[Another World]
Shutt--- Lelaki itu menatap darah yang terciprat ke bajunya, lalu menatap lelaki yang tergeletak di depannya.Dengan mata sosok itu yang membulat,seolah tidak menerima takdir yang harus menghentikannya untuk bernafas. Dengan sekali gerakan, lelaki yang masih berdiri dengan gagah menjulang tinggi itu langsung menebas kepala di depannya. Membuat kepala dan tubuh itu terpisah dan jatuh menggelinding.
Ia lalu mengedarkan pandangannya, semua penghianat yang ingin menghancurkan kerajaannya sudah terkapar di atas tanah. Dengan perlahan, ia mengangkat tangannya ke atas. Petir langsung menyambar dengan angin yang langsung berhembus kencang membuat para kaumnya yang masih bertahan itu langsung mencari perlindungan diri dengan segera. Hujan langsung datang, bersamaan dengan bunyi guntur yang langsung menyambut dan angin yang bertiup kencang. Sosok pemuda langsung berdiri di belakang lelaki itu sambil menundukkan badannya "Maaf My Lord... tidak ada lagi yang tersisa, mereka semua sudah musnah!" serunya dengan suara yang tersirat akan rasa hormat bercampur takut.
"Kau sudah yakin?" serunya tetapi sama-sekali tidak membalikkan badannya
"Yakin My Lord!"
Lelaki itu menganggukkan kepalanya, lalu dengan perlahan mulai menurunkan lagi tangannya. Angin badai dan hujan serta petir yang tadinya terdengar saling bersahutan di atas awan sudah mulai mereda. Semua orang yang tadinya bersembunyi sudah mulai keluar dari tempat persembunyian mereka lalu saling menatap. Perang besar yang terjadi beberapa waktu yang lalu sudah kembali mereda.Tidak ada lagi suara yang terdengar memilukan dan bunyi pedang yang terdengar saling bersentuhan. Semua sudah kembali pada keadaan semula, meski kehancuran akibat perang sama-sekali tidak bisa terelakkan. Kaumnya yang masih selamat segera berkumpul dan langsung duduk dengan kepala yang tidak berani menatap ke arah lelaki itu.
"Hidup Yang mulia, hidup kerajaan Cronika!" Sorak mereka dengan semangat yang menggebu-gebu. Sementara lelaki yang berdiri itu tidak menampilkan raut wajah apapun. Meski mereka menang dalam peperangan kali ini, ia tidak bisa menutupi rasa kekecewaanya atas adanya klan yang ingin melengserkannya selaku pemimpin dari semua klan itu. Mereka bahkan dengan terang-terangan ingin menghancurkan kerajaannya.
"Segera kembali ke istana!" serunya segera menghilang dengan awan hitam yang bertiup saat lelaki itu menghilang. Lelaki yang tertunduk di belakang sosok agung tadi langsung menaikkan kepalanya dan menatap prajurit yang masih bertahan dalam peperangan.
"segera kembali dengan selamat, aku akan mengawasi kalian!" seru nya sambil bangkit berdiri dan mulai melangkah menuju jalan pulang ke kerajaan mereka
Semua warga langsung segera berjalan dengan rasa legah, karena tepat beberapa jam yang lalu. Mereka masih berada dalam situasi yang menegangkan. Suara jeritan akibat sayatan, darah yang harus keluar terhunus pedang dan kepala yang terpenggal. Mereka berjalan sambil membagi canda-tawa, berbagi keadaan mereka saat berada di medan pertempuran. Tidak ada yang bisa menghentikan perang itu, satu-satunya jalan hanyalah dengan memenangkkannya.
Pilihannya hanya dua, membunuh dan menang atau dibunuh sebagai pecundang.
***
"Mereka sudah tiba?"
"Sudah yang mulia, saya juga sudah memberitahu mereka bahwa siapa yang terluka agar segera datang ke tabib kerajaan dan siapa yang kehilangan suami agar segera melapor untuk mendapatkan subsidi bulanan!" seru Damian hormat. Lelaki setengah ras demon dan setengah ras Vampire sekaligus tangan kanan dari sang Raja dari segala raja kaum di dunia itu. Tidak ada seorang pun yang tau seperti apa kepribadian dari sosok Lord mereka, kecuali ia. Damian sudah lama mengabdi pada sosok di depannya, dan tak pernah terbersit niat untuk menghianati Lord nya. Karena Damian sadar, sekali ia melakukan hal itu. Maka kematian akan datang padanya detik itu juga.
"Kita sudah kehilangan tabib kerajaan, aku menemukannya tewas terbunuh dalam perang tadi!'' seru Sang raja sambil menghela nafasnya lelah. Setiap perang terjadi, mereka pasti akan kehilangan tabib lagi. Dan sejauh ini, mereka sudah kehilangan sebanyak 10 tabib dalam 4 kali peperangan.
"Tabib kerajaan masih mampu menangani prajurit dan warga yang terluka yang mulia!" seru Damian untuk menenangkan keresahan hati sang Raja.
Keano Alexander, raja dari segala raja di dunia mereka, pemimpin kaum dari masing-masing klan di dunia Cronika. Sebuah dunia tempat para kaum mitologi yang hanya dianggap sebagai mitos belakang saja. Mereka berada di dunia yang tidak pernah tersentuh oleh kaum manusia. Dalam dunia itu, semua klan memiliki pemimpin yang mereka pilih sendiri dan juga ada Raja dari para Raja klan itu. Lelaki yang menjadi pemegang gelar King of king itu adalah mereka yang mampu bersaing dengan raja dari klan lainnya.
Dan saat ini, gelar itu berada di tangan Keano Alexander. Sebenarnya jika Ken bisa memilih, ia lebih memilih untuk tidak menjadi Pemimpin dari semua Klan itu. Ia lebih senang untuk hidup sendiri bersama dengan orang yang ingin ia lindungi. Namun sama-seperti garis takdir yang tidak akan bisa diubah, seperti itu juga dengan Keano, ia tidak bisa menolak untuk tidak ikut dalam kompetisi itu beberapa tahun yang lalu. Jika ia tidak ikut, maka semua ras Demon akan hancur di tangan para musuh yang ingin menyerang mereka.
Ken adalah seorang Demon, kaum yang berbahaya namun juga sangat setia. Banyak klan lain yang ingin memusnahkan kaum mereka dulu. Karena ras Demon cenderung tidak ingin bergaul dengan klan lain, dan juga dengan kerajaan. Namun, Ken tidak bisa membiarkan klan nya musnah. Sehingga ia harus merelakan hobby berburunya demi melindungi klannya.
Banyak perang yang selalu mereka hadapi dari Klan yang jelas-jelas tidak setuju bahwa pemimpin dari mereka adalah seorang laki-laki yang di kutuk. Karena bukan rahasia lagi, kalau Keanoo adalah raja yang dikutuk oleh seorang penyihir hitam yang ia musnahkan dengan tangannya sendiri. Ken dikutuk untuk tidak pernah jatuh cinta pada lawan jenis nya hingga kapan pun. Dan kutukan itu benar-benar terjadi, sampai di usia nya yang sekarang. Keano sama-sekali tidak pernah tertarik dengan seorang gadis, malahan ia terlanjur membenci kaum perempuan.
Semua pegawai di kerajaannya adalah laki-laki, hanya beberapa perempuan saja yang ia perbolehkan untuk menjadi pegawai di kerajaannya. Karena bagi Keano, perempuan itu adalah makhluk yang sukar untuk di mengerti dan terlalu berbelat-belit dan banyak tipu muslihat. Di dunia mereka, hanya ada satu wanita yang tidak pernah ia benci, itu adalah ibunya sendiri.
"Satu lagi Yang mulia!" seru Damian membuat perhatian Ken teralih padanya
"Ada beberapa ras werewolf yang ternyata melarikan diri, apakah kita akan tetap mengejar mereka?"
"Tidak perlu, biarkan mereka bebas dan aku akan melihat apa yang akan mereka rencanakan dalam waktu dekat ini. Aku rasa mereka pasti sedang merencanakan acara balas dendam melihat aku membantai semua kaum dan kerajaan mereka!" ujar Ken tidak sabar akan acara balas dendam mereka.
"Siap yang mulia!"
"Dan pastikan bahwa prajurit dan sekutu kita tetap berada di pihak kita, berikan perintah bahwa siapa saja yang berniat untuk melawan ku mereka bisa datang sendiri tanpa harus melihatkan kaum mereka!" seru Ken bersamaan dengan kabut hitam yang datang pertanda bahwa ia sudah pergi dari ruangan itu dan menuju ke sel bawah tanah.
"Baik my lord!" Damian tetap menjawab meski ia sudah tau bahwa Lord nya itu sudah tak lagi berada di depannya. Damian terlalu ingat kebiasaan Lord nya itu yang seirng menghilang tanpa aba-aba.
Jam sudah menunjuk pada pukul 20.15 dan hari sudah berganti malam, semua dokter yang bertugas untuk shift pagi dan siang sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Namun tidak dengan Arra, gadis berkacamata dan berambut panjang itu malah terlihat masih sibuk dengan semua dokumen dan berkas di depannya. Usai dengan drama nya mulai dari tadi pagi yang menguras banyak energinya. Arra tidak akan pernah sadar bahwa hari sudah menjelang larut sebelum bunyi pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya."Belum pulang?"Arra menggeleng lalu kembali sibuk dengan berkas di tangannya. Sementara seseorang yang tadi memasuki ruangan itu menghela nafas."Masih bersedih karena lelaki itu queen?" Seru Reza sambil mengambil duduk di kursi yang tersedia di depan gadis itu. Arra kembali mengalihkan perhatiannya lalu menatap Reza kesal, selain kedatangannya yang selalu tidak terduga, satu hal lagi yang membuat Arra merasa kesal karena Reza selalu memanggilnya 'queen'. "Iya, aku
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Sampai nya di dalam ruangannya, ia segera menghempaskan dirinya ke atas sofa lalu membaringkan badannya. Rasanya cukup luar biasa, tatapan seputih salju itu benar-benar bisa membuatnya terpana saat pertama kali bertemu. Lalu, bisakah Ken menganggap ini adalah 'Love At First Sight?'. Ken menghela nafasnya, 'Apa benar yang dikatakan oleh bunda nya?' batinya.Ken kembali tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga kemungkinan hanya dia yang tau bahwa sekarang ia tengah tersenyum. Setelah untuk berapa tahun lamanya ia tidak pernah merasa begini. Ken kembali mengingat gadis itu, suara nya yang terdengar di ambang telinga nya membuat hati Ken berdegup kencang. "Siapa gadis itu?" Ucap Ken pelan sambil menerawang. Apa gadis itu adalah gadis yang selalu hadir dalam mimpinya? Tapi, Ken tidak bisa memastikan nya karena ia sama-sekali tidak bisa mengingat wajah gadis di dalam mimpinya.Ken segera berdiri saat sosok pria paruh baya mengetuk pintunya. "Masuk!" Uj
Di tengah perjalanan mereka, tidak ada yang membuka suara. Baik Arra maupun Ken sama-sama diam sambil fokus pada jalan di depan mereka. Tapi, Arra tiba-tiba ingin bertanya sesuatu. "Tunggu dulu Ken, aku ingin bertanya dari mana kau tau siapa aku dan juga nama ku? Kedengarannya sedikit aneh saja mengingat kita baru bertemu kedua kali ini!" ujar Arra yang berjalan di belakang punggung kokoh itu."Apa kau sepenasaran itu dengan ku Queen?" seru Ken mendadak berhenti membuat Arra yang tidak siap langsung menabrak punggung lelaki itu."Mengapa berhenti mendadak?" kesal Arra lalu meraba kepala nya yang sedikit sakit."Anda yang tidak memperhatikan langkah Queen!" ujar Ken membalikkan badannya lalu menatap wajah gadis di depannya yang cemberut, membuat sudut bibir Ken terangkat. "Mengapa tertawa? Ada yang lucu?" kesal Arra dengan nada sedikit membentakKen langsung mengubah raut wajah nya lalu membalikkan badannya,ia merutuki wajah nya yang tiba
Trang...BruakkSosok itu terlempar beberapa meter ke depan sementara serangan terus-menerus berdatangan. Dengan gerakan cepat, Reza berusaha untuk bangkit berdiri. Lalu mengucapkan mantra nya. Mata Reza langsung berubah merah, seperti nyala api yang berkobar. Lelaki itu mengarahkan tangannya pada bongkahan es yang menuju ke arahnya.shutt...Es itu langsung meleleh , Reza tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan gerakan membabi buta, ia langsung berteleportasi. Brakk, sosok Reza kembali terlempar jauh di atas tanah. Arra masih berdiri di tempat nya dengan konsentrasi penuh. Ia bisa melihat ke mana pergerakan Reza dengan mencium ke mana aura nya. Mata seputih salju Arra bersinar, ia mengangkat tangannya. Bunyi petir langsung terdengar bergemuruh, suara angin menyengat telinga. Arra menatap Reza yang hendak menyerangnya kembali, namun dengan senyum miring nya. Ia langsung mengarahkan petir-petir itu padanya.
Sampai nya di dalam ruangannya, ia segera menghempaskan dirinya ke atas sofa lalu membaringkan badannya. Rasanya cukup luar biasa, tatapan seputih salju itu benar-benar bisa membuatnya terpana saat pertama kali bertemu. Lalu, bisakah Ken menganggap ini adalah 'Love At First Sight?'. Ken menghela nafasnya, 'Apa benar yang dikatakan oleh bunda nya?' batinya.Ken kembali tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga kemungkinan hanya dia yang tau bahwa sekarang ia tengah tersenyum. Setelah untuk berapa tahun lamanya ia tidak pernah merasa begini. Ken kembali mengingat gadis itu, suara nya yang terdengar di ambang telinga nya membuat hati Ken berdegup kencang. "Siapa gadis itu?" Ucap Ken pelan sambil menerawang. Apa gadis itu adalah gadis yang selalu hadir dalam mimpinya? Tapi, Ken tidak bisa memastikan nya karena ia sama-sekali tidak bisa mengingat wajah gadis di dalam mimpinya.Ken segera berdiri saat sosok pria paruh baya mengetuk pintunya. "Masuk!" Uj
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra