Jam sudah menunjuk pada pukul 20.15 dan hari sudah berganti malam, semua dokter yang bertugas untuk shift pagi dan siang sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Namun tidak dengan Arra, gadis berkacamata dan berambut panjang itu malah terlihat masih sibuk dengan semua dokumen dan berkas di depannya. Usai dengan drama nya mulai dari tadi pagi yang menguras banyak energinya. Arra tidak akan pernah sadar bahwa hari sudah menjelang larut sebelum bunyi pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya.
"Belum pulang?"
Arra menggeleng lalu kembali sibuk dengan berkas di tangannya. Sementara seseorang yang tadi memasuki ruangan itu menghela nafas."Masih bersedih karena lelaki itu queen?" Seru Reza sambil mengambil duduk di kursi yang tersedia di depan gadis itu. Arra kembali mengalihkan perhatiannya lalu menatap Reza kesal, selain kedatangannya yang selalu tidak terduga, satu hal lagi yang membuat Arra merasa kesal karena Reza selalu memanggilnya 'queen'. "Iya, aku tau kau sedang kesal sekarang. Tapi bisakah kau tidak memasang tatapan mengerikan itu? Rasanya aku sedang terlibat dalam kasus narkoba saja." Ujar Reza sambil mengambil snack dari dalam tas nya dan meletakkannya di depan Arra, beserta dengan minuman kesukaan gadis itu.
"Aku sedang tidak lapar Za, kau bisa memakannya sendiri!" seru Arra namun sama-sekali tidak memalingkan wajah nya. Tangannya tetap sibuk dengan berkas-berkas di depannya, ia harus segera memberi laporan pada atasan mereka. Jadi, bagi Arra tidak ada waktu untuk merasa kecewa atau hanya untuk sekedar meratapi nasib nya. Bagi Arra, profesionalitas dalam bekerja adalah nomor satu di antara semua point lainnya.
"Ayolah, makan sedikit. Ayah akan marah jika kau tidak makan dalam keadaan patah hati begini!" ujar Reza sambil menyodorkan makanan yang sudah ia buka ke depan mulut Arra.
"Ck, jauhkan dari ku Za. Aku masih sibuk!" kesal Arra sambil menghindar dari roti yang tepat berada di depan mulutnya. Cukup lama roti itu terus berada di depan wajah nya membuat nya merasa kesal lalu menatap ke arah Reza yang tersenyum manis sambil memerintah untuk menggigit roti itu. Dengan perasaan kesal, Arra akhirnya melahap roti itu dan bersamaan dengan Reza yang sudah menjauhkan roti itu. Namun Arra kembali harus merasa kesal karena sedotan yang tepat menusuk-nusuk hidung nya, ia kembali menatap Reza yang memasang tampang wajah tak berdosa.
Arra kembali meminum minuman itu "Aku tau kau tidak bisa menolak !" kekeh Reza tidak peduli dengan tatapan kesal dari Arra. Bagi Reza, kesehatan dan keselamatan Arra selama masih berada di bumi adalah tanggung jawab nya. Reza kembali menatap wajah gadis itu yang sudah kembali fokus dengan berkas-berkas yang berada di tangan nya.
"Ulang tahun mu tinggal 2 hari lagi, bukan begitu queen?" seru Reza sambil menghitung jari nya
"hmmm!" seru Arra menjawab dengan deheman yang membuat Reza menghela nafas untuk yang kesekian kalinya dan itu tidak pernah luput dari tatapan Arra. 'Selesai' dokumen terakhir sudah Arra selesaikan lalu sekarang ia menatap Reza. "Aku menghitung kau sudah menghela nafas sebanyak 4 kali Za, ada yang salah dengan mu?" seru Arra sambil merapikan dokumen nya
"Tidak ada, hanya saja aku kepikiran kamu akan rindu dengan bumi ini!" ujar Reza membuat Arra menaikkan alis nya merasa ambigu dengan gumanan Reza yang terlihat sedang melamun dengan tangan yang berada di atas kepala. Persis seperti orang yang memiliki beban berat, kata yang lebih tepatnya adalah seperti pria yang ditinggal mati oleh sang kekasih.
"Hey? Kau melamun? Reza?" Seru Arra sambil mengguncang bahu Reza yang memang sepertinya melamun dan Arra tidak perlu memikirkan perkataan nya tadi. Karena Reza memang sering berkata hal-hal yang benar-benar tidak masuk akal dan berada di luar logika manusia.
"Sudah selesai? Aku antar pulang ya!" ujar Reza menatap Arra dengan tatapan dalam,tersirat akan rasa khawatir yang menyelimuti lelaki itu. "Tidak perlu Za, aku masih bisa membawa motor ku dengan selamat dan aku bisa meyakinkan mu jika aku tidak sedang patah hati!" ujar Arra menolak dengan halus.
"Tidak ada penolakan Arra, kau tidak bisa berbohong. Aku bisa menebak bahwa kau masih bersedih karena lelaki sialan itu!" ujar Reza "Lagian dari awal kan aku sudah bilang kalau dia itu bukan jodoh mu!" kesal Reza
"Ayolah, bisakah kita tidak usah membicarakannya sekarang? Kau lebih memahami ku sejak dulu Reza. Kita sudah saling mengenal semenjak kita masih kecil!" seru Arra mulai berjalan melangkah keluar dari dalam ruangannya bersama dengan Reza yang membawakan barang bawaan gadis itu.
Kau hanya tidak peka saja Arra! ujar Reza dalam hati
"Tidak peka? Apa maksudmu aku tidak peka? Aku rasa aku tidak pernah menyakiti perasaan orang lain!" ujar Arra setelah gadis itu selesai mengunci pintu ruangan nya lalu membalikkan badannya dan menatap Reza dengan alis terangkat.
Reaksi yang diberikan Arra membuat Reza seketika sadar, bahwa Arra berubah. "Peka? Aku tidak berkata apa-apa sejak tadi!" seru Reza berusaha memasang wajah dengan ekspresi meyakinkan.
"Apa kau yakin? lalu mengapa tadi aku merasa mendengar kau berkata bahwa 'aku tidak peka'? " Seru Arra yang bingung. Karena dengan jelas tadi ia mendengar bahwa Reza berkata hal itu.
"Aku diam sejak tadi dan tidak berkata apa-apa!" seru Reza berusaha mengelak
"Kau yakin? Apa aku sekarang bermasalah? Apa telingaku, oh bukan. Apa syaraf ku sedang bermasalah?" seru Arra mulai panik sambil meraba tubuh nya dengan ekspresi ketakutan.
"Hey,berhenti. Tenang dan lihat aku!" seru Reza dengan cepat memegang kedua bahu Arra lalu menatap gadis itu. "Kau sama-sekali tidak bermasalah dokter queen Arabella Switch, kau baik-baik saja. Mungkin karena kau hanya merasa lelah saja, kau mungkin sedang terbawa pikiran karena insiden tadi pagi!" ujar Reza berusaha meyakinkan Arra.
Arra kelihatan lebih rileks lalu menatap Reza, lalu menganggukkan kepala nya membuat Reza tersenyum lalu melepas tangannya dari bahu Arra. "Ayo jalan, dan aku yang akan mengantarmu kali ini!" seru Reza sambil menarik tangan Arra yang seperti nya masih mencerna kejadian tadi. Beruntung Arra kali ini tidak banyak bertanya dan setuju dengan tawarannya.
Arra sekarang sudah berjalan bersisian dengan Reza, setiap mereka melewati suster yang masih berlalu lalang dan beberapa pegawai shift malam, mereka selalu mendapati sapaan ramah dari mereka yang tentu saja dibalas dengan ramah oleh Arra dan Reza.
Sementara Reza masih bergelut dalam pikirannya, Arra sudah bisa mendengar isi pikirannya. Padahal seharusnya Arra harus menunggu setidaknya sampai umur nya yang ke-24 tahun atau sekitar 2 hari lagi baru lah Arra bisa merasakan hal itu. Reza tidak bisa berbohong bahwa aura Arra memang sudah mulai berubah. Bahkan dalam beberapa hari lalu, Reza merasakan bahwa ras iblis mulai mendekati area kos-an Arra. Beruntung ia terus berjaga saat itu, sehingga ia bisa dengan langsung membunuh ras iblis itu.
"Apa yang kau minta di hari ulang tahun mu yang 24 ini Arra?" seru Reza saat mereka sudah berjalan di lobby parkiran rumah sakit. Arra memasuki pintu saat Reza membukakan pintu mobil untuknya. Lalu beberapa menit setelah itu, Reza masuk dan memasang seat belt nya.
"Aku tidak tau Reza, sepertinya aku hanya ingin sebuah ketenangan saja. Beberapa malam ini aku selalu bermimpi buruk!" seru Arra sambil menghela nafas nya
"Mimpi buruk? Apa mimpimu?" seru Reza sambil mulai melajukan mobil nya dan melaju meninggalkan lobby rumah sakit.
"Sudah beberapa malam, aku selalu bermimpi ada lelaki aneh yang terus mengejar ku dalam mimpi ku. Tapi aku sama-sekali tidak ingat wajah nya saat aku sudah terbangun,namun yang paling aku ingat adalah lelaki itu juga memanggil-ku dengan sebutan 'queen', rasanya aneh sekali!" seru Arra sambil menghela nafas nya
Kali ini Reza diam, ia juga tidak tau siapa sosok lelaki itu dan sama-sekali tidak pernah tau.Karena tugas nya hanya lah untuk memastikan bahwa sebelum harinya tiba. Ia harus menjaga dan melindungi Arra dari serangan yang sudah mulai berdatangan dan ingin mengincarnya. Sebelum hari itu tiba,Reza benar-benar harus mengerahkan segala tenaga yang ia punya untuk memastikan bahwa Arra baik-baik saja.
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Sampai nya di dalam ruangannya, ia segera menghempaskan dirinya ke atas sofa lalu membaringkan badannya. Rasanya cukup luar biasa, tatapan seputih salju itu benar-benar bisa membuatnya terpana saat pertama kali bertemu. Lalu, bisakah Ken menganggap ini adalah 'Love At First Sight?'. Ken menghela nafasnya, 'Apa benar yang dikatakan oleh bunda nya?' batinya.Ken kembali tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga kemungkinan hanya dia yang tau bahwa sekarang ia tengah tersenyum. Setelah untuk berapa tahun lamanya ia tidak pernah merasa begini. Ken kembali mengingat gadis itu, suara nya yang terdengar di ambang telinga nya membuat hati Ken berdegup kencang. "Siapa gadis itu?" Ucap Ken pelan sambil menerawang. Apa gadis itu adalah gadis yang selalu hadir dalam mimpinya? Tapi, Ken tidak bisa memastikan nya karena ia sama-sekali tidak bisa mengingat wajah gadis di dalam mimpinya.Ken segera berdiri saat sosok pria paruh baya mengetuk pintunya. "Masuk!" Uj
Trang...BruakkSosok itu terlempar beberapa meter ke depan sementara serangan terus-menerus berdatangan. Dengan gerakan cepat, Reza berusaha untuk bangkit berdiri. Lalu mengucapkan mantra nya. Mata Reza langsung berubah merah, seperti nyala api yang berkobar. Lelaki itu mengarahkan tangannya pada bongkahan es yang menuju ke arahnya.shutt...Es itu langsung meleleh , Reza tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan gerakan membabi buta, ia langsung berteleportasi. Brakk, sosok Reza kembali terlempar jauh di atas tanah. Arra masih berdiri di tempat nya dengan konsentrasi penuh. Ia bisa melihat ke mana pergerakan Reza dengan mencium ke mana aura nya. Mata seputih salju Arra bersinar, ia mengangkat tangannya. Bunyi petir langsung terdengar bergemuruh, suara angin menyengat telinga. Arra menatap Reza yang hendak menyerangnya kembali, namun dengan senyum miring nya. Ia langsung mengarahkan petir-petir itu padanya.
Di tengah perjalanan mereka, tidak ada yang membuka suara. Baik Arra maupun Ken sama-sama diam sambil fokus pada jalan di depan mereka. Tapi, Arra tiba-tiba ingin bertanya sesuatu. "Tunggu dulu Ken, aku ingin bertanya dari mana kau tau siapa aku dan juga nama ku? Kedengarannya sedikit aneh saja mengingat kita baru bertemu kedua kali ini!" ujar Arra yang berjalan di belakang punggung kokoh itu."Apa kau sepenasaran itu dengan ku Queen?" seru Ken mendadak berhenti membuat Arra yang tidak siap langsung menabrak punggung lelaki itu."Mengapa berhenti mendadak?" kesal Arra lalu meraba kepala nya yang sedikit sakit."Anda yang tidak memperhatikan langkah Queen!" ujar Ken membalikkan badannya lalu menatap wajah gadis di depannya yang cemberut, membuat sudut bibir Ken terangkat. "Mengapa tertawa? Ada yang lucu?" kesal Arra dengan nada sedikit membentakKen langsung mengubah raut wajah nya lalu membalikkan badannya,ia merutuki wajah nya yang tiba
Trang...BruakkSosok itu terlempar beberapa meter ke depan sementara serangan terus-menerus berdatangan. Dengan gerakan cepat, Reza berusaha untuk bangkit berdiri. Lalu mengucapkan mantra nya. Mata Reza langsung berubah merah, seperti nyala api yang berkobar. Lelaki itu mengarahkan tangannya pada bongkahan es yang menuju ke arahnya.shutt...Es itu langsung meleleh , Reza tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan gerakan membabi buta, ia langsung berteleportasi. Brakk, sosok Reza kembali terlempar jauh di atas tanah. Arra masih berdiri di tempat nya dengan konsentrasi penuh. Ia bisa melihat ke mana pergerakan Reza dengan mencium ke mana aura nya. Mata seputih salju Arra bersinar, ia mengangkat tangannya. Bunyi petir langsung terdengar bergemuruh, suara angin menyengat telinga. Arra menatap Reza yang hendak menyerangnya kembali, namun dengan senyum miring nya. Ia langsung mengarahkan petir-petir itu padanya.
Sampai nya di dalam ruangannya, ia segera menghempaskan dirinya ke atas sofa lalu membaringkan badannya. Rasanya cukup luar biasa, tatapan seputih salju itu benar-benar bisa membuatnya terpana saat pertama kali bertemu. Lalu, bisakah Ken menganggap ini adalah 'Love At First Sight?'. Ken menghela nafasnya, 'Apa benar yang dikatakan oleh bunda nya?' batinya.Ken kembali tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga kemungkinan hanya dia yang tau bahwa sekarang ia tengah tersenyum. Setelah untuk berapa tahun lamanya ia tidak pernah merasa begini. Ken kembali mengingat gadis itu, suara nya yang terdengar di ambang telinga nya membuat hati Ken berdegup kencang. "Siapa gadis itu?" Ucap Ken pelan sambil menerawang. Apa gadis itu adalah gadis yang selalu hadir dalam mimpinya? Tapi, Ken tidak bisa memastikan nya karena ia sama-sekali tidak bisa mengingat wajah gadis di dalam mimpinya.Ken segera berdiri saat sosok pria paruh baya mengetuk pintunya. "Masuk!" Uj
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra