight?'. Ken menghela nafasnya, 'Apa benar yang dikatakan oleh bunda nya?' batinya.Ken kembali tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga kemungkinan hanya dia yang tau bahwa sekarang ia tengah tersenyum. Setelah untuk berapa tahun lamanya ia tidak pernah merasa begini. Ken kembali mengingat gadis itu, suara nya yang terdengar di ambang telinga nya membuat hati Ken berdegup kencang. "Siapa gadis itu?" Ucap Ken pelan sambil menerawang. Apa gadis itu adalah gadis yang selalu hadir dalam mimpinya? Tapi, Ken tidak bisa memastikan nya karena ia sama-sekali tidak bisa mengingat wajah gadis di dalam mimpinya.Ken segera berdiri saat sosok pria paruh baya mengetuk pintunya. "Masuk!" Uj
Trang...BruakkSosok itu terlempar beberapa meter ke depan sementara serangan terus-menerus berdatangan. Dengan gerakan cepat, Reza berusaha untuk bangkit berdiri. Lalu mengucapkan mantra nya. Mata Reza langsung berubah merah, seperti nyala api yang berkobar. Lelaki itu mengarahkan tangannya pada bongkahan es yang menuju ke arahnya.shutt...Es itu langsung meleleh , Reza tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan gerakan membabi buta, ia langsung berteleportasi. Brakk, sosok Reza kembali terlempar jauh di atas tanah. Arra masih berdiri di tempat nya dengan konsentrasi penuh. Ia bisa melihat ke mana pergerakan Reza dengan mencium ke mana aura nya. Mata seputih salju Arra bersinar, ia mengangkat tangannya. Bunyi petir langsung terdengar bergemuruh, suara angin menyengat telinga. Arra menatap Reza yang hendak menyerangnya kembali, namun dengan senyum miring nya. Ia langsung mengarahkan petir-petir itu padanya.
Di tengah perjalanan mereka, tidak ada yang membuka suara. Baik Arra maupun Ken sama-sama diam sambil fokus pada jalan di depan mereka. Tapi, Arra tiba-tiba ingin bertanya sesuatu. "Tunggu dulu Ken, aku ingin bertanya dari mana kau tau siapa aku dan juga nama ku? Kedengarannya sedikit aneh saja mengingat kita baru bertemu kedua kali ini!" ujar Arra yang berjalan di belakang punggung kokoh itu."Apa kau sepenasaran itu dengan ku Queen?" seru Ken mendadak berhenti membuat Arra yang tidak siap langsung menabrak punggung lelaki itu."Mengapa berhenti mendadak?" kesal Arra lalu meraba kepala nya yang sedikit sakit."Anda yang tidak memperhatikan langkah Queen!" ujar Ken membalikkan badannya lalu menatap wajah gadis di depannya yang cemberut, membuat sudut bibir Ken terangkat. "Mengapa tertawa? Ada yang lucu?" kesal Arra dengan nada sedikit membentakKen langsung mengubah raut wajah nya lalu membalikkan badannya,ia merutuki wajah nya yang tiba
Hush....hush..hushGadis itu bernafas dengan tersegal-segal, berhenti sebentar di tempat ia berdiri sekarang.Lalu menoleh ke arah belakang. Lebih tepatnya menoleh ke arah pemuda ‘gila’ yang terus mengejarnya sejak tadi. Matanya membulat begitu sadar bahwa lelaki yang mengejarnya itu berada tidak jauh dari nya. Padahal, tadi...pemuda itu masih jauh di belakangnya. Mengapa sekarang sudah...?Ia menghembuskan nafasnya, hendak berlari lagi. Namun ia rasa bahwa itu akan sia-sia saja dan berujung dengan lelaki itu yang malah semakin gencar untuk mengejar nya. Dengan rasa kesal, gadis itu membalikkan badannya lalu merapikan rambutnya.Menyeka keringat di dahi nya yang membuat kulitnya lengket dan bau.Ia menatap lelaki yang mengejarnya tadi sudah berada tepat di depannya dengan jarak hanya beberapa langkah di depannya. Menyebalkan,batin gadis itu."Sudah lelah untuk berlari nona Arabella?"Gadis bernama Arra itu membulatka
Part sebelumnya"AKu mau kita putus!"***Mata Vino membulat tak percaya, ia segera menarik tangan Arra memasuki ruangan gadis itu. "Putus? apa maksudmu?" seru nya sambil menatap tajam gadis di depannya."Lepaskan tanganmu dulu" seru Arra berusaha bersikap tenang meski dalam hati ia sudah merasa was-was. Ia sangat jelas peringatan dari Reza jauh-jauh hari, jika lelaki berada dalam keadaan marah. Maka akan banyak kemungkinan terburuk yang terjadi."Tidak, aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau memberitahuku apa masalahnya sehingga kau meminta putus dari ku!" seru Vino masih menatap Arra dengan tajam dan tidak melepas cengkraman di tangan gadis itu.'Dan tidak merasa bersalah?'"Kau masih bertanya tanpa tau apa yang sudah kau perbuat pada ku Vino?" seru Arra menepis cengkraman tangan Vino yang cukup kuat.
[Another World]Shutt--- Lelaki itu menatap darah yang terciprat ke bajunya, lalu menatap lelaki yang tergeletak di depannya.Dengan mata sosok itu yang membulat,seolah tidak menerima takdir yang harus menghentikannya untuk bernafas. Dengan sekali gerakan, lelaki yang masih berdiri dengan gagah menjulang tinggi itu langsung menebas kepala di depannya. Membuat kepala dan tubuh itu terpisah dan jatuh menggelinding.Ia lalu mengedarkan pandangannya, semua penghianat yang ingin menghancurkan kerajaannya sudah terkapar di atas tanah. Dengan perlahan, ia mengangkat tangannya ke atas. Petir langsung menyambar dengan angin yang langsung berhembus kencang membuat para kaumnya yang masih bertahan itu langsung mencari perlindungan diri dengan segera. Hujan langsung datang, bersamaan dengan bunyi guntur yang langsung menyambut dan angin yang bertiup kencang. Sosok pemuda langsung berdiri di belakang lelaki itu sambil menundukkan badann
Jam sudah menunjuk pada pukul 20.15 dan hari sudah berganti malam, semua dokter yang bertugas untuk shift pagi dan siang sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Namun tidak dengan Arra, gadis berkacamata dan berambut panjang itu malah terlihat masih sibuk dengan semua dokumen dan berkas di depannya. Usai dengan drama nya mulai dari tadi pagi yang menguras banyak energinya. Arra tidak akan pernah sadar bahwa hari sudah menjelang larut sebelum bunyi pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya."Belum pulang?"Arra menggeleng lalu kembali sibuk dengan berkas di tangannya. Sementara seseorang yang tadi memasuki ruangan itu menghela nafas."Masih bersedih karena lelaki itu queen?" Seru Reza sambil mengambil duduk di kursi yang tersedia di depan gadis itu. Arra kembali mengalihkan perhatiannya lalu menatap Reza kesal, selain kedatangannya yang selalu tidak terduga, satu hal lagi yang membuat Arra merasa kesal karena Reza selalu memanggilnya 'queen'. "Iya, aku
Di tengah perjalanan mereka, tidak ada yang membuka suara. Baik Arra maupun Ken sama-sama diam sambil fokus pada jalan di depan mereka. Tapi, Arra tiba-tiba ingin bertanya sesuatu. "Tunggu dulu Ken, aku ingin bertanya dari mana kau tau siapa aku dan juga nama ku? Kedengarannya sedikit aneh saja mengingat kita baru bertemu kedua kali ini!" ujar Arra yang berjalan di belakang punggung kokoh itu."Apa kau sepenasaran itu dengan ku Queen?" seru Ken mendadak berhenti membuat Arra yang tidak siap langsung menabrak punggung lelaki itu."Mengapa berhenti mendadak?" kesal Arra lalu meraba kepala nya yang sedikit sakit."Anda yang tidak memperhatikan langkah Queen!" ujar Ken membalikkan badannya lalu menatap wajah gadis di depannya yang cemberut, membuat sudut bibir Ken terangkat. "Mengapa tertawa? Ada yang lucu?" kesal Arra dengan nada sedikit membentakKen langsung mengubah raut wajah nya lalu membalikkan badannya,ia merutuki wajah nya yang tiba
Trang...BruakkSosok itu terlempar beberapa meter ke depan sementara serangan terus-menerus berdatangan. Dengan gerakan cepat, Reza berusaha untuk bangkit berdiri. Lalu mengucapkan mantra nya. Mata Reza langsung berubah merah, seperti nyala api yang berkobar. Lelaki itu mengarahkan tangannya pada bongkahan es yang menuju ke arahnya.shutt...Es itu langsung meleleh , Reza tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan gerakan membabi buta, ia langsung berteleportasi. Brakk, sosok Reza kembali terlempar jauh di atas tanah. Arra masih berdiri di tempat nya dengan konsentrasi penuh. Ia bisa melihat ke mana pergerakan Reza dengan mencium ke mana aura nya. Mata seputih salju Arra bersinar, ia mengangkat tangannya. Bunyi petir langsung terdengar bergemuruh, suara angin menyengat telinga. Arra menatap Reza yang hendak menyerangnya kembali, namun dengan senyum miring nya. Ia langsung mengarahkan petir-petir itu padanya.
Sampai nya di dalam ruangannya, ia segera menghempaskan dirinya ke atas sofa lalu membaringkan badannya. Rasanya cukup luar biasa, tatapan seputih salju itu benar-benar bisa membuatnya terpana saat pertama kali bertemu. Lalu, bisakah Ken menganggap ini adalah 'Love At First Sight?'. Ken menghela nafasnya, 'Apa benar yang dikatakan oleh bunda nya?' batinya.Ken kembali tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga kemungkinan hanya dia yang tau bahwa sekarang ia tengah tersenyum. Setelah untuk berapa tahun lamanya ia tidak pernah merasa begini. Ken kembali mengingat gadis itu, suara nya yang terdengar di ambang telinga nya membuat hati Ken berdegup kencang. "Siapa gadis itu?" Ucap Ken pelan sambil menerawang. Apa gadis itu adalah gadis yang selalu hadir dalam mimpinya? Tapi, Ken tidak bisa memastikan nya karena ia sama-sekali tidak bisa mengingat wajah gadis di dalam mimpinya.Ken segera berdiri saat sosok pria paruh baya mengetuk pintunya. "Masuk!" Uj
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra