Hush....hush..hush
Gadis itu bernafas dengan tersegal-segal, berhenti sebentar di tempat ia berdiri sekarang.Lalu menoleh ke arah belakang. Lebih tepatnya menoleh ke arah pemuda ‘gila’ yang terus mengejarnya sejak tadi. Matanya membulat begitu sadar bahwa lelaki yang mengejarnya itu berada tidak jauh dari nya. Padahal, tadi...pemuda itu masih jauh di belakangnya. Mengapa sekarang sudah...?
Ia menghembuskan nafasnya, hendak berlari lagi. Namun ia rasa bahwa itu akan sia-sia saja dan berujung dengan lelaki itu yang malah semakin gencar untuk mengejar nya. Dengan rasa kesal, gadis itu membalikkan badannya lalu merapikan rambutnya.Menyeka keringat di dahi nya yang membuat kulitnya lengket dan bau.Ia menatap lelaki yang mengejarnya tadi sudah berada tepat di depannya dengan jarak hanya beberapa langkah di depannya. Menyebalkan,batin gadis itu.
"Sudah lelah untuk berlari nona Arabella?"
Gadis bernama Arra itu membulatkan matanya, mengapa lelaki aneh itu tau namanya? Batin nya sambil menilai penampilan lelaki di depannya yang ia akui cukup kuno.Kalau ia tidak salah, pakaian yang sedang dikenakan lelaki itu adalah ciri khas dari baju kerajaan. Arra terkekeh dalam hati, apa jaman sekarang masih ada yang memakai pakaian kuno ini? Bahkan pangeran William saja tidak memakai baju seperti itu. Atau, apa lelaki ini sedang ada syuting film? Ahhh...Jika itu benar, Arra mau-mau saja jadi pemeran sampingan. Setidaknya ia punya upah jika harus berlari sekalipun.
"Apa setelah berlari, kau tak lagi bisa menjawab pertanyaan ku Arra?"
Arra merinding saat mendengar lelaki itu memanggil namanya. Terasa familiar dengan suara itu. Namun Arra berdecak sebal lalu melotot ke arah lelaki itu "Seharusnya aku yang bertanya pada mu orang gila-!"
"Ken, nama ku Keano Alexander!" potong lelaki di depannya yang semakin membuat Arra berdecak kesal. Bahkan lelaki itu seolah tidak membiarkannya mengumpat, benar-benar menyebalkan dan membuat Arra benar-benar ingin menyewa jasa santet online.
"Baiklah, Keano Alexander yang terhormat--"
"Tidak, kau hanya boleh memanggilku Ken saja. Dan jika kau mau, kau bisa memanggil ku sayang! Hahaha, itu kedengarannya lebih enak !" seru Ken lagi-lagi memotong ucapan Arra dengan kekehan yang malah membuat Arra sedikit terpesona namun ia langsung menggelengkan kepalanya dan kembali mengubah ekspresi wajah nya menjadi sangar. Bisa-bisa nya jiwa-jiwa jablay Arra keluar di dalam mimpinya?
Padahal kan, Arra itu bukan jablay di dunia nyata?
Arra kali ini tidak bisa lagi mengontrol emosi nya, ia menatap lelaki di depannya namun yang sialnya sangat tampan itu dengan sumpah serapah yang tertahan--"baiklah Ken! Aku hanya ingin bertanya, mengapa kau terus mengejarku?"
Ken menaikkan satu alis nya merasa ambigu dengan pertanyaan gadis di depannya ini "Apa kau merasa seperti itu?"
Arra mengeratkan kepalan tangannya pada kedua sisi celananya sambil menatap Ken dengan amarah yang sudah berada di ubun-ubun, "Baiklah, kau ternyata tidak mengejarku bukan? Kalau begitu aku pergi dulu!" seru Arra hendak melangkahkan kaki nya. Namun langkah Arra berhenti ketika lelaki itu menariknya dan memeluknya dari belakang. Aneh! Rasanya Arra tidak bisa melawan dan mengelak dari pelukan lelaki itu. Rasanya...pelukan lelaki itu sungguh membuatnya nyaman sekaligus merasa hangat di hatinya.
"Apa kau tidak merindukan ku Queen?"
Arra terkejut saat mendengar panggilan itu lagi-lagi yang ia dengar, Arra memejamkan matanya saat tiba-tiba merasa ada cahaya putih yang menyilaukan. Tidak lama hingga--
Kring....kring...kring
Suara Alarm yang begitu memekakan telinga akhirnya membuat gadis yang masih terlelap di ranjang itu membuka kedua sudut mata nya. Gadis itu duduk di ranjang minimalisnya sambil berusaha untuk mengumpulkan nyawanya. Setelah benar-benar sadar, gadis itu menatap ke seluruh ruangannya lalu menghela nafas. Ia lagi-lagi memimpikan hal yang sama selama satu minggu berturut-turut. Namun ketika ia bangun, ia tidak lagi mengingat nama dan sosok di dalam mimpinya itu. Tapi hal yang selalu ia ingat ketika terbangun adalah ia selalu di panggil Queen oleh sosok lelaki di dalam mimpinya itu.
Arabella Switch , gadis yang biasa dipanggil Arra itu beranjak merapikan tempat tidur minimalisnya. Masih pukul 04.00 subuh, setidaknya ia masih memiliki waktu sekitar 2 jam untuk melakukan semua kegiatannya sendiri. Arra bergegas menuju dapur, memasak apa saja yang bisa ia makan untuk pagi ini. Seusai memasak, Ara mandi dan memakai pakaian kerjanya. Bahkan Arra tidak menyadari bahwa ada sosok yang berdiri di pojok ruangannya yang sedikit gelap, mengamati nya sejak gadis itu terbangun. Lelaki itu hanya menatap pakaian serba putih yang dipakai oleh gadis itu.
Setelan putih bersih, dan jass putih. Arra menatap pantulan dirinya di dalam cermin kamarnya. Sempurna! batin Arra. Gadis itu lalu mengambil ‘name tag’ nya, lalu memasangkannya pada jass yang ia kenakan. Arra sekilas melihat name tag nya' Dr.Arrabella Switch' ia sedikit tersenyum melihat gelar yang tersemat sebelum namanya itu. Gelar yang ia peroleh dengan usaha kerja keras nya selama bertahun-tahun lamanya.
Tepat setelah pukul 05.15, Arra keluar dari kamar kos nya. Ia mengambil motor matic nya dari bagasi. Membuka gerbang, lalu menancap pedal gas nya. Arra memang harus cepat berangkat menuju rumah sakit, karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Sesampainya di Rumah sakit, beberapa perawat shift malam yang melihatnya langsung menyapanya, Arra balas menyapa mereka sambil memberikan beberapa roti yang selalu ia berikan setiap paginya pada mereka yang berjaga shift malam.
"Terimakasih dokter Arra, anda selalu baik seperti biasanya!" seru kepala perawat yang sudah berumur 50 tahunan itu saat menerima roti pemberiaan Arra.
"tidak apa-apa suster, bagaimana semalam? Apa kalian kesusahan?" seru Ara
"Seperti biasa dokter, itu memang menjadi tugas kami!"
"Baiklah kalau begitu, saya pamit dulu. Ada beberapa hal yang harus saya urus, dan tolong katakan pada dokter Reza untuk menggantikan saya rapat hari ini!"
"Baik dokter, akan saya sampaikan!"
Arra mengangguk, ia kembali menaiki Lift. Namun tatapan Arra teralih, ia menatap jam tangan yang tergeletak begitu saja di dalam lift. Arra mengambilnya, ia mengamati jam tangan yang begitu familiar baginya. Jam tangan Vino, hadiah ulang tahun yang ia berikan kepada lelaki yang menjadi kekasih nya itu. Arra turun di lantai 5, ia berniat untuk mengembalikan jam tangan itu padanya.
Begitu sampai di ruangan Vino, Arra tidak melihat kehadiran lelaki itu di sana. Mungkin ia belum datang, batin Arra. Gadis itu lalu meletakkannya di meja kerja lelaki itu, Ara tersenyum dalam hati ketika melihat foto Nya terpajang di meja kerja lelaki itu. Foto mereka ketika lelaki itu menyatakan ia menyukai dirinya, Arra hendak pergi. Namun ia mendengar sebuah suara dari ruangan pribadi lelaki itu. Ara mendekat, Ia mengintip sedikit dari balik pintu yang tidak di kunci.
Arra membulatkan mata tidak percaya, di sana, ia melihat sosok seorang gadis sedang menindih tubuh Vino dan mereka berdua tidak mengenakan sehelai benang sama-sekali. Arra bahkan secara life melihat bagaimana cara gadis itu menggoyangkan pinggulnya dan melakukan penyatuan dengan Vino. Lelaki yang sedang berada di bawah tubuh gadis itu nampak menikmati acara pergulatan pagi mereka. “Andai Arra mau melakukan ini padaku!” seru Vino membuat acara mereka sedikit terhenti.
Arra meremas pegangan pintu dengan keras, Ya benar. Ia bahkan tidak pernah mau jika lelaki itu meminta untuk mencium dirinya, dan Arra baru sadar bahwa keputusannya itu sama-sekali tidak salah. Arra tidak pernah menyangka bahwa sahabatnya sendiri yang akan mengkhianatinya.
Arra tidak pernah kepikiran bahwa, Karin, sahabat nya itu yang akan menjadi musuh baginya.
"sudah lah vino, untuk apa kau masih memikirkan gadis miskin itu, kalau dia tidak jenius, mana mungkin aku mau berteman dengannya!" Seru Karin
"kau benar sayang, sekarang cepatlah. Ini sudah hampir pukul 6, kita harus segera bergegas jika kau mau melanjutkan datanglah ke apartemen ku malam ini!" seru Vino
"Dengan senang hari, tapi bantu aku melepas barang mu ini, punyamu begitu panjang!" ujar Karin.
Mereka kembali bergelut, Vino meremas bokong sintal Karin. Mulai menggoyangkan pinggul mereka lagi lalu mereka terkapar. Karin menindih tubuh Vino dengan lemas, sementara Vino malah kembali meremas dan kembali menindih gadis itu.
Arra menatap mereka berdua dengan datar, lalu menghela nafas. Ia ternyata salah dalam menilai mereka, Arra melangkahkan kaki nya menuju keluar ruangan. Ia kembali menuju ruangannya. Arra terduduk lemas di kursinya, ia bahkan tidak bisa menangis.Rasanya sangat sakit, jantung nya bahkan berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya. Arra menatap foto mereka berdua yang terpajang di mejanya. Air bening mengalir dari sudut mata Arra, semakin lama air mata itu semakin deras.
Ia sudah berpacaran dengan Vino semenjak mereka kuliah, lelaki itu sudah lama ia kenal dengan baik. Namun kini, semuanya terasa hancur. Melihat bagaimana pacarnya dan sahabatnya mengkhianatinya sendiri.
***
"Anda terkena gejala jantung koroner, sebaiknya anda mulai mengontrol giji anda!"
Pria paruh baya yang duduk di depan Arra hanya menghela nafas, ia lalu menatap Arra dengan tatapan terluka.
"apa benar dok, masa hidup saya tidak akan lama lagi?" seru Pria paruh baya itu
"tidak ada yang tau akan hal itu, jika anda percaya dan memiliki keyakinan untuk tetap hidup serta selalu berserah kepada sang pencipta.Maka yakini lah hidup anda pasti akan lebih berguna!" seru Arra.
"tapi, saya masih punya anak yang masih kuliah dokter, jika saya tidak bekerja bagaimana saya akan membiayai kuliah mereka?"
Arra tersenyum ramah, ia menatap wajah paruh baya itu.
"saya menyelesaikan gelar dokter saya tanpa ibu dan ayah, saya bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang mereka sejak saya masih berusia 5 tahun, anak anda sudah beruntung memiliki sosok ayah hebat seperti anda!" seru Arra sambil menatap ke arah gadis yang ia tebak adalah anak yang dimaksud oleh pria paruh baya itu.
"Apa kakak dokter tidak bercanda?" seru gadis itu
"Untuk apa saya berbohong? Anda bisa melewati apapun masalah hidup anda, jika anda berserah kepada Tuhan dan memiliki semangat hidup, sudah waktunya kamu untuk hidup mandiri, tidak tergantung orang tua lagi!"
"Terimakasih kakak dokter, aku akan menjadi dokter hebat seperti anda!" seru nya
"saya pamit dulu nak, terimakasih atas semuanya, semoga anda bisa memiliki hidup yang bahagia!" ujar pria paruh baya itu.
Arra mengangguk, ia mengantar mereka berdua sampai di pintu. Saat hendak kembali ke ruangannya. Seseorang memeluk Arra dari belakang, Lelaki itu adalah Vino. Tatapan Arra jelas tersirat akan raut kecewa yang sama-sekali tidak bisa Vino tebak.Arra berusaha untuk tidak menangis lagi. Ia merasa bodoh jika harus menangisi lelaki yang bahkan tidak pernah menganggapnya.
"Baru selesai bekerja sayang? Makan di luar yuk, aku yang traktir!" ujar Vino malah semakin gencar mendekati Arra yang semakin menjauh.
Ara melepas pelukan lelaki itu, Vino nampak mengerutkan keningnya. Meski ia mengakui tidak pernah melakukan skinship lebih jauh pada Arra, tapi ia dan sering berpelukan dan berbagi kehangatan.
"kenapa? Kau ada masalah hmm? Kamu bisa cerita padaku!" seru Vino sambil menggenggam wajah Arra di dalam tangannya. Lalu menatap gadis itu dengan senyum manis nya berusaha untuk meluluhkan hati Arra. Selain genius, Arra adalah gadis yang cantik. Banyak dokter lain yang juga menginginkan Arra dan bahkan mereka terang-terangan menggoda gadis di depannya saat ini.
Ara kembali menepis tangan Vino, ia tidak sudi disentuh dengan tangan kotor menjijikkan lelaki itu. Lebih baik ia dipegang oleh preman yang sudah jelas tabiatnya, daripada lelaki pengkhianat seperti Nya. Bahkan dengan rasa tidak bersalahnya Vino masih ada muka untuk melihatnya.
"aku mau kita putus!"
Bagai disambar petir, Vino menatap Arra dengan wajah penuh pertanyaan.
Part sebelumnya"AKu mau kita putus!"***Mata Vino membulat tak percaya, ia segera menarik tangan Arra memasuki ruangan gadis itu. "Putus? apa maksudmu?" seru nya sambil menatap tajam gadis di depannya."Lepaskan tanganmu dulu" seru Arra berusaha bersikap tenang meski dalam hati ia sudah merasa was-was. Ia sangat jelas peringatan dari Reza jauh-jauh hari, jika lelaki berada dalam keadaan marah. Maka akan banyak kemungkinan terburuk yang terjadi."Tidak, aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau memberitahuku apa masalahnya sehingga kau meminta putus dari ku!" seru Vino masih menatap Arra dengan tajam dan tidak melepas cengkraman di tangan gadis itu.'Dan tidak merasa bersalah?'"Kau masih bertanya tanpa tau apa yang sudah kau perbuat pada ku Vino?" seru Arra menepis cengkraman tangan Vino yang cukup kuat.
[Another World]Shutt--- Lelaki itu menatap darah yang terciprat ke bajunya, lalu menatap lelaki yang tergeletak di depannya.Dengan mata sosok itu yang membulat,seolah tidak menerima takdir yang harus menghentikannya untuk bernafas. Dengan sekali gerakan, lelaki yang masih berdiri dengan gagah menjulang tinggi itu langsung menebas kepala di depannya. Membuat kepala dan tubuh itu terpisah dan jatuh menggelinding.Ia lalu mengedarkan pandangannya, semua penghianat yang ingin menghancurkan kerajaannya sudah terkapar di atas tanah. Dengan perlahan, ia mengangkat tangannya ke atas. Petir langsung menyambar dengan angin yang langsung berhembus kencang membuat para kaumnya yang masih bertahan itu langsung mencari perlindungan diri dengan segera. Hujan langsung datang, bersamaan dengan bunyi guntur yang langsung menyambut dan angin yang bertiup kencang. Sosok pemuda langsung berdiri di belakang lelaki itu sambil menundukkan badann
Jam sudah menunjuk pada pukul 20.15 dan hari sudah berganti malam, semua dokter yang bertugas untuk shift pagi dan siang sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Namun tidak dengan Arra, gadis berkacamata dan berambut panjang itu malah terlihat masih sibuk dengan semua dokumen dan berkas di depannya. Usai dengan drama nya mulai dari tadi pagi yang menguras banyak energinya. Arra tidak akan pernah sadar bahwa hari sudah menjelang larut sebelum bunyi pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya."Belum pulang?"Arra menggeleng lalu kembali sibuk dengan berkas di tangannya. Sementara seseorang yang tadi memasuki ruangan itu menghela nafas."Masih bersedih karena lelaki itu queen?" Seru Reza sambil mengambil duduk di kursi yang tersedia di depan gadis itu. Arra kembali mengalihkan perhatiannya lalu menatap Reza kesal, selain kedatangannya yang selalu tidak terduga, satu hal lagi yang membuat Arra merasa kesal karena Reza selalu memanggilnya 'queen'. "Iya, aku
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
Di tengah perjalanan mereka, tidak ada yang membuka suara. Baik Arra maupun Ken sama-sama diam sambil fokus pada jalan di depan mereka. Tapi, Arra tiba-tiba ingin bertanya sesuatu. "Tunggu dulu Ken, aku ingin bertanya dari mana kau tau siapa aku dan juga nama ku? Kedengarannya sedikit aneh saja mengingat kita baru bertemu kedua kali ini!" ujar Arra yang berjalan di belakang punggung kokoh itu."Apa kau sepenasaran itu dengan ku Queen?" seru Ken mendadak berhenti membuat Arra yang tidak siap langsung menabrak punggung lelaki itu."Mengapa berhenti mendadak?" kesal Arra lalu meraba kepala nya yang sedikit sakit."Anda yang tidak memperhatikan langkah Queen!" ujar Ken membalikkan badannya lalu menatap wajah gadis di depannya yang cemberut, membuat sudut bibir Ken terangkat. "Mengapa tertawa? Ada yang lucu?" kesal Arra dengan nada sedikit membentakKen langsung mengubah raut wajah nya lalu membalikkan badannya,ia merutuki wajah nya yang tiba
Trang...BruakkSosok itu terlempar beberapa meter ke depan sementara serangan terus-menerus berdatangan. Dengan gerakan cepat, Reza berusaha untuk bangkit berdiri. Lalu mengucapkan mantra nya. Mata Reza langsung berubah merah, seperti nyala api yang berkobar. Lelaki itu mengarahkan tangannya pada bongkahan es yang menuju ke arahnya.shutt...Es itu langsung meleleh , Reza tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan gerakan membabi buta, ia langsung berteleportasi. Brakk, sosok Reza kembali terlempar jauh di atas tanah. Arra masih berdiri di tempat nya dengan konsentrasi penuh. Ia bisa melihat ke mana pergerakan Reza dengan mencium ke mana aura nya. Mata seputih salju Arra bersinar, ia mengangkat tangannya. Bunyi petir langsung terdengar bergemuruh, suara angin menyengat telinga. Arra menatap Reza yang hendak menyerangnya kembali, namun dengan senyum miring nya. Ia langsung mengarahkan petir-petir itu padanya.
Sampai nya di dalam ruangannya, ia segera menghempaskan dirinya ke atas sofa lalu membaringkan badannya. Rasanya cukup luar biasa, tatapan seputih salju itu benar-benar bisa membuatnya terpana saat pertama kali bertemu. Lalu, bisakah Ken menganggap ini adalah 'Love At First Sight?'. Ken menghela nafasnya, 'Apa benar yang dikatakan oleh bunda nya?' batinya.Ken kembali tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga kemungkinan hanya dia yang tau bahwa sekarang ia tengah tersenyum. Setelah untuk berapa tahun lamanya ia tidak pernah merasa begini. Ken kembali mengingat gadis itu, suara nya yang terdengar di ambang telinga nya membuat hati Ken berdegup kencang. "Siapa gadis itu?" Ucap Ken pelan sambil menerawang. Apa gadis itu adalah gadis yang selalu hadir dalam mimpinya? Tapi, Ken tidak bisa memastikan nya karena ia sama-sekali tidak bisa mengingat wajah gadis di dalam mimpinya.Ken segera berdiri saat sosok pria paruh baya mengetuk pintunya. "Masuk!" Uj
"Lapor Lord, saya sudah memeriksa. Dan memang kekuatan itu berasal dari penyihir putih, aku melihat penguasa mereka yang baru adalah seorang wanita Lord!""Seberapa kuat?""Aku rasa begitu kuat Lord!""Baik, awasi terus mereka. Jika ada pergerakan dari musuh, segera beritahu aku. Aku tidak ingin mereka jatuh ke tangan yang salah!""Baik Lord, dan satu lagi. Reza masih bersama Queen' Penguasa penyihir putih' dan aku yakin mereka pasti bisa mengontrol nya Lord!" seru Damian"Reza? Apakah dia adalah tangan kanan dari Queen mereka?""Aku rasa begitu Lord, hubungan mereka berdua sepertinya cukup dekat. Ada kemungkinan bahwa selama di bumi, Reza lah yang melindungi Queen mereka!""Baik, aku mengerti. Aku akan mengunjungi mereka secara pribadi, aku tidak ingin ada yang tau akan hal ini. Apa kau bisa Damian?""Baik Lord!" ujar DamianKen mengangguk lalu langsung menghilang dari hadapan D
Arra tidak bisa berkata apa-apa, di depan matanya tergeletak tubuh-tubuh yang sudah tidak bernyawa. Banyak bangunan hancur dan sekarang Arra baru sadar bahwa pepohonan di sekitar bangunan besar itu juga hancur.Flashback:Setelah Yang mulia De Bond jatuh tak sadarkan diri, Reza segera naik ke atas tangga dan segera meraih Arra, Queen mereka yang nampak tidak sanggup menahan elemen yang masuk ke dalam tubuh nya. Tetua mereka segera memerintahkan Reza untuk membawa Arra kembali ke dalam kastil istana. Hal yang tidak terduga terjadi, saat acara pertukaran selesai. Tiba-tiba mereka diserang oleh para klan penyihir hitam dan klan iblis.Para penyihir putih segera mengerahkan tenaga mereka untuk melawan musuh. Namun, pertumpahan darah tidak bisa terelakkan. Para peyihir putih hampir gugur, namun sebelum itu terjadi. Ada orang yang membantu mereka melawan ras iblis dan penyihir hitam. Akhirnya mereka bisa memukul mundur mereka, namun banyak dari pe
Arabella mulai merasakan silau dari luar kelopak matanya, gadis itu berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka. Namun ia tetap berusaha, hingga matanya benar-benar terbuka sempurna. Ia berada di kamar ketika pertama kali membuka matanya saat ia tiba di dunia ini. Namun saat ini ia sama-sekali tidak melihat adanya Reza di depannya, dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri. Aneh.Tubuh nya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, dan dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang tidak jauh darinya.Semakin dekat ke cermin itu, Arra semakin tidak bisa mengenali wajah yang lama. Rambut nya yang sepenuhnya memutih, persis seperti rambut Reza, kakek nya dan semua orang yang ia lihat sebelumnya. Ahh, tiba-tiba Arra tersadar dengan lelaki tua itu. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Arra kembali menatap pantulan dirinya yang keihatan lebih tinggi, dan warna matanya yang putih, seputih salju ketika pertama kali
Awan yang menghitam serta angin yang berhembus kencang membuat sosok lelaki yang sedang berada di atas bangunan yang menjulang tinggi itu menatap sekitar. Aura yang benar-benar kuat yang pernah ia rasakan ribuan tahun yang lalu. Tepatnya saat terjadi perang besar-besaran antara kaumnya dan para penyihir hitam. Namun beruntung saat itu pasukannya dibantu oleh penyihir putih. Penyihir yang menjadi sekutunya, namun semenjak perang hebat itu. Mereka tidak lagi pernah melihat tanda-tanda kehidupan dari penyihir putih. Ia sama-sekali tidak tau ke mana perginya sekutunya itu. Mereka seolah membatasi keberadaan mereka dari lingkungan.Namun sekarang, ia merasakan aura ini lagi. Membuat nya bertanya-tanya di dalam hati."Kau sudah memeriksanya?" ujarnya saat menyadari kehadiran sosok tangan kanannya"Sudah yang mulia, aura ini berasal dari penyihir putih. Tapi aku tidak tahu mengapa aura ini juga bercampur dengan aura penyihir hitam. Namun tidak terlalu
Another WorldArra berjalan di belakang sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakek nya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa semua ini seperti drama saja. Ia menatap Reza yang berada di belakang nya dengan kepala yang terus menunduk dan tidak berani menatap nya sejak tadi. Tepatnya semenjak lelaki paruh baya itu memasuki kamar tempat ia dirawat.Arra lalu menatap setiap lorong yang mereka lewati, jam besar yang berada di setiap ding-ding menyadarkan Arra bahwa sekarang sudah hampir pergantian hari. Dan itu sekitar 3 menit lagi dan ia tidak tahu kemana mereka membawanya sekarang. Apa-pun maksud dan tujuan mereka, Arra hanya berdoa dalam hati bahwa ia akan baik-baik saja.Langkah Arra terhenti ketika langkah pria tua di depannya juga berhenti tepat di depan sebuah pintu besar dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak pernah Arra lihat sebelumnya. Lelaki paruh baya itu membalikkan badannya lalu menatap nya dengan wajah sendu
Arra berjalan dengan cepat, ia sama-sekali tidak peduli dengan teriakan Vino yang berada di belakangnya. "Arra,tunggu!" teriak Vino berusaha mengejar langkah Arra yang cukup jauh berada di depannya. Tak jauh dari mereka, Reza terus memperhatikan lelaki di belakang Arra yang terus mengejarnya. Vino. Lelaki yang tidak ia sukai."Arra tunggu!"Seru Vino setelah berhasil mengejar Arra dan mencekal tangan gadis itu. "lepaskan tangan mu sialan!" Seru Arra sambil berusaha untuk menarik tangannya yg masih di cekal oleh Vino."Secepat ini kau berubah Arra? Kau bahkan tidak mau mendengar ku sama-sekali, kau terus menghindar dari Ku dan kau menganggap seolah-olah aku tidak ada!" ujar Vino sambil menatap manik wajah Arra dengan nanar."Sekarang apa maumu hah?? Kau yang merusak kepercayaan ku pada mu Vino. Sekarang kau bertingkah seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa-apa?" bentak Arra sambil menarik paksa tangannya dan segera berlari menjauh dari Vino berada.Arra